Waktu terus bergulir bagaikan air yang mengalir di sungai. Seiring matahari yang setia pada bumi. Juga bulan yang setia menemani sang kegelapan malam.
Memberikan setitik cahaya yang begitu berarti dalam ruang hampa yang teramat gelap.
Detik demi detik, hari demi hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tak terasa setahun sudah dari kepulangan Joe dari panti rehab. Semua berjalan seperti dalam mimpi.
Melewati waktu dengan orang-orang terkasih. Cinta, kasih sayang yang penuh perhatian dari sekelilingnya membuat Zika tak ingin pergi dari dunianya sekarang ini.
Sangat berat rasanya jika harus dipaksa untuk meninggalkan semua itu. Yah, manusia itu hanya sementara tinggal di dunia. Ada alam yang menunggunya kelak. Alam yang kekal, abadi.
*****
Teeeeet….Teeeeeeeeeet…..Teeeeeet…..
Bel sekolah telah dibunyikan.Itu berarti semua kegiatan belajar disalah satu sekolah unggulan kota Bogor itu telah berakhir.
Jam yang bertengger dibagian depan kelas, tepatnya diatas whiteboard menunjukan baru pukul 10:30 WIB.
Sebetulnya itu adalah waktu istirahat.
Tapi karna semua staf pengajar akan melaksanakan rapat untuk membahas persiapan pelaksanaan ujian nasional kelas XII, jadi semua siswa dipulangkan lebih awal.
Sepulangnya dari rehabilitasi, Joe punya rutinitas baru. Selalu menunggu Zika di depan kelasnya selepas jam pelajaran terakhir selesai.
Joe yang letak kelasnya dilantai 2 telah berdiri didepan kelas Zika. Menunggui orang yang ia cintai.
Dengan tulusnya, setelah Zika keluar kelas, ia langsung mengambil alih buku-buku tebal tentang anatomi tubuh makhluk hidup milik perpustakaan ditangan Zika.
Zika kaget sekali melihatnya yang muncul secara tiba-tiba bak hantu di siang bolong.
“Sini, biar gue yang bawa.” Joe merebut buku-buku yang tengah dibawa Zika.
“Eh, mau dibawa kemana itu bukunya?”
“Ke Perpus kan?” Terang Joe seraya meninggalkan Zika.
Zika tersenyum dan mengikuti jejak sahabatnya. Tak pernah berubah sikap cerobohnya Joe itu.
“Waduh, enak banget dibawain bukunya, gue juga mau dong, dibawain!!” Teriak Nida dibelakang mereka.
Dengan nada mengejek, Joe membalas teriakan Nida,
“Ooooogahhh…..”sembari ketawa melihat sahabatnya kewalahan membawa buku yang sama dengan jumlah yang cukup banyak.
Dengan segera Zika mengambil beberapa buku yang dibawa oleh Nida. Dan segera menyerahkannya kembali kepada Pak Rudi, Librarian di perpus sekolahnya.
*****
“Ka, kita refreshing dulu yuk?kan masih jam 10. Lagian kan bentar lagi kita mau UN, alangkah baiknya kita melakukan penyegaran dulu. Relaksasi gituuu…!” Ajak Nida ketika memarkirkan motor matic berwarna pink nya.
“Kemana?”Tanya Zika.
“Yuk, kita ke puncak aja, bakar jagung sambil minum cappuccino, sambil liat landscape kota Bogor dari atas ketinggian. Beeuuuh ajib.” Sambung Joe.
“Heh, Lu kan ga bawa motor? Lu mau pake apa? Mau naek angkot? hahaha…” Ejek Nida sambil tersenyum geli melihat sikap Joe yang sangat anti naik kendaraan umum khususnya angkot.
Joe bukannya anti tapi ia menjadi phobia setelah setahun yang lalu, ia menjadi korban pencopetan dalam angkot.
Disaat mengantar Nida dan Zika belanja ke pasar tradisional di daerah Surya Kencana, untuk keperluan masak saat ada rapat OSIS.
Joe yang memaksa ingin ikut serta, malah kapok naik angkot setelah dompet dan HP yang ia simpan di dalam saku celananya, raib digasak pencopet.
“Lu jangan ngejek gue yak?”
Tiiin…Tiiiin….
Mazda keluaran tahun 90-an berhenti di hadapan mereka.
Dan si pengemudi membuka jendela mobilnya, tampaklah wajah tak asing yang mereka lihat didalam mobil itu.
Rendi untuk pertama kalinya mendapat izin dari sang ayah untuk membawa mobilnya, menyapa tiga orang sahabatnya yang sedang terlibat pembicaraan yang sangat seru.
“Wooyyyy….Lagi pada ngapain?Ngobrol ditengah jalan? Ga ngajak-ngajak gue lagi.” sapa Rendi.
“Waaahhh, pucuk dicinta, ulampun tiba.”Jawab Joe.
”Ren, lu mau ikut ga? Kita bertiga mau jalan nih ke puncak. Gue mau ajakin nih cewek berdua jalan-jalan biar ga kuper, ke tempat hang out kita.”lanjut Joe menghampiri Rendi.
“Mau dong! Udah pake mobil gue aja!”
“Ehh,, tar motor gue gimana?” Nida cemberut minta penjelasan.
“Yaudah, biarin aja disitu!” rupanya Joe belum puas mengejek kawannya itu. Melihat Nida cemberut kesal, Joe tersenyum,
”Udah, kita anterin dulu lo balik, simpen motor. Yak? Kan rumah lu gak jauh dari sini. Gimana Ren?” Tanya Joe minta persetujuan dari Rendi.
“Kalo gue sihh Yes… ”Sahut Rendi.
Mereka pergi ke rumah Nida di wilayah sentul. Dan kemudian bergegas kearah tol menuju tol Gadog.
Untung saja hari itu hari kerja, jadi sepanjang Jl. Raya Puncak tak terlalu dipadati kendaraan.
Walau kadang tersendat macet dibeberapa titik, seperti di kawasan pasar Cisarua, juga di persimpangan jalan Taman Safari Indonesia.
Mobil Rendi berbelok menuju gerbang wisata paralayang, Jalannya sedikit berbatu.
Tapi setelah sampai di tempat paling atas tempat wisata itu, terbayar oleh semua hal yang dilihat oleh mata.
Menyejukkan hati dan memberikan penyegaran kembali untuk otak mereka yang beberapa bulan terakhir ini terlalu diforsir,karna focus pada UN.
Segera mereka berempat membuka pintu dan lekas-lekas menghirup udara segar yang masih murni mengandung berjuta-juta oksigen.
Udara yang telah lama tak mereka hirup,sangat segar.
"Hmmmmmm.... Segarnya ... " Joe membentangkan kedua tangannya. Menghirup udara perlahan.
Zika tersenyum melihat nya.
"Fresh banget yahhh..." sahut Nida ceria.
"Yappp... Seger!!" sahut Zika.
Rendi yang sudah lapar langsung memesan jagung bakar .
Hadeeeuuhhhh!!!
Berbeda dengan di kota Bogor yang meskipun dekat dengan pegunungan,namun kadar oksigen dalam udara menjadi minim dikarnakan jumlah kendaraan yang semakin meningkat setiap hari.
Juga membuat alur hidup di kota Bogor menjelma tak jauh berbeda dengan kehidupan di Ibukota Jakarta.
Pengap, panas, walaupun disepanjang jalan kota berdiri pohon-pohon besar, rasanya belum cukup untuk menyerap karbondioksida yang dikeluarkan oleh berbagai macam knalpot kendaraan.
Mereka duduk dibangku dibawah sebuah pohon besar. Mereka terdiam sejenak dengan fikirannya masing-masing.
Dan baru menyadari bahwa akan ada pertunjukkan yang mengasyikkan dari beberapa orang di landasan paralayang.
Dengan berbagai perlengkapan yang telah menunjang keselamatannya untuk terjun dari atas bukit dengan ketinggian kurang lebih 850 meter diatas permukaan laut.
Dan mendarat ditempat yang telah ditentukkan.
"Waaahhhh kayaknya seruu yah?" sahut Zika antusias.
"Lo mau Ka?" tanya Joe.
"Apa? Gakk ahh.. Sereemmmm!!"
"Yaahhh.. Lu berani gak Nda?" tanya Joe pada Nida yang muka nya datar -datar saja melihat pertunjukkan itu.
"Siapa takut??" sahutnya tiba-tiba. Membuat Zika kaget mendengarnya.
"Lu serius Nda??" sahut Zika.
"Okeee... Ayoo!" Nida bangun dari kursinya mengajak Joe ke arah kru paralayang.
Zika hanya melihatnya dari kejauhan. Ia tak menyangka sahabatnya akan nekat melakukan olahraga yang sangat menguji adrenalin itu.
Nida dan Joe telah siap meluncur dari atas ketinggian.
Rendi mengambil handycam nya di dalam mobil. Dan bersiap untuk merekam aksi nekat kedua sahabatnya.
Nida meluncurr terlebih dulu.
"Aaaaaaaaaaa........ Aaaaaaaaaa ....." Teriak Nida sesaat setelah meluncur. Karena ia pertama kali melakukannya,
Ia ditemani salah satu kru saat meluncur. Jadi Zika tak begitu cemas melihatnya.
Namun Joe yang sudah sering melakukan nya, akan meluncur seorang diri.
Membuat hati Zika cemas juga khawatir.
Pasalnya, baru kali ini ia melihat Joe melakukannya. Rendi yang telah siap dengan kamera nya memberi aba-aba pada Joe untuk meluncur.
"Okeee.. Satu.. Dua... Tigaa...!!" sahut Rendi.
"Ziiiikkkkkaaaaaa Gueeeeee Sayaaaangggg Sammmaaa Looooo!!!" Teriak Joe saat meninggalkan landasan.
Zika bengong tak percaya Joe akan meneriakkan namanya saat lepas landas.
Membuat semua orang yang berada disaana berteriak dan bertepuk tangan. Juga mencari wanita yang disebutkan namanya oleh Joe.
Membuat Zika menundukkan kepalanya. Ia malu betul. Ia tersenyum manis pada orang-orang disekitarnya untuk kemudian kembali ke meja tempatnya tadi.
Selang beberapa menit, Joe dan Nida baru kembali lagi ke tempat mereka.
Zika yang merasa malu , menghampiri Joe dan mencubit perutnya.
"Awwwwwww.... Sakittt Kaaa!!" Joe meringis kesakitan.
Membuat Nida dan Rendi tertawa terbahak-bahak.
Zika dan Joe pun ikut tertawa bahagia.
Mereka sangat menikmati saat-saat itu. Seolah-olah,itu untuk terakhir kalinya mereka jalan bersama.
Karna kurang lebih, dua bulan kemudian mereka akan meneruskan hidup mereka masing-masing, dan mencapai cita-cita yang indah.
Menikmati bakar jagung dengan secangkir cappuccino hangat yang dapat menghangatkan badan yang kedinginan karna udara yang semakin siang semakin dingin.
Bersenda gurau bersama, itulah hal yang akan membuat mereka saling merindukan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
my name
ceritanya enak dibaca ringan ngak bertele2
2021-06-24
1
Bintun Arief
empat jempol
2021-06-18
1
Mrs Lulu
suka, alurnya jelas, ceritannya natural, spt realita hidup,semangat thor💪❤
2020-06-29
3