Pagi itu, Joe mengendarai motornya menuju ke Sekolah. Fikirannya mulai bercabang. Ia dilema. Apakah keputusan yang ia ambil telah benar. Ataukah hanya perasaan yang diselimuti dengan emosi sesaat.
Yang ia tahu, ia hanya tak ingin melibatkan Zika pada persoalan hidupnya yang rumit. Karena ia sangat mencintainya.
Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, agar tak bertemu dengan sang pujaan hati. Entah sejak kapan ia berubah jadi seorang pengecut seperti itu. Memilih untuk melihat Zika sedari jauh.
Hanya butuh waktu 20 menit dari rumahnya ke sekolah. Joe sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.
Ia mencari seseorang yang dikenalnya dengan baik. Matanya belum juga menemukan orang yang dicari.
Hingga matanya tertuju pada seorang wanita di ujung tangga gedung perpustakaan yang letaknya tak begitu jauh dengan gerbang tempat ia berdiri.
"Ndaaaa...." Teriaknya sambil melambaikan tangan pada wanita diujung tangga tadi yang tak lain adalah sahabatnya, Nida.
Seraya Nida pun menoleh dan tersenyum. Ia menghampiri Joe yang tengah berdiri disamping motor gedenya yang gagah itu.
Mereka berbincang sebentar, Nida sempat menanyakan perihal kemana perginya Joe selama hampir dua minggu ini. Dan hanya dijawab Joe dengan senyuman tipis.
Joe tidak mau sahabatnya itu lebih lama mengintrogasinya, dengan cepat ia titipkan sebuah amplop berwarna biru untuk Zika.
Dan dengan cepat ia pamit pada Nida yang masih sangat kebingungan. Kenapa sahabatnya itu tak mau menghadiri pesta perpisahan yang diperuntukan buat mereka.
Joe pamit, tanpa lupa memuji sahabatnya terlebih dahulu. Yahh Nida yang selama ini hampir terlihat tomboi, sangat pangling disaat mengenakan pakaian adat sunda itu. Pujian Joe sangat disambut antusias oleh Nida yang sebenarnya tidak terlalu percaya diri mengenakan setelan kebaya itu.
Joe pergi meninggalkan sekolahnya yang mulai ramai dikunjungi para siswa kelas XII beserta keluarga besarnya untuk menghadiri acara perpisahan itu. Yah memang SMA tempat Joe bersekolah itu memiliki gedung serbaguna yang lumayan besar. Jadi untuk acara perpisahan, PENSI dan sebagainya dengan leluasa bisa diselenggarakan didalam lingkungan sekolah.
Setelah beberapa saat Joe meninggalkan sekolahnya, tepat di perempatan jalan menuju sekolah, ia melihat mobil orang tua Zika melaju diarah yang berlawanan dengannya.
Joe menghentikan motornya seketika ditengah jalan.. Hingga hampir membuatnya tertabrak okeh kendaraan dibelakangnya. Joe yang hampir membuat dirinya dan orang lain celaka, harus rela menerima umpatan dari para pengendara lainnya.
Joe memutar arah motornya kembali menuju sekolahnya.
Joe melihat mobil orang tua Zika memasuki halaman parkir sekolah. Fikirnya ingin bertemu dengan Zika, ingin melihatnya. Hampir dua minggu tak berjumpa dengannya membuat hatinya dilanda kerinduan yang amat sangat.
Zika keluar dari mobilnya...
Benar saja, ia sangat cantik. Dengan balutan kebaya muslim modern dengan warna yang soft. Perpaduan warna grey dan baby pink. Ditambah hijab yang menutupi kepalanya. Membuat ia semakin terlihat mempesona dengan keanggunannya.
" Ahhhhh Joe.. Betapa sempurna nya wanita yang engkau cintai. Fisik yang sempurna juga peringai yang hampir sangat sempurna." Gumam Joe dalam hatinya.
