Bunga Tulip = Cinta yang Sempurna

Seminggu berhasil ku lalui untuk menyelesaikan pembukaan toko bungaku. Bukan toko yang besar, hanya toko kecil yang ku harapkan suatu saat nanti bisa jadi toko yang cukup besar.

‘Hye Flo’, nama yang dipilihkan Kenzie untuk toko bunga ku. Gabungan dari namaku, Hyera dan Florist.

Aku menatap semua dinding yang di gambar sangat rapi namun elegan berkat tangan Kak Andrian. Meraba beberapa pajangan yang kemarin di pilihkan Kenzie juga foto keluarga yang ku letakkan di dekat meja kasir. Masih tidak menyangka akhirnya aku memberanikan diri untuk terjun kedunia bisnis. Berani bangkit setelah bertahun-tahun hidup dalam keraguan.

Gadis cacat yang dulu sangat takut berinteraksi dengan orang banyak, gadis yang selalu merasa minder, gadis yang bahkan tidak punya rasa percaya diri sama sekali, kini berani tampil dan berdiri.

Mungkin aku harus berterimakasih pada pencipta yang telah memberitahuku tentang penyakit Kak Dhafin. Meski sampai sekarang aku masih memikirkan cara menyembuhkan kakak ku, setidaknya setelah kenyataan pahit itu aku berani mencoba dan berdiri.

Dari aku yang selalu takut untuk memulai segala hal. Dari aku yang hanya bisa berdiri di belakang mereka yang mencoba menyelamatkanku. Dari aku yang sama sekali tidak punya gairah dan semangat hidup, kini berhasil bangkit dan mencoba semuanya dari nol.

Dari aku yang takut akan kritik orang tentang kecacatanku, kini aku bisa berdiri sendiri dengan dua kaki dan menampilkan inilah aku yang cacat tapi punya kelebihan.

Merawat bunga mungkin bisa dilakukan semua orang. Membuka toko bunga bisa di wujudkan semua orang. Tapi berani ambil resiko dari pendengaranku yang rusak dan aku harus meladeni semua pesanan serta kemauan pelanggan benar-benar membuatku sedikit bangga pada diriku sendiri.

Mendorong niat untuk bisa berubah jadi lebih baik memang tidak mudah. Mengumpulkan keyakinan bahwa aku bsia membuka florist dan merawat bunga pun juga tidak mudah. Niat yang awalnya hanya tertutup oleh angan. Niat yang bahkan tidak pernah terfikirkan untuk aku kembangkan. Hanya sebatas niat tanpa ada keinginan untuk mewujudkannya. Namun sekarang berani tidak berani aku mencoba memulai semuanya.

“Puas?” Aku menoleh ke arah Kenzie yang bersedekap dada menatap ke arahku sambil tersenyum.

“Sangat.” Balasku lalu mengambil beberapa tangkai bunga mawar kuning yang ku susun di samping meja kasir.

Menyodorkannya pada Kenzie, membuat anak itu mengernyitkan dahi.

“Itu untukmu.” Ucapku tersenyum setelah anak itu menerima dua tangkai bunga mawar kuning dariku.

“Untukku?” Tanya nya dengan binar mata lucu.

Aku tertawa kecil sambil mengangguk. “Bunga mawar warna kuning.” Jedaku lalu menatap Kenzie dan mawar bergantian. “Bunga itu memiliki arti persahabatan dan kegembiraan. Aku bersyukur karena aku memiliki teman yang baik sepertimu. Teman yang sangat pengertian, dan selalu ada kapan pun aku butuhkan. Hal itu membuat aku semakin bahagia dan bersyukur bisa mengenalmu. Terimakasih selalu menolongku. Terimakasih tidak pernah mengeluh untukku.” Ucapku panjang lebar dan tersenyum di akhir kalimat.

Mata Kenzie menatap lekat ke arahku. Tangan kanan nya masih memegang bunga yang kuberikan. Ekspresi wajahnya sulit ku artikan, memang dasarnya aku tidak pandai membaca raut wajah seseorang. Tapi, tak ada senyum yang ku temukan dari sorot mata itu.

Pertanyaanya, apa Kenzie tidak menyukai bunga nya?

“Terimakasih.” Dan akhirnya kata itu keluar dari mulut Kenzie.

Aku berbalik sambil mengusap kedua telapak tanganku. Menyusun tangkai-tangkai bunga yang terlihat sedikit berantakan. Bersenandung kecil lalu mencium bau harum dari bunga yang ku sentuh.

Hanya mencoba mengalihkan tatap dari mata Kenzie yang bisa ku bilang sedikit menajam. Seperti yang ku katakan tadi, masih belum ada senyum yang tercetak di bibirnya.

Jujur, jika aku boleh memilih beberapa warna dari bunga mawar yang ada, aku ingin memberikan Kenzie bunga mawar berwarna merah.

Aku yakin kalian semua sudah tahu arti dari bunga mawar merah tanpa ku jelaskan. Bunga itu menjadi salah satu symbol universal yang melambangkan cinta sejati. Seperti cintaku untuk Kenzie. Tapi aku cukup tahu diri untuk tidak memberikan mawar itu. Karena aku tahu, cinta Kenzie hanya untuk Kimi. Dan mungkin selamanya.

Sementara denganku? Hanya perasaan antar teman. Tidak lebih, dan aku cukup waras untuk tidak meminta lebih.

Biar begini saja. Setidaknya Kenzie tidak meninggalkan ku.

“Kamu tahu beberapa arti bunga?”

Berdehem sebentar aku mengangguk pelan. “Tidak semua, hanya sedikit yang aku tahu.”

“Emm… lalu apa kau tahu arti bunga tulip?”

Menghentikan kegiatanku menata tangkai bunga, aku tersenyum getir. “Kenapa? Mau memberikannya untuk Kimi?”

Tidak salah kan aku bertanya seperti itu? Kenzie bertanya tentang lambang tulip, yang setahuku melambangkan cinta yang sempurna. Seperti cintanya untuk Kimi, mungkin.

Semua tahu bagaimana sayangnya Kenzie pada Kimi, dan begitu pula sebaliknya. Dua pasangan yang sangat serasi dan sempurna. Siapa yang tidak akan iri dengan mereka? Terlebih, selain cantik Kimi juga anggun. Idaman bukan?

“Tidak. Aku tidak berkata ingin memberikannya pada Kimi.”

“Oh ya?” Tertawa hambar aku mengambil gunting yang berada di atas meja kasir lalu menghampiri bunga tulip yang berada di pojok toko.

Meraih beberapa tangkai bunga lalu mengeceknya dengan teliti. Berharap tidak ada kumbang hinggap di dalamnya.

Sebenarnya tanpa ku cek terlebih dahulu sudah dipastikan tidak ada kumbang hinggap, hanya saja…

Aku akan menganggap Kenzie pelanggan pertamaku. Dan aku akan memberikan sesuatu yang special untuk pelangganku. Terlebih pelanggan pertamaku adalah orang yang juga punya posisi special di hatiku.

“Ya. Kimi tidak suka bunga. Dan aku juga tidak ada niatan memberi nya bunga.”

Kedua tanganku yang bekerja berhenti sebentar, menatap bunga yang sedang ku pegang, lalu melanjutkan pekerjaanku.

“Aku kira Kimi suka bunga. Baru saja aku ingin memberikan tulip ini untuk nya. Kau bisa bilang bunga ini darimu, dan mungkin dia akan suka.”

Suara bangku terdengar bergeser. Mungkin Kenzie duduk. Soalnya, badan ku masih berdiri membelakanginya.

“Kimi lebih suka anak anjing daripada bunga. Dari awal aku juga belum pernah memberi nya bunga. Aku bahkan tidak tahu bunga kesukaan nya.” Tawa kecil di akhir sebagai pemanis cerita Kenzie.

Aku berbalik sebentar, menatap Kenzie yang tersenyum merekah saat menceritakan Kimi. Aku jadi penasaran, apakah ada orang yang bercerita tentang aku dengan senyum semerekah itu?

