Kimi dan Aku

“Maaf karena merahasiakannya.”

Aku tersenyum samar, menaruh kopi cappuccino di depan Kak Dhafin, lalu menarik kursi dan duduk di sebrangnya. “Aku tidak apa Kak, sekarang tinggal sisanya. Kita bisa lewati ini bersama-sama.”

Kepala Kak Dhafin mendongak menatapku, sepulang nya dari café ia memilih menunduk tanpa memandangku. Cukup asing dengan tingkah pendiam Kak Dhafin. Aku sudah terlampau biasa dengan sikap ceria juga cerewet nya.

“Tidak apa kan kalau kakak nanti mengeluh?”

“Dengan senang hati aku terima keluhan kakak.” Kami tersenyum, lalu Kak Dhafin bangkit dan melangkah memelukku.

“Serius, kakak tidak ada maksut sembunyiin semuanya dari kamu. Kakak cuma nggak mau kamu kepikiran, kakak nggak bisa lihat kamu gelisah.”

“Yang kakak lakuin itu justru buat aku makin gelisah tau.”

“Maaf maaf, janji setelah ini kakak akan lebih terbuka lagi.”

Aku mengangguk dalam pelukan Kak Dhafin. Aku kira setelah aku pergi dari café kemarin Kak Dhafin akan memilih berdiam diri atau lebih buruknya tidak pulang lagi ke rumah dan memilih tinggal di café. Tapi aku salah, kakak ku tidak akan memilih hal bodoh itu.

“Apa Kak Andrian tahu tentang jantung Kakak?”

Sedikit menimang Kak Dhafin mengangguk. “Andrian itu calon dokter. Tanpa ku beritahu pun, dia akan langsung paham. Dia bisa menganalisa sendiri, jadi aku tidak perlu bercerita secara detail padanya.”

Aku mengangguk mengerti, “Hebat ya Kak Andrian. bisa tahu tanpa perlu di beri tahu.”

“Ahh tidak juga. Masih hebatan kakak kemana-mana.”

Mataku mendelik menatap Kak Dhafin. Sudah kembali ke asalnya rupanya, sebagai pria dengan kepercayaan diri di atas rata-rata.

“Kamu jadi, buka toko bunga?”

“Jadi dong. Modal awal kakak yang modalin, nanti kalau sudah ada pelanggan dan aku sudah punya pendapatan, aku akan cicil semuanya sama kakak.”

“Tidak perlu di cicil juga tidak apa-apa. Asal kamu tekun saja merawat florist mu. Jangan di anggurin dan jangan sampai bangkrut. Awal usaha pasti akan banyak sekali susah nya, tapi kalau kamu tekun, kamu bisa sukses.”

Aku mengangguk membenarkan ucapan Kak Dhafin.

Sebenarnya aku sudah lama berniat ingin membuka toko bunga. Dari memang aku yang menyukai bunga sekaligus mengisi waktu luang saat aku tidak ada jadwal belajar dengan Pak Sam.

Lumayan kan penghasilannya bisa ku berikan pada kakak ku, atau bisa ku simpan untuk tabunganku.

“Lokasi nya mau dimana?”

Aku melepaskan pelukan Kak Dhafin, merapikan poniku yang sedikit berantakan. “Tidak jauh. Ada bangunan kecil di samping rumah yang dulu pernah jadi tempat kita bermain. Aku akan pakai tempat itu, biar bangunan nya tidak rusak dimakan rayap. Sayang, tempatnya sudah lama tidak dipakai.”

Kak Dhafin mengangguk. Menyeruput kopi cappuchino yang ku seduhkan sedari 5 menit yang lalu. Asapnya masih mengepul di udara, menandakan kopi itu masih hangat.

“Ada yang perlu kakak bantu?”

Aku melirik atap rumah, berfikir sejenak lalu menggeleng. “Tidak perlu. Aku sudah menyuruh orang untuk mendesign semuanya. Jadi kakak dan aku tidak perlu repot beres-beres.”

Alis Kak Dhafin terangkat satu, “Orang? Siapa?”

Tersenyum jahil mata ku mengerling, “Kak Andrian.” Lalu kami berdua tertawa.

Ini memang rencanaku, bahkan aku sudah membicarakannya pada Kak Andrian beberapa hari yang lalu. Ahh bukan membicarakan, lebih tepatnya aku merayu Kak Andrian. Sebenar nya bukan full rencana ku, karena ada campur tangan Kenzie yang benar-benar tidak bisa diam dan terus berdalil ingin membantuku.

Aku pun jelas tidak bisa menolak.

Kenzie cukup jago memilih pernak pernik untuk hiasan atau dekorasi, sementara Kak Andrian sangat jago dalam mendesign tempat. Perpaduan dua cowok tampan yang sangat pas bukan?

Aku saja jatuh cinta dengan design café Kak Dhafin yang di design langsung sama Kak Andrian. Aku yakin, design toko ku tidak kalah keren dengan design café Kak Dhafin.

Ting Tong…

Buru-buru aku menarik bangku yang tengah ku duduki. Mencium pipi Kak Dhafin sebelum pamit dan berlalu meninggalkan nya yang terus berteriak menyuruhku membawa payung.

Kemarin aku ketahuan waktu aku pulang basah kuyup karena kehujanan. Padahal, aku sudah kebal dengan guyuran hujan, tapi kakak ku tidak pernah kebal melihat adiknya yang bandel main hujan-hujan an.

Selalu mengoceh sepanjang waktu saat tahu aku pulang dalam kondisi basah kuyup. Bukan mengomel karena takut sakit, omelan Kak Dhafin sebenarnya lebih menjurus mengatai ku yang katanya mirip seperti tikus kecebur got. Katanya sih begitu. Menyebalkan memang.

“Kenapa itu?” Aku menutup pintu rumah hati-hati. Tersenyum ke arah Kenzie lalu mensejajarkan tinggiku dengan nya.

“Biasa disuruh bawa payung.” Jawabku.

Anak itu tertawa, “Masih saja, padahal hujan-hujan an itu asyik loh.”

Aku mengangguk mantap. “Sangat.” Lalu kami berjalan beriringan meninggalkan pekarangan rumah ku.

Sesekali tangan Kenzie merangkul pundakku. Bercanda kala ada bahan yang bisa kami bahas dan kami jadikan objek bercandaan. Saling bersenandung kecil sampai langkah kami terhenti di sebuah halte bus yang akan mengantarkan kami ke pusat perbelanjaan.

Jarak pusat perbelanjaan dari rumahku tidak begitu jauh, mengingat kawasan rumah ku berada di daerah yang cukup strategis. Dekat dengan kampus, dekat dengan café, dekat dengan pusat perbelajaan, dekat dengan taman, intinya cukup strategis.

Mataku menatap ke luar jendela, Kenzie yang duduk di sampingku sibuk dengan ponselnya. Tidak perlu aku bertanya mengapa ia sibuk dengan ponselnya. Sudah pasti ia sedang menghubungi kekasihnya.

Aku iri, meski aku jalan dengan Kenzie, meski Kenzie ada didekatku, tapi Kenzie tidak pernah absen mengabari Kimi. Takut khawatir mungkin, mengingat Kemzie sangat menyayangi Kimi.

Pernah waktu itu, saat aku masih satu sekolah dengan Kenzie, anak itu rela meninggalkan ku sendirian di kantin saat ada seorang siswa yang memberitahunya kalau Kimi jatuh dari tangga.

Awalnya ku fikir Kimi terluka parah karena reaksi Kenzie yang langsung berlari meninggalkanku. Aku cukup maklum, tapi saat aku tahu Kimi hanya keseleo hatiku hancur. Aku cemburu, dan aku marah saat Kenzie lebih mementingkan Kimi ketimbang aku.

Aku memang tidak punya hak lebih, mengingat aku hanya sekedar teman kecilnya. Tapi perasaanku tidak bisa berbohong.

Raga Kenzie mungkin berada tepat di sampingku, tapi hatinya berkelana jauh ke tempat Kimi. Sedikit kekanakan memang, tapi kalau sudah menyangkut cemburu pada orang yang di sayang apapun juga akan terasa kekanak-kanakan.

“Ra, nanti aku tidak bisa lama menemanimu, tidak apa kan?” Sudah ku duga.

Tersenyum lembut, kepalaku mengangguk. “Tidak apa. Mau kemana memang?”

“Kimi minta di temani ke toko buku, tidak apa kan aku hanya menemanimu sebentar?” Padahal janjinya sama aku terlebih dahulu.

“Oh tidak apa-apa dong. Kalau gitu kamu nggak usah turun, langsung ke rumah Kimi aja, bus nya juga searah kesana kan. Daripada kamu bolak-balik.”

“Ra tapi…”

Halte pusat perbelanjaan XX, penumpang yang ingin turun, kita sampai di Halte pusat perbelanjaan XX.

“Ahh sudah sampai!” Seruku, lalu berdiri.

“Ra..”

“Tidak apa Ken. Kau lanjutkan saja ke rumah Kimi, aku turun disini. Sampai ketemu besok.”

Aku berjalan keluar dengan berat hati setelah melemparkan senyum ke arah Kenzie. Tak lupa melambaikan tangan, lalu semakin memantapkan kakiku keluar bus.

Sesampainya di luar bus, aku menghembuskan nafas pelan dan berbalik. Bisa ku lihat dari jendela Kenzie yang berdiri menatapku. Sorot matanya tidak bisa ku artikan sama sekali, tapi aku tetap memaksa tersenyum.

Melambaikan tangan untuk kedua kalinya, dan bus kembali melaju.

Aku mengelus dadaku, nyeri rasanya. Hatiku kembali sakit. Sebegini nya kah rasanya mencintai seseorang tapi hanya sepihak?

Mencoba kembali menetralkan perasaanku, aku berbalik bermaksud berjalan masuk ke dalam pusat perbelanjaan.

Tapi saat kakiku baru melaju dua langkah, bisa ku lihat dari kejauhan seseorang yang berlari ke arahku. Memanggil namaku cukup keras sampai mengundang tatap beberapa orang di sekitarnya. Kenzie berbalik dan mengejarku yang berdiri mematung menatapnya.

Terpopuler

Comments

Machalatte

Machalatte

aku yang baper gegara Kenzie 🙂

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!