Mely sudah selesai membersihkan tubuhnya. Ia sudah wangi, badannya juga sudah bersih, Mely siap-siap mau bobo cantik. Baru akan merebahkan tubuhnya, ponselnya tiba tiba berbunyi.
"Hallo Bel..." Mely mengangkat pangilan telephone dari sahabatnya.
"Mel, bener kamu mau nikah sama kak Abas? bener - bener nikah bukan nikah seperti di dalam drama. Bukan nikah kontrak, akan tetapi pernikahan yang sebenarnya?"
Bela terlihat mengebu-ngebu saat berbicara diujung telephone dengan Mely. Pasti Fadir yang memberi tahu nih... dasar pria ember, batin Mely.
"Iya, nanti aku akan ceritakan detailnya. Sekarang aku tidur dulu. Capek banget,"
Mely mencoba menghindari dari aksi wawancaraan panjang si Bela. Bila diteruskan pasti akan jadi obrolan panjang sampai pagi. Mely sudah hafal betul karekter Bela. Sedangkan besok pagi dia sudah ada janji dengan Abas, mereka akan ke rumah orang tua Mely.
"Oh ya Bel, kebetulan kamu telpon. Aku ijin besok gak masuk ya?" sela Mely.
"Hah, mau kemana?" tanya Bela kepo banget. Ia ingin tahu alasan sahabatnya tidak masuk kerja besok.
"Hehehe..." Mely nyengir di sambungan telephone.
"Ada acara apa, pakek gak kerja segala. kamu kan anaknya rajin banget. Kalo gak sakit gak bakalan bolos." canda Bela.
Mely yang mendengar jawaban dari Bela, seperti ada nada sindiran di dalam kalimat sahabatnya itu. Bukannya tidak tahu, Bela iseng saja memancing-mancing sahabat karib nya itu.
"Apa'an sih Bel.... Udah ya. Besok aku harus bangun pagi, inget ya besok aku gak bisa masuk kerja." Berusaha kabur dari obrolannya dengan Bela, Mely pun mematikan sambungan telpon.
Sedangkan Bela setelah bertelepon singkat dengan Mely. Ia langsung menelepon pujaan hatinya si Fadir. Diam-diam hubungan Bela dan Fadir semakin dekat. Pagi hari, suasana di kediaman Mely sunyi dan sepi. Sesekali terdengar Mely bersenandung. Hatinya sedang berbunga bunga dan pagi ini Mely memberi kabar kepada kedua orang tuanya lewat sambungan telephon.
Ia akan pulang bersama dengan kekasih hatinya. Namun yang ia katakan pada keluarga dia akan pulang bersama seorang teman. Mama dan Papa Mely langsung bisa menangkap sinyal-sinyal kepulangan putri kesayangannya kali ini. Apa lagi putrinya memberikan kabar kepulangan bersama seorang teman. Mereka menduga pasti mereka akan dikenalkan dengan kekasih hati putri mereka.
Meskipun mereka belum berharap Mely untuk segera menikah. Bagi mereka Mely masih seperti anak kecil. Kalau bukan karena Bela, Mely sudah pasti tidak mendapat ijin tinggal di ibu kota seorang diri.
Mereka masih merasa Mely masih seorang bocah yang tidak harus tinggal jauh dari kedua orang tuanya. Karena usaha Mely yang gigih dalam meyakinkan kedua orang tuanya. Bahwa ia akan baik-baik saja tinggal di ibu kota. Karena ada Bela disisinya dan juga ada beberapa kerabat Bela disana. Jadi Mama dan Papa tidak perlu hawatir.
Jadi setahu mereka, Mely ini tinggal serumah bersama Bela. Keluarga Bela dan Mely memang sudah saling mengenal sejak lama. Bela sendiri terlihat seperti gadis baik-baik, jadi Ayah dan ibu Mely tidak terlalu hawatir melepas putri mereka. Mereka tidak tahu, Mely itu tinggal sendiri. Ia hidup sendiri, sudah tidak tinggal bersama Bela seperti awal mula pindah ke Ibu kota.
Bahkan, sampai saat ini Mely belum berani cerita kepada orang tuanya. Is takut kalau sampai disuruh pulang. Maklum lah, keluarga Mely sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tata krama. Bagaimana nanti kalau anggota keluarga ada yang tahu perihal skandal vidio abtara Mely dan Abas.
Memikirkan nya saja membuat Mely pusing. Ia tidak tahu harus berbuat apa bila sampai hal itu benar-benar terjadi. Oleh sebab itulah ia menerima tawaran Abas untuk menikah. Tak tahunya, Abas malah mengajaknya menikah betulan.
Mely pun menerima dengan senang hati, meskipun tanpa kencan ia akan menikah dengan Abas. Tanpa pacaran dan langsung menikah. Kini, Abas sudah berada di depan rumah Mely. Ia mengambil telephon gengam miliknya. Ia pencet nomor telpon Mely. Sesekali ia melirik lingkungan sekitar tempat Mely tinggal.
