Bab 3 Mencoba bertahan

Hari ke empat sejak kepergian Khalisa. Rumah duka sudah kembali sunyi. Keluarga Adnan sudah pulang ke rumah mereka masing masing karena acara pengajian pun sudah usai.

Kini tinggal Sarah, Faheem dan Caca di rumah itu. Sarah masih tetap sedih dan tidak berselera makan. Sedangkan Faheem sudah harus masuk kerja lagi hari ini. Sudah terlalu lama dia cuti.

Sepeninggal Abi nya, Caca memilih tetap di rumah untuk menemani mamanya. Tapi, ternyata kehadiran Caca justru bertambah membuat Sarah merasa tidak nyaman, dihinggapi rasa amarah dan juga benci yang meluap.

"Ma, makan dulu. Ini aku buatkan bubur ayam kesukaan mama."

Caca meletakkan semangkuk bubur ayam diatas meja nakas samping ranjang Sarah.

Piyaaarrr...

Sarah membuang bubur itu beserta mangkoknya ke lantai begitu saja, hingga mangkok itu pecah berserakan bersamaan dengan bubur ayam nya.

Caca dengan sabarnya mengumpulkan pecahan mangkok kaca itu, lalu mengepel sisa tumpahan bubur di lantai.

"Aku sangat membencimu. Kamu melakukan semua ini untuk membalas dendam padaku?! Aku yang merebut suami umi kamu itu. Harusnya kamu balas saja aku. Kenapa kamu malah membalas pada putriku. Dia tidak bersalah.." Teriak Sarah memaki.

Sarah bahkan sampai mendekati Caca dan menarik kuat rambut Caca yang tersimpan dibalik jilbab pasminanya.

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu, ma.."

"Bohong. Aku tahu diam diam kamu sudah merencanakan semua ini. Kamu pura pura baik pada Lisa supaya kamu bisa merebut suaminya. Aku tahu itu, dasar murahan.."

"Ma sakit!!" jerit Caca.

Sarah menarik kuat bagian jilbab Caca hingga terlepas. Lalu dia menarik rambut Caca sangat kuat sehingga membuat tubuh Caca tertarik kearah mama tirinya itu.

"Rasakan ini. Lebih baik kamu mati. Aku tidak sudi kamu menggantikan posisi anakku sebagai istri dari menantuku."

"Sakit ma, lepas!!"

Sarah menarik Caca keluar dari kamar. Dan dia berencana mendorong tubuh Caca terjun bebas dari lantai dua rumahnya.

"Kamu harus mati. Kamu harus pergi dari dunia ini menyusul ibu mu itu."

Caca ditarik hingga berdiri tepat di depan tangga dengan posisi rambutnya masih ditarik kuat oleh Sarah. Jika rambut itu dilepas, sudah pasti Caca akan jatuh terjun bebas di tangga.

Caca bukan tidak bisa melawan, tapi dia memang tidak pernah terbiasa untuk melawan. Karena dia selalu diajarkan oleh Umi nya untuk tidak melawan ibu tirinya itu.

"Ma, maafkan aku ma. Aku tidak akan pernah menggantikan posisi Caca. Aku juga tidak mau menikah dengan suaminya, ma.." Ucap Caca menjelaskan dalam keadaan menahan rasa sakit kepalanya yang rambutnya ditarik kuat oleh mama tirinya itu.

"Mati saja kamu.."

Sarah melepas rambut Caca dan Caca pun tersungkur jatuh di tangga.

Bruuuggg

Braaakkk

Saat itu juga Alden membuka pintu rumah itu dan dia melihat Caca yang berguling jatuh di tangga pun langsung mengejar Caca.

Dengan sigap Alden membantu Caca, sehingga saat tubuh Caca hampir menyentuh lantai, dia pun langsung membantu Caca dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng.

Sarah melotot melihat Alden yang tiba tiba datang. Dia pun langsung berakting seakan Caca jatuh sendiri.

"Caca!!" Jeritnya berlari menuruni tangga dengan wajah pura pura cemas.

Sedangkan Caca yang tahu bahwa Alden yang kini menyanggah tubunya pun pura pura pingsan saja. Dia tidak ingin menjelaskan apapun tentang apa yang terjadi.

"Caca, kamu baik baik saja?"

Alden memeriksa wajah tangan dan kaki Caca. Dia tampak sangat khawatir.

"Ya ampun, Caca. Dia jatuh terpeleset. Tadi mama meminta bantuan untuk turun." Celoteh Sarah menjelaskan.

"Ma, Caca pingsan. Aku izin membawanya ke rumah sakit. Takutnya ada bagian tubuhnya yang terluka." Pamit Alden.

"Iya, silahkan nak. Tapi mama tidak bisa ikut. Mama merasa tidak enak badan."

"Mama istirahat saja di rumah. Nanti aku akan mengabari mama."

Alden langsung menggendong tubuh Caca ala bridal style. Melihat itu tentu saja membuat Sarah bertambah marah dan membenci Caca.

"Dasar murahan. Beraninya dia mengambil perhatian Alden. Oh sungguh Lisa ku yang malang. Betapa Lisa sangat mencintai Alden, eh malah direbut oleh wanita tak berperasaan itu." gerutu Sarah terus menyalahkan Caca.

Sementara itu, Caca kini sudah berada di mobil Alden. Dia didudukkan di bangku belakang, sementara Alden menyetir mobilnya menuju rumah sakit.

"Aku baik baik saja." Ucap Caca yang membuat Alden terperangah kaget.

Dia menoleh ke belakang dan mendapati Caca terlihat memijat kepalanya dan berusaha menutupi kepalanya dengan tangannya. Ya, jilbab Caca sudah ditanggalkan oleh mama tirinya.

"Kamu harus diperiksa. Siapa tahu ada luka dalam." Sahut Alden yang kembali fokus menatap kedepan.

"Tidak usah. Aku baik baik saja. Aku hanya pura pura pingsan karena malu, kamu datang tiba tiba saat aku tidak memakai jilbab." Sahut Caca.

Alden tak menjawab. Dia terus melajukan mobilnya tanpa melirik ke belakang. Karena dia tahu Caca tidak nyaman. Memang status mereka sudah menikah dan tidak ada salahnya Caca tidak berjilbab di hadapan Alden. Tapi, semuanya terlalu mendadak dan Caca tidak nyaman.

Mobil Alden berbelok masuk ke area toko hijab. Caca tidak menyadari itu, karena dia terus menunduk dan berusaha melindungi kepalanya.

Alden langsung turun dari mobilnya, masuk ke toko hijab itu dan membelikan satu jilbab pasmina yang dia tahu Caca selalu memakai jilbab pasmina seperti yang dia beli saat ini.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia kembali ke mobil.

"Nih.."

Alden mengulurkan paper bag berisi jilbab yang dibelinya tadi pada Caca.

"A-apa ini?"

Tidak ada jawaban dari Alden, karena dia sudah kembali melajukan mobilnya.

Caca melihat isi paper bag yang ternyata adalah jilbab pasmina. Tanpa pikir panjang dia langsung memakainya dan meski tanpa jarum pentul, Caca bisa memakainya dan tetap menjulurkan pasminanya untuk menutupi bagian dadanya.

"Terimakasih." Ucapnya.

Alden tidak merespon. Dia hanya terus fokus menatap jalanan di depannya yang mulai semakin padat, karena ini jam jam saatnya anak sekolah pulang.

Mobil berhenti di perempatan lampu merah. Caca melirik keluar mobil.

"Kita mau kemana?" Tanya Caca ragu.

Jalan yang ditempuh bukan jalan menuju rumah sakit.

"Papa memintaku menjemput kamu."

"Untuk apa?"

"Karena kamu menantunya." Jawab Alden singkat padat dan jelas.

Benar. Caca kini sudah menjadi menantu di keluarga Adnan untuk menjaga posisi Khalisa. Caca sempat lupa, karena dia sibuk meratapi kepergian adik yang sangat disayanginya itu.

Mobil kembali melaju saat lampu hijau menyala. Alden tidak bicara sama sekali, dia tampak sangat dingin seperti biasanya. Ya, dia sangat dingin pada wanita kecuali istrinya Khalisa.

"Dek, maafkan kakak. Akan kakak coba untuk bertahan demi adek." Gumam Caca dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

A Yes

A Yes

lah kocak ,,, padahal dia ada disaat anaknya memohon suami anaknya buat nikahin kakak nya

2025-03-02

1

Umiati Ati

Umiati Ati

Astaghfirullah.,..
moga sabar

2024-08-02

0

martina melati

martina melati

koq jd nuduh sih... sudah ca, kamu tinggalin aja ibu sambung

2024-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!