Pernikahan Hangat
Melyndya Ayudya Utami.
Seorang gadis muda sederhana. Di usianya yang memasuki angka 20 tahunan, Ia belum pernah mengenal apa itu cinta. Selepas kuliah, Mely memilih berkerja sama membuka sebuah Wedding Organizer di kota metropolitan dengan sahabatnya Bela.
Di kota itu, takdir akan mempertemukan dirinya dengan seorang pria. Seorang pria dewasa yang kelak akan menjadi suaminya.
Abas Morata Bautista.
Seorang pria dewasa mapan dan tampan, namun tidak kunjung menikah. Ketika usianya menginjak 35 tahun sang Mama memburu dirinya dengan pertanyaan, " Kapan Menikah?"
Namun Abas lebih memilih hidup membujang karena sakit hati pernah gagal menikah. Sang pengantin wanita kabur meningalakan dirinya saat hari pernikahan tiba.
Bagaimana cerita Mely yang belum pernah mengenal cinta bertemu dengan sosok pria dewasa yang telah patah hatinya?
Tin.... tin.... tin... Suara klakson mengema dimana-mana.
"Kenapa semua orang pada tidak sabaran banget sih?" gerutu Mely dalam hatinya.
Siang yang panas, ditambah kemacetan yang panjang. Semua orang mulai meluapkan emosi mereka. Kepala mereka seakan mendidih di bawah sinar matahari yang terasa membakar. Hampir setiap pengendara membunyikan klakson kendaraan mereka. Semua terlihat tidak sabar di bawah lampu merah yang belum berubah warnanya. Mely nampak santai di atas motornya. Udara panas dan kemacetan sudah jadi hal biasa baginya.
Beberapa saat berlalu, lampu merah yang menyala sekian menit berubah menjadi hijau. Dan jalanan pun kembali lancar. Di siang yang terik ini, Mely mempunyai urusan di luar kantor. Ia memiliki janji bertemu dengan klien. Setelah sampai di sebuah kafe tempat mereka janjian. Mely memarkir motor matic kesayangannya. Motor yang selalu menemani kemanapun ia pergi.
Mely pun masuk ke dalam kafe, Ia memilih tempat duduk yang menurutnya sangat nyaman. Tempat duduk di pojokkan yang jauh dari suara-suara ribut dari pengunjung yang kebanyak adalah kalangan remaja.
Beberapa saat pun berlalu, sudah dua gelas minuman yang Mely habiskan. Tapi kliennya tidak kunjung datang.
"Hampir satu jam kok belum datang, ah mungkin terjebak macet atau kendaraanya mogok," pikiranya di dalam hati.
Entah sudah berapa kali Ia melirik jam yang ada di tangannya, sang klien belum juga datang. Sudah satu jam lebih, Ia pun memencet nomer telpon kliennya tersebut.
"Halo," ucap Mely. Hanya kata hallo yang dapat Mely ucapkan, karena selanjutnya telpon sudah terputus. Pantang menyerah, Mely kembali menghubungi nomer tersebut.
"Nomer yang anda hubungi sedang sibuk, tekan satu untuk meninggalkan pesan." Hanya suara operator yang terdengar. Mely berusaha rileks, mengambil napas dalam dalam, ia berusaha tetap tenang.
"Tenang Mel, mari kita coba lagi," ia berusaha menyemangati diri sendiri. Satu kali, dua kali, sampai ke tujuh kali akhirnya usaha Mely membuahkan hasil, terdengar kembali suara ibu ibu di ujung telpon.
"Maaf Bu, saya sudah ada di tempat yang kita sepakati dan sudah satu jam lebih saya menunggu ibu." Belum selesai Mely bicara, Si ibu sudah memotongnya.
"Nanti kita sambung lagi, saya sedang di kantor polisi."
Tut Tut Tut... Suara sambungan telpon terputus. Gagal bertemu dengan klien, Mely langsung menuju meja kasir. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan membayar pesanannya tadi.
Ia keluar kafe dengan lesu. Sampai di parkiran Mely memakai helm dan menghidupkan motornya. Panas yang terik, Mely melaju dengan pelan. Ia kembali kekantornya. Sesampainya di kantor Mely sudah dihadang oleh atasannya.
"Gimana hasilnya?" tanya Bela.
Bela adalah Bos sekaligus teman Mely. Mereka adalah sahabat sejak masih duduk dibangku kuliah. Selepas kuliah, mereka berdua memiliki mimpi memiliki usaha sendiri. Sampai pada satu titik, Mely dan Bela memutuskan berhijrah ke ibu kota. Mereka berharap mimpi mereka bisa terwujud di Kota metropolitan ini. Tapi nyatanya mimpi Mely dan Bela tak semudah itu untuk diwujudkan.
Mereka memulai usaha benar dari nol. Untuk sewa tempat usaha mereka harus patungan. Mely terpaksa menjual mobil hadiah dari kakeknya dan Bela rela menjual apartment pemberian ayahnya.
Dengan modal seadanya. Akhirnya mereka berdua bisa membuka kantor WO. Dengan lika liku yang tentunya tidak akan mereka lupakan.
"Belum ada hasil Bel," jawab Mely singkat. Bella mengrenyitkan dahinya.
"Sepertinya klien kita lagi ada kendala, jadi tunda saja dulu," tambah Mely.
"Oh.. Ya sudah, eh nanti malem kamu ikut aku ya Mel," ucap Bela sambil menekan telpon, sepertinya ia sedang menghubungi seseorang.
"Kemana?" tanya Mely.
"Acara temenku, peragaan busana. Kebetulan dia sedang memamerkan beberapa rancangan gaun pengantin terbaru. Siapa tahu ada yang cocok untuk calon klien kita, hitung hitung nambah koleksi usaha kita Mel," terang Bella.
"Iya, aku ikut deh," jawab Mely menyangupi tawaran Bela.
Udara panas ketika siang sudah berganti sedikit hangat. Matahari sudah tidak berani terang terangan menyengat manusia. Ia sudah damai di ujung barat sana. Senja yang mengantung menemani kepulangan Mely. Ia tinggal tidak jauh dari tempat kerjanya.
Mely menyewa sebuah rumah sederhana. untuk ditempati seorang diri, rumah itu tergolong lumayan. Dengan taman kecil di halaman depan dan ayunan dari kayu di samping garasi.
Ia baru pindah ke rumah ini, sebelumnya Mely tinggal bersama Bela. Karena merasa tidak ingin selalu bergantung pada sahabatnya, Mely memilih pindah dan mencari rumah kontrakan sendiri. Meski Bela sudah menganggap Mely seperti saudara sendiri, tapi perasaan tidak enak itu selalu menganggu pikiran Mely. Ia sebisa mungkin tidak ingin menyusahkan orang di sekitarnya. Ia bertekat ingin berdiri di kakinya sendiri. Ia merasa sudah banyak merepotkan Bela.
Begitulah, akhirnya Mely tinggal di rumah ini sendirian. Meski kadang merasa kesepian. Mely berhasil mengusir rasa sepinya dengan menyibukkan diri. Kerja dan kerja hanya itu yang ada dalam hatinya. Sampai pacar saja Mely tidak punya. Bukan karena jelek. Dilihat dari jauh sudah kelihatan cantiknya.
Dilihat dari pribadinya, tidak ada yang kurang, siapa yang mengenalnya pasti akan jatuh hati. Pembawaanya yang kalem, senyum yang tulus dan tatapan yang teduh dapat dipastikan banyak pria menginginkannya. Tidak terasa, hari sudah malam. Mely yang dari tadi asik dengan laptopnya, buru- buru ke kamar mandi. Ia hampir lupa akan janjinya.
"Jam berapa ini, wah gawat! bisa panas nih telinggaku dengerin Bela ngomel gara-gara aku telat," gumamnya dalam hati.
Satu jam berlalu, Mely sudah memakai dress yang cantik berwarna hitam, Ia padu padankan dengan clutch berwarna emas. Rambut panjangnya sengaja ia gerai. Ia memakai riasan yang dirasa pas untuk acara tersebut.
ting tung.... ting tung.... Terdengar suara bel rumah Mely.
"Iya sebentar." Teriaknya.
Ting tung.... ting tung...
"Iya Bel," Mely setengah berlari menuju pintu depan.
"Lama bener Mel," protes Bela.
"Aku tadi hampir lupa, sama janji kita. Jadi ini tadi buru buru banget," jawab Mely.
"Ya sudah, Ayo berangkat!" ajak Bela.