" Mel, aku sudah di depan rumahmu. Jangan lama ya aku tunggu. Nanti kita ketingalan. Belum lagi sepertinya akan macet," kata Abas.
"Bentar ya, tunggu sebentar lagi. Ini udah siap kok." Padahal Mely masih sibuk di depan meja riasnya.
Abas tidak pernah percaya pada perempuan jika sedang berhias berkata sebentar, sudah pasti itu butuh waktu yang lama. Kenyataan nya Mely masih bergelut dengan pensil alis, lipsticks dan lain lainnya. Namanya juga perempuan, bila berkata sebentar jangan dipercaya. Apa lagi kalo lagi dandan. Sejam artinya bisa jadi dua jam. Karena dirasa cukup lama, Abas pun turun dari mobilnya. Abas mengetuk pintu rumah Mely.
"Mel wyo, nanti macet lagi. Ngapain sih, kok lama banget yah?" Abas mulai penasaran.
Beberapa saat kemudian Mely keluar dari kamar, ia tampak angun dan cantik dengan dandanan minimalis dan make up yang tipis. Memakai pakaian yang kebetulan warnanya senada dengan yang sedang dipakai oleh Abas. Padahal mereka gak janjian loh. Mungkin sudah jodoh, pikir keduanya.
Melihat Mely yang cantik menawan membuat hati Abas berdesir, semula ia ingin marah. Akan tetapi begitu melihat Mely yang cantik jelita. Emosinyanya mendadak pudar. Entah hilang kemana. Mely masih nampak merapikan riasan dan pakaian yang ia kenakan.
"Udah ah, udah... udah cantik kok. Cantik banget malahan," puji Abas.
Kata kata Abas kontan membuat pipi Mely merah merona. Mereka berdua sudah sampai di bandara, untuk mempersingkat waktu. Mereka sudah memesan penerbangan paling awal sebelumnya.
Segala sesuatu telah diurus dengan sempurna oleh Fadir sekertaris kepercayaan Abas. Mereka berdua sama sama menikmati perjalanan yang singkat ini. Beberapa jam kemudian mereka telah tiba ditanah kelahiran Mely. Kota pahlawan, disanalah Mely tumbuh dan dibesarkan. Mely dan Abas memilih naik taxi online untuk sampai ke rumah orang tuanya. Sebenarnya Abas tidak setuju, tapi karena Mely memaksa ia menurut saja, dari pada meributkan hal yang sepele.
Sayang banget kan, moment penting jadi keganggu hanya gara gara hal yang sepele, pikir Abas. Tidak terasa waktu pun berlalu, mereka banyak melewati jalanan yang padat merayap. Kini Mely dan Abas telah sampai di depan sebuah rumah. Rumah tempat tinggal orang tua Mely. Saat akan membuka pagar rumahnya. Abas mencegah Mely, ia meminta Mely untuk memberinya waktu sejenak.
"Apa sih," tanya Mely.
"Bentar deh, gak lama kok," Abas mengedipkan sebelah matanya. Sudah seperti Opa Jaja Miharja.
Beberapa saat kemudian, datanglah sebuah mobil yang menghampiri keduanya. Dari dalam mobil keluar lah Fadir yang disusul oleh Bela. Bela yang seharusnya masih ada di Jakarta malah mendadak muncul di hadapan Mely? Hal ini membuat Mely terkejut.
Bela sendiri hanya nyengir... Ia melemparkan senyum kecilnya yang memgandung banyak makna. Mely pun menghampiri sahabatnya, ia memeluknya dengan erat. Seakan baru bertemu setelah lama berpisah. Lebay banget dua sahabat ini. Bela sendiri ingin hadir dalam momet berharga Mely. Mereka menjadi tontonan antara Abas dan Fadir.
"Sampai kapan kalian akan terus berpelukan?" sindir Abas pada dua orang gadis yang pelukannya tidak mau lepas.
Sekejap itu pula, mereka melepaskan pelukan masing-masing. Sudah seperti teletubbies saja batin Fadir. Mereka berempat kini memasuki halaman rumah Mely. Tampak dari jauh Papa Mely telah bersiap menyambut di teras rumahnya. Dari jauh pula sang Papa sedang mengamati kedatangan putrinya, Mely.
Mana salah satu diantara dua laki laki yang merupakan pacar Mely. Papa bertanya-tanya pada hati kecilnya. Ia sungguh penasaran dengan kekasih Putriny.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ney Maniez
🤔
2022-11-02
0
Nur Lizza
lanjut
2022-03-15
0
Cicih Sophiana
papa Mely kepo...sehat dan semangat thor👍💪💪😍
2022-01-31
0