“Ih burung.“
“Eh. Apa yang akan kayu lakukan“
“Ya menembak lah. Mumpung dia masih bertengger. Nampaknya burung ini burung yang tadi,“ ujar Danny sembari menyiapkan senapannya. Dia lalu memasukkan peluru yang sebelumnya dia kulum supaya tidak macet dalam lubang yang sempit tadi, sehingga akan meluncur jauh untuk langsung mengenai burung kecil yang bisa langsung jatuh kalau tepat di tubuhnya, atau justru mengenai kepala yang bisa langsung terkulai jika menembus otaknya tersebut.
“Sembarangan! Ya bukan lah. Jaraknya kan jauh.“ Tak yakin sara dengan semua itu. Mereka saja sampai capek kala menjangkau daerah ini, maka untuk suatu yang lumayan jauh, bisa terjadi binatang lain yang kebetulan sama. Sehingga mengira itu binatang tai, padahal Cuma sejenis yang mungkin saja masih satu induk, atau memang dari keluarga lain yang taka da hubungannya sama sekali.
“Dia terbang mudah berpindah tempat. Kita saja sampai apalagi dia.“
“Jangan sembarangan nembak. Pohon ini di keramat kan warga. Bakalan tak enak kita nanti,“ pesan Sara, supaya membiarkan saja binatang itu terbang bebas menembus awan, atau tengah berdiri dengan satu kaki di ranting dahan yang kuat. Juga banyak kejadian yang tidak baik, lalu di kaitkan dengan perbuatannya yang sebelum melakukan itu, tengah berbuat tak sewajarnya di sekitar pohon tersebut atau justru memang pada pohon keramat itu.
“Burung itu tak kenapa-napa. Kenapa kita takut?“ ujar Danny yang terus memperhatikan si binatang yang santai saja menginjak-injak tempat keramat tadi. Makanya dia tak yakin, kalau dia yang justru tak melakukan apapun, akan kena tulah. Tentu saja sembari membandingkan binatang yang telah mengganggu si pohon.
“Kan binatang. Mungkin tak Cuma burung. Binatang lain juga bisa memanfaatkan keberadaan si pohon untuk berbagai keperluannya,“ ujar Sara yang membayangkan, jika pada pohon yang rimbun itu berbagai binatang ada di bawahnya. Baik ular, biawak, atau cacing-cacing juga ada di bawah pohon tersebut, untuk saling berteduh dari sinar mentari yang menyengat, atau berlindung dari dinginnya cuaca malam yang lumayan menghangatkan, andai berselimut dedaunan tebalnya daun pohon tadi.
“Ya itu.“ Semakin yakin Danny, kalau banyak mahluk saja tidak kenapa-napa, maka bisa jadi dirinya yang Cuma menginginkan burung indah tersebut juga tidak bakalan terjadi suatu aral melintang apapun. Apalagi sampai jauh akan kena kesambet, kemasukan danyang penunggu pohon tersebut, hingga gejol-gejol, menggeliat sembari matanya melotot mau meloncat keluar. Tentu tak bakalan terjadi, pikirnya.
“Tapi kita tak boleh mengganggu. Bakalan celaka nanti,“ ujar Sara selalu berpesan, supaya tetap teguh dalam tata karma yang tidak mengusik keberadaan penghuni lain di ala mini, sehingga akan murka dan bertindak di luar kekuatan manusia.
“Waduh.“
“Juga mesti menghargai lingkungan. Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung.“
“Wah jauh amat ya.“ Danny heran, mengapa Cuma burung saja pemikirannya sampai sejauh itu, bahkan berkaitan dengan banyak hal yang tidak di langgarnya.
“Kan menghargai lingkungan. Juga melestarikannya supaya tetap ada dan sama-sama diuntungkan akibat sama-sama nyaman,“ jelas Sara. Terus berusaha meyakinkan rekannya agar tidak bertindak bodoh. Banyak yang terkena kasus tersebut yang di kaitkan dengan pohon angker serta lingkungan yang mengerikan, dan berbuah tidak bagus akibat melanggarnya. Hanya itu yang bisa dia perbuat untuk mengingatkan orang jauh yang kemungkinan belum mengenal situasi aneh yang telah berkembang di tengah warga namun belum menjangkau daerah perkotaan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments