BAB 4

Malam itu terasa sangat dingin dan mencekam bagi Dilara, pasalnya hujan turun begitu lebatnya, atap sel tahanan bocor disana sini. Beberapa binatang mulai masuk ke dalam sel, hingga Dilara bergidik ngeri melihatnya.

"Buka pintunya ! Buka ! Keluarkan Aku dari sini !" Dilara berteriak kencang namun tak ada yang memperdulikan teriakannya.

Dilara merasakan di kakinya terdapat sesuatu yang berjalan, seekor kelabang mencoba merayap naik ke tubuh Dilara hingga Dilara meronta-ronta dan menjerit ketakutan.

"Aaaaaa ! Pergi-pergi !"

Belum lagi cacing-cacing yang mulai keluar dari sudut-sudut dinding karena tempatnya yang basah diterpa air hujan.

Teriakan Dilara menggema bahkan terdengar sampai ke sel tahanan lain yang tak jauh dari selnya Dilara.

"Suaranya sampai ke sini ! Dia pasti sedang mengalami hal buruk !" kata salah satu napi yang tengah duduk dan berselimut karena merasa kedinginan.

"Sel itu sangat mengerikan, hujan lebat semacam ini pasti banyak binatang yang masuk !" kata napi lainnya.

Hujan semakin deras disertai datangnya kilatan petir yang begitu hebat. Dilara masih terus menangis dan mencoba mempertahankan dirinya. Ia masihlah pribadi yang memiliki iman dan kepercayaan.

... 'Akan ada kebahagiaan untuk orang-orang yang tertindas.' ...

Malam itu malam yang penuh nestapa bagi Dilara, tidak ada yang membantunya sama sekali.

Pagi harinya mentari naik ke permukaan bumi dengan begitu mencolok menandakan jika hari ini akan begitu terasa panas. Dilara yang semalaman tidak bisa tidur matanya begitu cekung dan juga wajah yang pucat. Belum lagi cacing diperutnya yang sudah berdemo sebab sejak kemarin siang dirinya tidak diberi makan.

Tak lama sipir penjara membawa kan sebuah ompreng yang berisikan sarapan untuk Dilara. Ompreng itu diletakkan begitu saja di depan sel tahanan, Dilara langsung membukanya dengan terburu-buru hingga ompreng tersebut terbalik dan isi makanan di dalamnya jatuh ke lantai.

Hati di lara begitu berdenyut nyeri di dalam ompreng tersebut hanya secumpuk nasi putih yang disiram dengan air sayur bening. Namun sarapannya sudah terjatuh begitu saja ke lantai bahkan beberapa semut hendak mendekat dan memakannya.

Karena merasa lapar Dilara mengambil nasi itu dan menyuapkannya ke dalam mulutnya, rasa lapar seolah membutakan dirinya jika itu adalah makanan yang sudah kotor dan tidak untuk dimakan.

"Dunia begitu kejam untuknya !" kata sipir penjara yang melihat Dilara makan dari kejauhan.

"Bagaimana kalau Kita taruhan ! Bukan kah Dia tidak mengakui kesalahannya karena menganggap tidak pernah membunuh ?" kata sipir penjara lainnya.

"Kau percaya Dia tidak membunuh ?"

"Entahlah, Aku merasa ambigu !" sipir penjara itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke sembarang arah.

"Aku benci dengan wanita lemah !" sipir penjara lain berdecak kesal, lalu mendekat ke arah sel Dilara.

"Mau apa dia ?" kata sipir penjara satunya.

Rasa lapar yang mendera perut Dilara perlahan mulai menghilang setelah memakan nasi. Sipir penjara yang mendekat ke arah Dilara kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Dilara dan mengeluarkan sebotol kecil air mineral dari sakunya.

"Minumlah !"

Namanya adalah Tomas, dia adalah kepala sipir penjara yang baru saja diangkat beberapa hari lalu. Pria berperawakan tinggi badan 185 sentimeter dan berbobot tubuh 70 kilogram itu memang begitu tampan dan berkharisma, bahkan usianya masih begitu muda di 34 tahun.

Dilara melihat Tomas, ia kemudian mengambil botol air mineral itu dari Tomas dan membukanya lalu meminumnya hingga kandas. Tomas hanya memperhatikan Dilara, ia tahu dibalik wajah kusam dan tubuh yang lusuh saat ini Dilara sebenarnya adalah wanita yang begitu cantik hanya saja tertutup oleh debu.

"Hidupkan keran air nya !" titah Tomas pada sipir penjara lain yang berada di dekatnya, sipir penjara pun menghidupkan aliran air yang menyalur ke toilet sel tahanan Dilara.

"Bersihkan diri Mu !" Tomas kemudian berdiri dan meminta sipir penjara untuk memberikan Dilara pakaian tahanan yang baru. Sebelum Tomas pergi meninggalkan sel yang Dilara tempati.

Dilara hanya memandang punggung Tomas hingga hilang dari pandangan matanya, Dilara menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, ternyata masih ada orang yang peduli dan kasihan padanya.

"Terimakasih!" ucap Dilara dalam hati.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

jadi keingat kasus Jesika yg dimasukan sel tikus.

2024-05-09

2

lili

lili

alhamdulilah masih ada yg peduli

2024-03-31

1

Sani Srimulyani

Sani Srimulyani

untunglah masih ada orang baik.

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!