Mereka berdua kini sudah berada di dalam sebuah cafe, tempatnya sederhana tapi cukup nyaman untuk sekedar kumpul - kumpul bersama keluarga atau teman.
Disudut ruangan, Mely dan Abas duduk saling berhadapan. Nampak kali ini Abas sedang sibuk memilih menu untuk mereka berdua. Sedangkan Mely sibuk memperhatikan Abas yang duduk di depannya.
Mereka saling bertukar senyum, seperti anak muda yang baru jadian. Sifat malu malu kucing yang sangat kentara.
"Mel, mau makan apa?"
Tanya Abas dengan suara lembut dan memalingkan pandangannya yang semula tertuju pada buku menu.
"Aku mau Dalgona coffee dan brownies aja!" Jawab Mely sambil memberikan senyum termanis yang ia punya.
Makin kelihatan sipit saja matanya, ketika ia tersenyum. Membuat Abas ingin mencubit pipinya. Namun Abas mengurungkan niatnya, karena di sekitarnya begitu banyak pengunjung.
Setelah memutuskan mau makan dan minum apa, Abas segera memangil pelayan cafe.
Ia memesan makanan dan minuman yang sama seperti pesanan Mely.
Selagi menunggu pesanan datang mereka berdua asik mengobrol, bercerita banyak hal.
Mereka berdua bercanda dan sesekali saling melempar senyum.
Beberapa saat berlalu, pesanan kini sudah siap tersaji dimeja. Hanya makanan ringan yang mereka pesan. Karena isi perut keduanya sudah kenyang setelah makan malam bersama tadi.
Waktu pun serasa berjalan cukup cepat bagi abas, dari tadi ia terus melirik jam di tangannya. Melihat Abas yang sedari tadi melihat jam tangannya, Mely berinisiatif mengajak Abas pulang.
" Pulang yuk, Mama Papa pasti udah nunggu, aku tadi janji bentar aja."
Abas belum merespon ajakan Mely untuk segera pulang. Ingin rasanya ia menahan mely lama lama bersama dengannya. Ia masih ingin bersama dengan gadis pujaan hatinya.
Tapi apa daya, malam sudah semakin larut.
Abas harus segera mengantar Mely untuk pulang dan Abas juga tak ingin merusak citra pria baik baik yang sudah ia bangun.
Ia tidak ingin surat ijin menikahnya di cabut sama Papa. Abas tersenyum sendiri dengan apa yang ada dalam kepalanya, membanyangkan banyak hal yang bukan bukan.
Sentuhan tangan Mely langsung membuyarkan lamunan Abas. Bukannya bangkit dari kursinya Abas malah memegang balik tangan Mely.
Digengamnya tangan Mely dengan lembut.
Siapa yang akan mengira, Abas dengan banyak sifat kekakuannya mendadak jadi pribadi yang penyayang dan lembut bila berhadapan dengan Mely.
Dalam sekejap pribadi Abas berubah drastis.
Abas sendiri merasa dirinya kini mengidap bipolar. Iya, penyakite kejiwaan. Seseorang yang memiliki dua kepribadian.
Karena ketika di depan Mely dan di depan orang lain sifatnya sangat bertolak belakang.
Mungkin Abas belum sadar, itu bukan efek dari penyakit bipolar.
Perubahan sikap dan sifat Abas semata mata karena sebuah virus.
Virus cinta
Abas membukakkan pintu mobil untuk Mely, ia melayani Mely seperti ratunya.
Dikendarainya mobil itu dengan pelan.
Jarak rumah dan cafe yang cukup dekat membuat Abas melambatkan mesin mobilnya.
Ia masih gak rela kalau harus cepat sampai kerumah. Mely sendiri diam saja, dia tidak protes dengan kelakuan calon suaminya yang absurd itu.
Untuk memecah kesunyian di dalam mobil Mely memencet tombol on pada radionya.
Terdengar lah lagu lawas ciptaan jhon Danver. Mereka sama-sama menikmati alunan lagu tersebut.
Leaving on a jet plane jadi saksi bisu kisah Mely dan Abas malam ini. Dan ketika lagu sampai pada lirik,
So kiss me and smile for me...
Tell me that you'll wait for me...
Hold me like you'll never let me go...
Abas mengerem dengan mendadak, karena Mobil melaju dengan pelan jadi tidak berasa apa apa, hanya terdengar decitan suara yang pelan.
" Mengapa berhenti?" tanya Mely.
Enggan menjawab, Abas malah memarkirkan mobilnya di tepi jalan.
Abas terus menatap kedalam mata Mely untuk waktu yang cukup lama. Busettt, Mely udah merinding saja. Baru juga ditatap kayak gitu.... kelar nih urusannya. Batin Mely.
Pasti ini gara gara lagu dengan bait kiss me itu... Mely setengah menyesal karena sudah memancing perkara sama Abas. Seharusnya ia tadi diem saja, tangannya terlalu kelewat kreatif mencet tombol sana sini.