"Tak sanggup jika harus melihatnya dengan yang lain. Semoga Tuhan akan memberi kesempatan kita untuk bersama nanti, yang." imbuh Joe dalam hatinya dengan tatapan penuh cinta untuk Zika.
Drtttt....Drttttt... Ponsel Joe bergetar dari dalam saku jacket hoody miliknya. Rupanya sang kaka telah menelponnya untuk segera datang.
Joe kemudian pergi meninggalkan sekolahnya.
Dalam hatinya masih menerawang jauh tentang Zika.
Zika rupanya telah mewujudkan keinginannya untuk menutup auratnya sebagai seorang muslimah. Keinginan yang terpendam sejak lama. Ia sedang mencoba untuk berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik.
"Zika, kau semakin membuatku tergila-gila...... " Gumam Joe lagi dalam hatinya.
Joe melaju dengan cepat agar tak terlambat datang kerumah dimana sang ibu dan kakaknya tengah menunggunya.
Mereka pergi ke Sukabumi saat itu juga. Terlihat raut wajah kesedihan sang ibu yang akan meninggalkan ruamh penuh kenangan untuknya.
Membuat Joe dan Manda sang kakak juga mulai berkaca-kaca melihat sang ibu meneteskan air mata berpamitan pada Bik ani dan pak Yudha sang penjaga rumah.
*****
Setelah dua hari berada di Sukabumi, Joe akhirnya kembali ke Bogor setelah ditelpon oleh pengacara keluarganya.
Joe menyusul sang kakak yang sudah kembali ke Bogor sesaat setelah sampai ke Sukabumi. Karena sang Kakak sedang dalam pengerjaan karya ilmiah nya untuk sidang dua bulan yang akan datang. Sebetulnya Joe tak tega melihat sang kakak yang seharusnya fokus pada tesisnya, malah harus terbagi fikirannya dengan masalah keluarga yang pelik ini.
Sesampainya di Bogor, Joe langsung menemui pengacara ayahnya bersama kak Manda.
Pak Dandi sang pengacara membeberkan segala hal yang harus mereka ketahui juga musyawarahkan. Ada beberapa poin yang disampaikan oleh pak Dandi. Termasuk penjualan sejumlah aset keluarga guna menutupi kekurangan membayar denda pada negara atas kerugian yang disebabkan oleh sang ayah.
Manda dan Joe dengan berat hati untuk menjual rumah masa kecil mereka yang saat ini mereka tinggali. Mereka pindah ke sebuah rumah yang lebih kecil tak jauh dari komplek perumahan rumah mereka saat ini.
Menjual rumah mereka, juga berarti kehilangan orang-orang terdekat yang sudah mengabdikan diri mereka bekerja lebih dari 20 tahun di rumah mereka. Bik Ani yang sudah mereka anggap keluarga, bersikeras akan ikut dengan Joe dan Manda kerumah baru.
Bik Ani telah menganggap Joe dan Manda sebagai putra sendiri. Karena ia tak memiliki putra, dan orang tuanya pun sudah meninggal maka tak ada alasan untuknya pulang ke kampung halaman. Ia merasa perlu berhutang budi pada keluarga Himawan yang telah memperkerjakannya dulu saat ia terlantar di perantauan.
Joe dan Manda sangat terharu dan juga bahagia karena akan ada Bik Ani yang menemani mereka dirumah baru.
*****
Joe yang kesulitan beradaptasi di rumah baru nya, sangat merasa frustasi. Ia melampiaskan segala kemelut yang bersemayam di otaknya pada hobi lamanya. Ia mulai keluar malam menemui teman-temannya di club motor lamanya.
Ia disambut dengan penuh suka cita oleh teman-temannya. Ia langsung didapuk kembali sebagai kapten di club motornya.
Hingga mau tidak mau ia harus aktif kembali nongkrong bersama teman-temannya.
Ia kembali memacu motor gedenya track balap. Hampir tiap malam ia melaju dengan secepat kilat membelah jalanan yang sepi. Hingga kejadian naas itu terjadi.
Saat Joe melawan rivalnya di sebuah event balapan, motor yang sedang ia kendarai mengalami pecah ban. Dengan kecepatan yang hampir melampaui batas, maka tak dapat ia hindari motornya meluncur tak terkendali hingga ia terlempar ke badan jalan.
Dan membuat kepalanya terbentur trotoar.
Benturan itu terjadi sangat keras. Hingga helm yang ia kenakan retak dan hampir terbelah.
Joe bersimbah darah. Badannya tak bisa digerakkan lagi. Ambulance yang memang disiapkan oleh pihak panitia dengan segera membawa tubuh yang telah dilumuri banyak darah itu ke RS terdekat.
Ia dibawa ke UGD dan langsung menjalani operasi darurat setelah kak Manda menandatangani surat pernyataan setuju akan dilakukan operasi darurat.
Manda yang ditelpon oleh teman Joe langsung meluncur ke RS. Untung ada teman SMA kak Manda yang mengenali Joe yang menjadi panpel acara Speed Ride tersebut.
Manda menangis diluar pintu operasi room. Ia menyesalkan kejadian ini. Ia mengingat segala hal yang ia lewati selama satu bulan ini. Penuh menguras emosi, hati dan fikiran. Tak lupa juga menguras materi.
Ia meluapkan segala emosi diri yang selalu ia sembunyikan itu dengan menangis tersedu-sedu.
Sesekali ia pukul dadanya berharap mengurangi sesak didadanya. Teman Manda hanya mampu mengelus bahu temannya untuk sekedar menenangkannya.
Hingga ia tertidur di kursi tunggu karena lelah menangis.
Hampir lima jam dokter melakukan operasi. Hingga masuk jam ke enam, akhirnya lampu diatas pintu yang menyala yang menandakan sedang dilakukan operasi itu padam.
Tak berapa lama pintu itu terbuka. Dengan segera teman-teman Joe menghampiri sang dokter yang masih menggunakan baju OK nya.
Sang dokter yang baru melepaskan masker diwajahnya, langsung memberikan penjelasan tentang kondisi pasien kepada orang-orang dihadapannya yang terlihat sangat cemas.
“Syukurlah teman kalian masih bisa diselamatkan,untung saja kalian cepat membawanya kemari,jika telat lima menit lagi saja. Saya khawatir nyawanya tak kan dapat terselamatkan.”Jelas dokter.
“Terus sekarang bagaimana keadaannya,Dok?”Tanya salah seorang lagi.
“Sekarang keadaannya masih belum stabil,saya juga khawatir,ia akan mengalami koma yang panjang, karna dia mengalami benturan yang sangat keras di tempurung kepala bagian belakang. Juga kondisi tubuh yang drop akibat kehabisan banyak darah, saya belum bisa memastikannya saat ini. Tolong di beri tahukan kepada keluarga atau kerabatnya,yak? Terimakasih.” Papar sang dokter untuk kemudian meninggalkan mereka.
Manda yang baru terbangun langsung menanyakan keadaan adiknya pada temannya.
"Bagaimana keadaan Joe?"
Temannya menjelaskan yang tadi diberitahu oleh dokter yang menangani operasi adiknya itu. Air mata Manda mulai membasahi pipinya lagi. Matanya yang sembab membuat pusing kepalanya,
bruuukkkkk....
Manda terjatuh dilantai yang dingin.
Dengan serentak, semua orang yanga ada dikoridor RS itu segera mengangkat tubuh Manda ke arah UGD.
Dinginnn menyelimuti hati Manda, juga sangat dingin meyelimuti tubuh Joe yang mulai terbaring diruang ICU setelah dipindahkan dari operation room.
Dingin tubuh Joe selama dua tahun ini, dimulai pada malam itu.
Ia mulai bermimpi, meninggalkan segala kenyataan pahit dalam kehidupannya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Bintun Arief
aku datang lagi bawa boom thor 😁
2021-08-15
0
Astri Sugianti
auto mewek aku thor ..
lanjut
2021-06-25
1
my name
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-06-25
1