Mely menghempaskan tangannya dengan kuat. Tubuhnya yang kurus terplanting kebelakang. Untung saja Abas sigap dan langsung menangkap tubuh Mely, Abas merangkul pinggang Mely agar tidak jatuh terpelanting ke lantai.
Marah bercampur malu, Mely mendorong tubuh Abas yang tadi mendekapnya. Bukannya berterima kasih Mely malah marah. Melihat reaksi Mely, membuat Abas semakin kesal dibuatnya.
Mely berlari kedalam ruangan, ia memangil -mangil Bela yang tak kunjung ia jumpai.
Bela, dimana Bela? Bela kini sedang kasmaran, ia dan Fadir sedang asik berduaan di taman rooftop. Mereka berbincang santai mengenai masalah pekerjaan dan hal-hal receh lainnya.
Mely masih berjalan kesana kemari, namun keberadaan Bela tak kunjung diketahuinya.
Merasa lelah, terpaksa ia duduk dengan menekuk wajahnya. Lelah juga mencari kesana kemari. Mely berkali-kali memencet nomer telpon Bella. Tapi yang ditelpon sedang asik berduaan, Bela tidak tahu Mely kesana kemari mencari dirinya.
"Udah gak usah dicari, temen kamu pasti sama sekertaris ku!" Abas seakan menjawab pertanyaan Mely yang belum ia sampaikan.
"Memang tadi mereka pergi kemana?" tanya Mely kemudian.
"Mungkin mencari udara segar di luar sana," Abas menerawang jauh, melihat pemandangan dari atas gedung.
Mely hanya sesekali melirik Abas. Sampai pada saat keduaanya sama sama bertemu pandang. Seketika suasana menjadi sangat canggung di antara mereka berdua. Mely pura-pura mengecek telpon gengam miliknya. Padahal tidak ada notifikasi sama sekali. Hati kecil Mely berdesir, meski ia tidak begitu menyukai sosok Abas. Tapi saat ini ketika Abas menatapnya, itu cukup membuat hatinya berdebar.
"Sadar Mely sadar Mely ...." Mely mulai komat kamit membacakan mantra untuk dirinya. Jangan sampai dia jatuh cinta dengan Abas. Jangan, pokoknya jangan. Terlalu kentara takdir yang buruk diantara ia dan Abas, batin Mely.
Abas sendiri setelah kecanggungan melanda mereka berdua. Ia tetep diam seribu bahasa. Entah mengapa untuk sesaat ia lupa sakit hatinya karena Evi. untuk saat ini Evi hilang begitu saja dari hati dan pikirannya. Saat ini yang Ia lihat hanya sosok gadis biasa. Bukan gadis mirip Evi yang membangkitkan cinta masa mudanya. Bukan gadis istimewa yang jadi dambaan semua pria. Ia hanya gadis kecil dengan hal-hal biasa saja. Untuk memecah keheningan Abas mencoba mencairkan suasana.
"Cepat atau lambat, vidio kita mungkin akan tersebar. Aku sudah memikirkan hal yang paling buruk yang akan terjadi.." Kata-kata Abas terpotong karena Bela dan Fadir membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan menyusul mereka berdua.
"Kemana aja kamu Bel... aku mencarimu dari tadi!" Mely berjalan mendekati sahabatnya. Ia nampak sedikit kesal.
"Hehehe.... Aku tadi keluar sebentar. Cari udara segar, heheheh." Bela cengingisan merasa tidak bersalah.
Beberapa saat kemudian, mereka berempat sudah terlibat diskusi yang nampak serius.
"Bagaimana Mel, kamu terima tawaran ku kemarin?" tanya Abas.
Mely memandang Bela dan Abas secara bergantian. Ia merasa ragu-ragu dan perasaannya tidak menentu.
"Mel, kamu harus mengambil keputusan, bagimana kalau vidio itu tersebar sekarang? Aku gak bisa bayangin bagaimana perasaan Om sama Tante, bagaimana reaksi mereka berdua. belum lagi pandangan masyarakat luas nanti terhadap kalian?" sahut Bela.
