BAB 3

Dilara duduk disebuah ruang kosong, ia ditinggalkan begitu saja oleh para sipir penjara, dua diantara mereka berjaga di depan pintu.

Dalam lamunan Dilara, ia mencoba berpikir positif mungkinkah orang yang akan menemuinya adalah Pamannya dan Pamannya akan mengeluarkannya dari penjara terkutuk ini.

Tak berselang lama datanglah seorang wanita cantik meskipun usianya sudah hampir berusia lima puluh tahun. Ia berjalan dengan langkah anggun dan menatap tajam Dilara seolah wanita itu sangat membenci Dilara, ia bahkan menelisik tampilan Dilara dari ujung kuku sampai kepala dengan tatapan jijik.

Wanita itu berdecak kesal, dan juga marah. Ia kemudian mendudukkan dirinya di kursi dan menaruh tas Hermes keluaran terbaru yang ia bawa diatas meja, lalu menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya di dada.

"Si...siapa Anda ?" kata Dilara dengan degup jantung yang tak beraturan.

"Siapa Aku tidak lah penting buat Mu ! Yang jelas Aku senang Kau ada ditempat yang seharusnya !" kata wanita itu dengan santainya.

"Kau..apa Kau yang memasukkan Aku ke penjara ?" kata Dilara dengan sorot mata yang tajam.

"Iya ! Karena Kau pantas menerimanya !" kata wanita itu.

"Tapi Aku bukan pelakunya ! Kau memfitnah Aku !" bentak Dilara bahkan suaranya memenuhi seisi ruangan tersebut.

"Jangan meninggikan suara Mu, memangnya siapa Kau ?!" ucap wanita itu dengan suara beratnya.

"Aku bahkan bisa membuat Mu membusuk di dalam penjara menjijikan itu, kapan pun yang Aku mau ! Aku kehilangan suami Ku dan itu karena diri Mu ! Oh ayolah sudahi saja kebohongan Mu dan katakan dengan sejujurnya mengapa Kau membunuh suami Ku, apa motif Mu ?" kata wanita itu lagi dengan kesal.

Sudah dua puluh satu hari ia menunggu Dilara untuk berkata jujur namun sampai detik ini Dilara hanya bungkam.

Wanita yang menghampiri Dilara adalah istri dari orang dibunuh dalam foto-foto dan video dimana terdapat wajah Dilara sebagai pelakunya. Hati seorang istri mana yang tidak terima melihat suaminya sudah meninggal dalam kondisi yang mengenaskan karena dibunuh oleh seseorang.

Wanita itu bernama Lusy dan suaminya yang sudah tiada bernama Tomi.

"Anda salah ! Aku bahkan tak mengenal suami Mu." kata Dilara dengan meneteskan air matanya.

"Kau bahkan tidak mau mengakui kesalahan Mu, sampai detik ini ! Baiklah memang Kau sepertinya ingin membusuk dipenjara !" Lusy berdiri dari duduknya hendak pergi meninggalkan Dilara. Ia sudah begitu muak dengan Dilara yang tidak mau mengakui perbuatannya.

"Tolong Nyonya ! Percaya pada Ku, bukan Aku yang membunuh suami Mu !" Dilara menangis bahkan ia bersimpuh di kaki Lusy, memohon untuk dibebaskan dari penjara yang begitu mengerikan baginya.

Lusy hanya diam dan tanpa perasaan serta kasihan, Lusy pergi meninggalkan Dilara yang menangis sendirian di ruangan itu.

"Haaa...Oh Tuhan, kenapa semua terjadi pada Ku ! Apa salah Ku !" kata Dilara terisak dalam tangisnya.

Tak lama dua orang sipir penjara datang dan membawa Dilara kembali ke sel tahanannya. Dilara tentu saja dalam hatinya tak ingin lagi kesana, namun apalah daya tubuhnya dibawa paksa dan seret kembali ke tempatnya.

Para narapidana lainnya yang melihat Dilara dibawa oleh sipir penjara, mereka saling berbisik bahkan menggunjingkan Dilara, entah kesalahan apa yang dilakukan oleh wanita malang itu sehingga ia menjadi penghuni sel tikus yang sangat menjijikkan, bahkan mereka pun takut jika masuk ke sana.

"Dia tahanan baru ? Mentalnya begitu kuat, ini sudah tiga minggu berlalu dan Dia masih hidup !" kata napi lainnya.

"Aku ingat cerita pria yang pernah gantung diri disana, belum satu Minggu dia sudah mati !"

"Betul, kasihan gadis malang itu !"

"Desas-desusnya katanya dia tidak mau mengakui kesalahannya !"

"Bodoh ! Mana ada penjahat mengakui kesalahannya !"

Dilara kembali ke selnya, tubuhnya bahkan dilemparkan oleh dua sipir penjara itu dengan kasar hingga tangan Dilara terluka.

"Aaaaa !" Dilara memegangi siku tangannya yang terluka, benar-benar tidak ada rasa kasihan sama sekali untuknya ditempat ini.

"Kenapa tidak mengaku saja, kalau Kau mengakuinya Kau tidak akan terkurung selamanya disini !" kata sipir penjara itu kembali mengunci sel.

"Aku tidak bersalah, Aku tidak pernah membunuh!" kata Dilara dengan pelan menghapus air matanya.

"Bodoh ! Persetan dengan itu, selamatkan diri Mu sendiri ! Apa Kau ingin mati ? Baiklah, mati saja jika itu yang Kau mau ! Siapa pula yang peduli dengan napi yang bunuh diri di sel ini !" kata sipir penjara itu dan berlalu pergi dari sel Dilara.

Dilara menangis percuma saja, sampai air matanya habis pun tidak akan ada yang kasihan padanya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

mari lanjutkan membacax

2024-05-28

1

Ibelmizzel

Ibelmizzel

misteri macam apa ini sungguh kejam.

2024-05-09

1

lili

lili

mungkinkah dilara punya kembaran dan kembarannya yg membunuh....

2024-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!