Menggelikan saat aku iri dengan semua yang di dapat Kimi. Wajah cantik, pintar, anggun, disukai Kenzie, semuanya. Bahkan Kimi terlihat sangat sempurna seperti malaikat.

Andai, yaa… kembali aku mengatakan ‘andai’. Menghembuskan nafas berat, aku mencoba kembali tersenyum.

“Sayang banget sih sama mbak pacar. Cerita nya sampai semangat gitu.” Godaku dan Kenzie tertawa.

Namun lagi-lagi tawa Kenzie membuat hatiku berdengung nyeri. Pasalnya tawa itu di sebabkan karena Kimi bukan karena ku.

“Kimi baik.” Tanpa di beritahu pun aku juga tahu Ken. “Aku akan menjaganya sampai akhir.” Tuhan, ini sakit saat orang yang kamu sayang mengatakan akan menjaga orang terkasih nya di hadapan mu secara langsung.

Jika boleh egois aku ingin merebut posisi Kimi. Tapi aku cukup sadar diri untuk tidak melakukan hal bodoh itu. Yang ada, aku malah akan membuat hubungan ku dan Kenzie semakin berjarak jauh.

Biar aku saja. Cinta sepihak ini biar aku saja yang merasakan. Suatu saat nanti, akan ada bagian ku untuk bahagia. Bukan dengan Kenzie mungkin, tapi orang lain di luar sana akan bisa menjaga dan membahagia kan ku, serta merebut posisi utama di hatiku setelah Kenzie. Ya.. aku hanya harus bersabar sedikit untuk bertemu dengan orang itu.

“Setelah ini kau mau kemana?” Tanyaku sambil menarik satu bangku di hadapan Kenzie. Duduk berhadapan dengan meja kecil berwarna putih serta satu bunga matahari mekar di atasnya. Aku memandang Kenzie yang kini tengah menatap langit-langit toko.

“Kimi memintaku untuk menemaninya.” Ahh.. ku kira.

Tersenyum, aku beranjak dan mengambil bunga tulip yang tadi sudah ku rangkai. “Saat bertemu Kimi nanti, berikan bunga ini. Aku yakin dia akan suka.”

“Tapi Ra..”

“Tidak ada wanita yang tidak suka bunga, setahuku. Berikan saja, anggap ini sebagai imbalan karena aku mengambil waktumu dari Kimi. Dia akan suka, percayalah.” Aku tersenyum. Selalu memaksa tersenyum saat kenyataan hatiku berbanding terbalik dengan senyumanku.

Kenzie diam sebentar. Matanya menatap ku lekat. Tatapan teduh namun sedikit mengintimidasi. Tangannya bergerak pelan. Mengambil alih bunga tulip yang sudah ku siapkan untuknya.

“Sampaikan salam ku untuk Kimi.” Ucapku final, dan Kenzie mengangguk. Mengambil langkah, anak itu berdiri dan pamit untuk pergi.

Mataku menerawang pada punggung orang yang sudah lama aku cintai. Semakin dia berjalan semakin punggung itu jauh dari jangkauan pandangan ku.

Tersenyum getir, aku menatap bunga matahari yang berada di tengah meja.

Hatiku sakit, tapi aku bahagia. Meski tidak bisa memiliki, setidaknya aku punya andil untuk membuatnya tertawa.

Anggap saja ini sebagai awal untuk aku memantapkan diri saat nanti Kenzie benar-benar pergi dengan Kimi. Tidak tahu kapan, tapi waktu itu akan tiba. Kenzie yang akan menggandeng tangan Kimi, mengucapkan janji suci dan berakhir hidup bahagia membangun sebuah keluarga yang harmonis.

Sedikit menggelikan membicarakan tentang ‘keluarga’ saat usia kami bahkan belum cukup umur untuk membina keluarga. Namun dilihat dari sikap mereka berdua, aku yakin cinta mereka akan sampai pada titik puncak yang bernama ‘kebahagiaan’.

Doaku, semoga aku bisa merelakan Kenzie dan aku segera menemukan kebahagiaanku.

Terpopuler

Comments

Machalatte

Machalatte

doaku kenzi tetap sama Hye🥺

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!