Bela merasa persoalan yang dialami sahabatnya ini seperti dialami saudaranya sendiri. Ia ikut was-was jikalau keluarga besar Mely mengetahui skandal vidio ini. Betapa malunya nanti Mely bersama keluarga. Mungkin Mely juga akan susah untuk mencari jodohnya.
Mely sendiri terlihat ragu-ragu bila ia harus tinggal bersama Abas. Ini seperti mengali masalah baru bukan malah menyelesaikan masalah sebelumnya.
"Saya rasa ini bukannya menyelesaikan masalah, tapi memancing masalah baru!" Mely menolak rencana Abas.
"Kita tidak hanya sekedar tinggal bersama, tapi kita akan melegalkan hubungan Kita diatas kertas, dan ketika vidio itu benar-benar tersebar tanpa bisa kita cegah. Kamu dan aku masih bisa selamat. Nama baik kita masing-masing akan tetap bersih, karena apa salanya jika sepasang suami istri bermesraan di dalam hotel?" ucap Abas. Setidaknya itulah jalan keluar yang bisa Abas berikan untuk saat ini.
Bela dan Fadir menganguk-ngangukkan kepala mereka. Dua orang yang bukan pasangan ini memang kompak banget. Bela menggengam tangan Mely, ia menyerahkan semua keputusan pada Mely. Tapi sebagai sahabat ia juga setuju dengan usul Abas. Ini semua demi menjaga nama baik masing-masing. Mely menarik napas dengan dalam, satu tarikan napas berikutnya ia mengiyakan ajakan Abas.
"Baiklah, mari lakukan demi kebaikan bersama, tapi kamu harus ingat, bahwa ini hanya untuk menutupi skandal vidio. Jadi ini bukanlah ikatan yang sebenarnya," Mely berusaha menekankan kata katanya agar kedepannya Abas tidak macam-macam pada dirinya.
"Baiklah, besok saya akan balik ke Indonesia. Secepat mungkin segalanya akan disiapkan. Persiapkan dirimu juga Mel," kata Abas.
Mely jadi merinding dibuatnya, pesona Abas seakan menghipnotis alam bawah sadarnya. Mely dan Bela pun kembali ke kamar mereka. Sementara Abas masih duduk melamun disana, ujung bibirnya menyiratkan sebuah senyuman.
Sementara di kamar tempat Mely dan Bela bermalam. Mereka berdua menghabiskan malam dengan mengobrol kesana kemari hingga satu persatu dari mereka terlelap. Pagi harinya, Mely telah bersiap-siap dan saat itulah ada yang mengetuk kamarnya.
"Siapa Mel?" tanya Bela dari dalam kamar mandi.
" Tau nih, bentar aku lihat dlu!" jawab Bela sembari berjalan menuju pintu.
Mely membuka pintu kamarnya, ia sedikit terkejut karena Abas berada di depannya saat ini. Abas berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Hal itu membuat Mely bertanya-tanya pada hati kecilnya.
"Ada perlu apa, katanya mau balik hari ini. Mengapa malah kemari?" Mely mencoba basa basi.
Abas tidak menjawab pertanyaan Mely, Ia hanya menyerahkan sebuah paperbag besar ketangan Mely.
"Pakai ini, saat kita ketemu nanti." ucapnya singkat. Membuat Mely tertegun sejenak dengan aksi Abas.
Setelah memberikan paperbag pada Mely, Abas pamit. Ia mau balik ke tanah air. Jadi, Abas jauh jauh terbang ke Singapura hanya untuk menemui Mely. Setelah semua urusannya beres bersama Mely, ia pun pulang kembali ke negara asalnya.
"Siapa Mel, pagi-pagi kok ada yang mengetuk pintu, apa layanan kamar?" Bela masih kepo dengan tamu yang mengetuk kamar mereka.
"Pak Abas," jawab Mely singkat.
"Trus itu apa?" Bela nunjuk paper bag yang ditenteng oleh Mely.
"Dia ingin aku pakai ini jika kita ketemu nanti," jawab Mely dengan malas.