Sekarang ia harus menanggung akibat dari perbuatannya. Abas menatapnya seperti kucing kelaparan. Bukan singa, karena tatapan Abas saat ini bukan tatapan singa yang lapar. Tapi tatapan kucing yang lucu yang kepingin di elus bulunya. Kucing jinak.
" Kenapa berhenti? " Mely mencoba bertanya kembali.
Bukannya menjawab, kucing jinak tadi malah mendekati Mely perlahan-lahan. Merasa sudah faham jalur cerita yang sedang berlangsung, Mely memejamkan kedua matanya. Abas menyentuh bibirnya dengan lembut, tapi itu hanya untuk sesaat.
Karena kejadian selanjutnya, Abas sudah mengendarai Mobil kembali. Tangannya sudah berada di atas kemudi. Merasa dikerjain sama Abas, Mely memanyunkan bibirnya. Abas yang melirik lewat ekor matanya tertawa cekikikan. Aduh Abas, tega banget ya.. ngerjain Mely yang sudah baper dari kemarin. Maaf ya mel., Ini sudah malam, aku rasa main mainnya sampai disini. Suara hati Abas
Dan hanya dia saja yang bisa mendengar suara dalam hati kecilnya itu. Keduanya sudah sampai di depan rumah orang tua Mely.
Mely dan Abas masuk kedalam rumah. Abas ingin pamit sebentar lalu pulang ke hotel.
Karena memang sudah sangat malam, Papa mempersilahkan calon mantunya segera pulang. Papa takut abas terlalu kemalaman di jalan. Abas memutuskan naik taxi online untuk ke hotel. Sesampainya di kamar tempat ia menginap, Abas langsung mandi.
Rasanya hari ini badanya sangat lelah, selesai mandi ia mengecek ponselnya.
Ia mengirim pesan untuk Mely.
"Sudah tidur Mel? Aku sudah sampai hotel."
Bunyi pesan singkat Abas.
Mely yang memang belum tidur langsung menelepon Abas.
" Hallo.." Suara Mely terdengar syahdu di telinga Abas.
" Kok belum tidur, " tanya Abas.
" Nunggu kabar, jadi belum bisa tidur!" ucap Mely.
" Nungguin siapa?" ia kembali ingin menjaili Mely.
" Orang lah, " jawab Mely sedikit keki.
" Siapa?" goda Abas kembali.
" Hehehe... males ah, dari tadi godain terus," Mely engan menangapi gurauan Abas.
"Hahaha... udah.. udah cepet Bobo ya,sudah malem banget ini, Have a nice dream Mely, I Love you. "
" I Love you too." Balas Mely
Semuanya larut dalam perasaan cinta yang membara. Cinta pada permulaan, terasa mengebu dan mengelora. Mereka masih berada dalam tahap awal cinta. Baru mengecap manisnya cinta.
Kita tunggu saja, apakah cinta mereka akan tetap sama seiring waktu yang berjalan. Biarlah Abas menikmati masa masa indahnya, Biarlah Mely merasakan cinta itu apa.
Serahkan pada waktu, yang akan mengajarkan mereka. Apa arti cinta yang sesunguhnya.
Pagi Hari.
Hotel ansto**
Mama mengetuk kamar putranya berkali kali.
Beberapa Kali dia ketuk tidak ada tanggapan.
"Fadir, semalam pulang jam berapa Abas?"
tanya mama pada sekertaris Abas.
" Mungkin sebelum tengah malam Bu!"
Ada keraguan dalam kata kata Fadir.
Itu karena Abas datang Ketika ia sudah ketiduran. Ia tidak tahu kapan pastinya Abas pulang semalam.
Mendengar jawaban Fadir, Mama memutuskan sarapan sendirian di restaurant yang tadi sudah ia pesan lewat telpon.
Mama pun berjalan menjauh dari kamar Abas yang letak nya tidak jauh dari kamarnya sendiri. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, Abas baru bangun dari tidur lelapnya.
Ia gelagapan karena bangun kesiangan. Begitu bangun Mata nya sibuk mencari ponsel. Dilihatnya beberapa pesan yang Masuk. Ada banyak email yang berkaitan dengan pekerjaannya, namun ia biarkan.
Ia hanya fokus pada pesan teks dari Mamanya dan Mely.
Pesan Mama
"Mama balik duluan ya Bass, Ada urusan mendesak. Nanti kalo ada perlu apa apa langsung hubungi Mama."
Abas merasa tidak enak dengan Mamanya, seharian kemarin benar benar menguras pikiran dan badanya. Sampai sampai ketiduran dan tak sempat mengantar Mama ke bandara. Selanjutnya ia membuka pesan dari calon Istrinya. Ada banyak pesan yang masuk dari Mely.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲
2022-11-02
0
Rachel Gifanny
suka Thor.... alur ceritanya ringan .. gk berat kaya berat badan ku 🤭🤭
2022-03-23
0
Nur Lizza
smoga orng masa lalu abas gk muncul di saat mereka nikah nanati
2022-03-15
0