Bela mengendarai mobilnya melaju kencang membelah jalanan di tengah malam. Beberapa saat kudian, Mereka sudah sampai di tempat. Sebuah gedung yang cukup besar untuk peragaan busana.Sekarang Mely dan Bela sudah terlihat duduk manis di kursi tamu undangan. Nampak beberapa kali mereka bisik bisik, membahas beberapa gaun yang menarik perhatian mereka berdua. Tidak terasa, waktu pun berlalu. Malam sudah berada pada puncaknya. Sesekali Mely melirik Bela yang tengah asik mengobrol dengan teman temannya.
"Udah, jam berapa ini. Duh Bella.. Ayo pulang dong," jeritan hati Mely.
Entah merasa atau memang punya ikatan batin. Bella pamit sama temen temennya.
Tapi salah satu dari mereka tidak mengijinkan Bela meninggalkan mereka.
"Nanti aja lah Bel, jarang-jarang kita bisa kumpul gini. Ayolah kita party sampek pagi untuk hari ini... Please," ucap salah seorang teman Bela sambil mengandeng tangannya.
"Duh, gimana ya. Gue enggak enak nih sama sahabat gue. Dia anak rumahan." Bela mencoba ngeles dan menjadikan Mely sebagai alasannya.
Sebenarnya Bela juga tidak suka dengan acara diluar pesta selain untuk kerja. Hanya saja, ini salah satu cara Bela menjalin hubungan agar usahanya bisa terus jalan. Ia harus pintar membangun hubungan bersama rekan bisnisnya. Baginya banyak teman banyak rijeki. Tapi kalau harus pesta sampai pagi, rasanya ogah deh batin Bela. Mela pun mendekat.
"Ayo pulang, sudah malam juga nih."
"Iya, tadi aku sudah coba pamit Mel. Gak enak kan kalau pergi tanpa bilang-bilang." Jawab Bela
"Terus?" tanya Mely.
"Gini deh, kita ikut pesta mereka bentar saja. Tidak lebih dari satu jam. Setelah itu kita pulang," bujuk Bela.
"Oke, tidak lebih dari satu jam ya," Mely sudah pasrah.
Selepas dari acara peragaan busana. Mereka semua pergi bersama ketempat pesta. Seperti yang teman - teman Bela rencanakan. Pesta sampai pagi, semuanya sudah sampai di sebuah Klab Malam. Beberapa diantara mereka sudah langsung terjun ke lantai dansa. Sudah mulai mengoyang goyangkan tubuh mereka mengikuti musik yang dj mainkan. Sedangkan Mely dan Bela, mereka seperti merasa salah memilih kamar. Kalau bisa menghilang, Mely dan Bela ingin menghilang begitu saja.
"Bel, tidak nyaman banget nih. Pulang yuk." Bujuk Mely.
"Sama Mel, aku juga merasa tidak nyaman banget. Tapi mau bagaimana, terlanjur nyemplung." Jawab Bela sambil nyengir.
Bela sendiri merasa risih. Coba kalau bukan rekan bisnis dan teman temannya, mending Ia tidur di rumah. Merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk.
"Bel, aku ke toilet dlu ya," Mely ingin ke kamar kecil.
"Mau aku anter gak?"
"Apa'an sih?" Mely melempar sedotan ke arah Bela, merasa sebal dengan gurauan sahabatnya.
Suasana di toilet wanita saat ini begitu sepi. Namun Mely tidak sengaja mendengar obrolan dua orang wanita di balik bilik toiletnya.
" Kamu jangan sampai lupa ya kasih obat ke minuman pria itu," ucap wanita pertama.
"Tapi kak, aku takut kalau ketahuan," jawab wanita kedua.
"Jangan ceroboh, kalau sampai gagal. Bisa habis nasib kita," kata wanita pertama lagi.
Setelah dua orang wanita itu pergi, Mely segera mengikuti mereka dari belakang. Tanpa Mely sadari, ada seseorang yang misterius dan berpakaian serba hitam yang juga mengintai dirinya. Mely tidak tau, kalau bahaya sedang mengincar dirinya juga saat itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sutiah
jiaah....aq kok baru moco judul seng iki yo 🙉
gek ono seng keri ternyata 😅
2023-05-29
0
Ayux Sri Ardani
mampir
2023-02-02
0
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
mampir
2022-11-02
0