Melihat suasana hati Mely yang kurang bagus, Bela sudah tidak berani tanya-tanya lagi.
"Nih bocah lagi PMS kali ya, jutek banget.... takut ah kabur...!" batin Bela.
Beberapa saat kemudian. Mely dan Bela sudah berada di sebuah gedung pernikahan. Mereka berdua mengerjakan tugas dengan totalitas yang mereka punya. Kepuasan klien adalah kebahagiaan bagi mereka. Tidak terasa, hari berganti malam dan acara pernikahan Mr Richard sukses tanpa kendala satu apapun. Akhirnya mereka berdua bisa pulang ke tanah air.
Indonesia Iam coming
Mely dan Bela sudah sampai tanah air. Mereka berdua pulang kerumah masing-masing. Merasa sangat lelah, Mely merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tanpa sadar Mely tertidur sampai sore hari, kalau bukan karena mendengar dering ponselnya ia pasti akan terlelap sampai malam hari.
"Iya dengan Mely disini, hallo siapa disana?"
Karena nomor yang tertera adalah nomor baru, Mely tidak tahu ini nomer milik siapa. Abas diujung sambungan telpon menjawab dengan singkat.
"Aku, Abas!" ucap Abas.
Mely masih setengah sadar, karena baru bangun dari tidur. Ia sedikit terkejut, mengapa Abas menghubungi dirinya.
"Iya, ada apa?" tanya Mely.
"Aku dengar kamu sudah balik tadi pagi. Bisa tidak kita ketemu malam ini?" tanya Abas pada Mely.
"Emh.., Tapi jangan sekarang. Aku masih capek banget," jawab Mely.
" Ya.. Sudah, besok malam aku tunggu. Jangan lupa kenakan apa yang aku berikan kemarin,"
"Oke!"jawab Mely sekenanya.
Mely menyudahi sambungan telpon dengan Abas. Ia bergegas mandi, Mely ingin keluar untuk mencari makan. Tidak jauh dari rumahn Mely, ada sosok misterius yang sedang mengintai dirinya. Pria misterius berpakaian hitam memakai sebuah masker, terlihat sangat mencurigakan.
Mely berjalan kaki dari swalayan dekat rumahnya. Saat akan pulang menuju rumahnya, ia merasa ada seseorang yang mengikuti dirinya. Mely pun tidak langsung pulang ke rumah, ia berusaha jalan dengan cepat menuju keramaian. Di jalanan yang ramai itu, Mely terus menoleh kebelakang. Ia masih trauma kejadian malam itu.
Setelah merasa sudah cukup aman, Mely mengeluarkan telpon gengamnya. Terlintas di benaknya, lebih baik Ia menginap di rumah sahabatnya, Bela. Belum sempat Ia memencet nomor telephone Bela. Ada tangan yang menepuk pundaknya. Seketika itu pula Mely menjerit. Ia terkejut karena ada orang yang menyentuh tubuhnya.
Melihat Mely yang ketakutan, tangan yang menepuk Mely langsung menarik pinggang gadis itu. Mely saat itu berteriak histeris ketakutan. Ia mengira orang yang sedang di hadapannya saat ini adalah pria misterius yang membuntuti dirinya.
"Tenang Mel, ini aku.. Abas," Abas memeluk dan menepuk punggung Mely dengan pelan. Mely sendiri sangat terkejut, ia sekarang telah berada dalam pelukan Abas. Seperti deja vu, rasa hangat dan nyaman membangkitkan kenangan Mely pada malam itu. Sebuah kenangan yang membuat ia ketakutan sekaligus menimbulkan desiran halus pada hatinya. Apakah Mely sudah jatuh cinta pada sosok Abas yang kini memeluk dirinya? atau hanya perasaan sesaat yang singah dan pergi begitu saja.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲😲
2022-11-02
0
Fitri Ana
kebanyakan cerita Thor😭
2022-09-30
0
Ernadina 86
wah Mel jangan muna lah terpesona mah terpesona aja..gak salah kan sama2 jomblo ini..asal jangan lebay 😁
2022-07-12
0