Dor.
“Yah nggak kena.“
Kecewa.
Begitu sulit rupanya mengincar buruan yang sekecil dan sejenak itu saja. Maklumlah cuma sekedar senapan angin yang jelas mudah melayang andai mengenai penghalang angin yang sebenarnya bukan merupakan suatu halangan, akan tetapi dengan kecepatan yang tinggi dan benda yang tak seberapa berat, angin yang bukan benda berat begitu bakalan mampu menjadi keras dan penghambat.
“Kau menembak?“ ujar Sara Osih terkejut mendengar serta perilaku kawannya itu. Benar-benar sulit di kasih tahu. Bahwa melanggar sesuatu yang mengerikan, maka akan membuahkan hasil yang mengerikan juga. Makanya mesti berhati-hati dalam bertindak. Akan tetapi segalanya seakan sia-sia kalau apa yang sudah di ucapkan ini ibarat kata masuk telinga kanan, langsung keluar telinga yang lain. Ini yang membuat mangkel.
“Ya.“
“Nggak kena kan?“ ujarnya lagi.
“Yah. Terbang dia.“ Kecewa banget Danny. Semestinya tadi lebih dekat, atau setidaknya menggunakan senapan yang lebih besar, bukan hanya kekuatannya, akan tetapi kecepatannya juga bagus, sehingga tidak melayang kala memburu sasaran.
“Nah. Itulah seramnya tempat ini yang tak sembarang orang boleh menembak. Meleset kan?“
“Begitulah. Tapi kayaknya bukan pohon itu sih penyebabnya.“
“Terus apa?“
“Itu karena tembakannya sang kecil saja. Tak bisa untuk jarak jauh. Akibat pompaan nya nggak banyak membuat angina juga tidak besar. Sehingga untuk sepuluh meter saja peluru timah ini sudah tak fokus. Apalagi burung itu jauh.. Membuatnya tidak kena,“ jelas Danny. Dia yakin, jika senjata yang dimiliki lebih bagus dan lebih mahal, maka intaian serta sasaran yang akan di terjang peluru timah tersebut niscaya bakalan mendekati seratus persen kemungkinan kenanya.
“Kukira karena keangkeran nya,” ujar Sara sedikit kecewa karena temannya tidak yakin kalau semua itu akibat angkernya pohon tadi, malahan mempersalahkan senjatanya yang kurang mahal dan tidak ber-merk itu. “Tapi pohon itu angker lo,“ katanya tetap yakin jika pemikirannya serta ucapan para warga yang meyakini hal demikian, sudah pasti ada satu kebenaran yang memang mungkin terjadi. Sehingga dia beserta orang-orang yang melintas di situ juga sedikit segan, atau malah kalau perlu memberi sedikit penghormatan yang baik, sehingga tidak terjadi musibah atau aral melintang yang mengenai diri.
“Terserah. Yang jelas aku pingin nembak lagi,“ ujar Danny yang masih sangat penasaran dengan serentetan kegagalan yang terjadi hari ini. Bahkan terpikir kalau tengah bernasib sial, atau lagi mendapati weton nya yang memang di percaya jika tengah mengalami itu, maka bakalan mengalami juga.
“Wah parah kau. Di beritai malah menyangkali.“
“Lah.“
“Ini gawat. Bisa kena tulah. Yang nantinya jadi bencana.“
“Ah sudahlah. Kita ke gua saja. Disana kali ada burung betet. Atau sepanjang perjalanan nanti bisa dapat buruan,“ ujar Danny yang ingin sesegera mungkin melihat keberadaan goa yang menurut kawan barunya ini memang sering di huni oleh mahluk misterius yang selama ini tengah di cari-cari orang untuk bisa menyaksikan langsung.
“Terserah. Gua sih ngingetin aja,“ ujar Sara, yang hanya diam saja menyaksikan rekannya tetap dengan niatannya.
“Oke, mending kita jalan, dan tak usah mengingat burung yang memang sudah terbang itu. Lenyap dia,“ ujar Danny seraya menyeret lengan rekannya itu untuk segera beranjak dari lokasi tersebut menuju goa angker yang seringkali terjadi penampakan tidak mengenakkan, namun membuat banyak orang menjadi penasaran akibatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments