Bab 15 Titipan dari Haris

Malam ini Caca tetap tinggal di apartemennya. Dia tidak mau pulang ke rumah mertuanya. Lagi pula, rasanya dia masih butuh waktu untuk menyendiri sedikit lebih lama lagi.

Namun, saat sedang menikmati makan malam, tiba tiba bel berbunyi. Pertanda ada tamu yang datang.

"Siapa yang datang malam malam begini?!"

Segera saja dia mengintip di celah pintu dan ternyata tamunya tidak lain adalah Alden.

"Kenapa dia malah kesini?" Bisik Caca dalam hati sambil membuka pintu.

"Assalamualaikum." Ucap Alden.

Belum lagi Caca menjawab salamnya, dia sudah menerobos masuk. Tidak lupa membawa boneka titipan Haris.

"Waalaikumsalam." Jawab Caca sambil menutup pintu.

Caca bingung dan heran melihat Alden datang dari Bandung membawa boneka ukuran jumbo itu.

"Bersiaplah kita pulang ke rumah mama." Ujar Alden yang langsung mendudukkan diri di sofa depan TV.

"Aku lagi makan." Sahut Caca yang kembali menyuap makanannya.

Alden melirik kesegala arah seakan dia mencari sesuatu. Dia baru pertama kali masuk ke aparteman ini.

"Kamar mandi mana?"

Dia bertanya tanpa menoleh pada Caca.

"Itu.." Tunjuk Caca kearah samping pintu kamarnya, dimana kamar mandi berada.

Alden langsung menuju ke sana, dia pun mandi. Untungnya di kamar mandi, ada handuk yang memang selalu Caca siapkan sebagai cadangan apabila lupa membawa handuk saat mau mandi.

Salah satu kebiasaan Caca, apabila mau mandi sering lupa bawa handuk.

"Lama amat sih di kamar mandi. Apa dia buang kotoran kali ya?" Tebak Caca yang sudah selesai makan.

Selesai makan Caca mencuci piringnya, lalu kemudian dia melangkah masuk ke kamarnya mengambil barang barang yang akan dia bawa. Begitu Caca keluar dari kamarnya, saat itu juga Alden keluar dari kamar mandi dengan hanya mengikatkan handuk di pinggangnya.

Mata Caca tentu terpesona melihat betapa bagusnya tubuh bagian atas Alden. Dan Alden sendiri nyaman nyaman saja ditatap begitu oleh Caca.

"Astaghfirullah.." Ucap Caca saat tersadar dan dia hendak kembali masuk ke kamar, tapi sangking groginya, Caca malah terpeleset.

Untung saja, Alden dengan sigap menarik pinggang Caca dengan kedua tangannya, hingga Caca berakhir masuk dalam dekapan Alden. Tangan Caca bahkan tepat menyentuh dada berotot Alden.

Dug

Dug

Jantung Caca berdegup kencang dan napasnya terdengar tidak beraturan. Sedangkan Alden terlihat biasa saja dan tetap santai.

"Ma-maaf." Ucap Caca.

Dia menjauhkan dirinya dari Alden, dan kembali masuk ke kamarnya.

Caca sangat malu saat ini. Wajahnya merah bersemu dan hawa panaspun menyerangnya. Dia terduduk lemas dilantai kamarnya.

Sedangkan Alden, mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian dia mencoba menetralkan napasnya yang juga sebenarnya tidak beraturan. Tapi, dia mencoba terlihat tenang dan sok cool dihadapan Caca.

Alden kembali masuk ke kamar mandi untuk memakai kembali pakaiannya tadi. Karena ternyata dia tidak membawa pakaiannya yang dia tinggalkan di kopernya yang menunggu di parkiran bersama taksi.

Usai berpakaian kembali, Alden menatap wajahnya di cermin kecil kamar mandi. Dia tersenyum samar sebentar sebelum akhirnya dia keluar dari kamar mandi.

"Caca, cepatan!" Panggilnya.

Yang dipanggil masih kepanasan di dalam kamarnya. Meski begitu, dengan cepat dia memoleskan bedak kewajahnya dan juga sentuhan sedikit lipbalm agar tidak terlalu pucat.

Caca keluar dari kamarnya dengan sudah menenteng barang bawaanya. Dia siap untuk pulang kembali kerumah mertuanya.

"Boneka itu!" Seru Caca saat Alden sudah melangkah lebih dulu tanpa membawa boneka yang tadi dibawanya.

"Oh iya aku lupa. Boneka itu buat kamu."

Mata Caca membola mendengar apa yang dikatakan Alden. Dia mengira itu hadiah dari Alden untuknya. Caca bahkan tersenyum malu malu.

"Haris menitipkan boneka itu sama aku untuk diberikan ke kamu." Lanjutnya.

Senyum diwajah Caca hilang seketika Alden menyebut nama Haris dan ternyata boneka itu pun dari Haris.

"Bukannya abang Haris masih di Inggris?" Gumamnya pelan.

Caca melangkah mendekati boneka itu, disentuhnya dengan lembut boneka pemberian Haris itu.

"Dia sudah di Bandung sekarang. Dia bilang, dia tidak bisa menghubungi kamu."

Helaan napas berat Caca terdengar. "Hp ku dibakar mama. Sekarang aku hanya punya hp ini, tapi di sini tidak ada kontak bang Haris." Tuturnya terdengar sedih.

"Mama membakar hp kamu?" Tanya Alden yang berpikir mamanya yang membakar hp Caca.

"Bukan mama kamu, tapi mamaku."

"Kenapa? apa alasan dia membakar hp kamu?"

"Entahlah. Dia hanya mengatakan tidak suka karena aku menjadikan foto Lisa sebagai wallpaper."

Alden terdiam mendengar penuturan itu. Dia merasa buruk atas perlakuan buruk yang diterima Caca dari mama tirinya itu.

"Apa abang Haris baik baik saja?" Tanya Caca kemudian sambil melangkah menyusul Alden.

"Ya, dia terlihat sehat."

"Syukurlah."

"Loh bonekamu tidak dibawa?" Tanya Alden.

"Tidak. Biarkan saja disini. Aku tidak mau membawa boneka pemberian bang Haris kerumah suamiku." Sahut Caca.

Mata Alden sedikit bergetar saat Caca mengakuinya sebagai suami.

Kini mereka sudah di mobil taksi yang selalu mengantar jemput Caca kemanapun itu.

"Kamu mau nggak saya kontrak jadi supir pribadi?" Tanya Alden pada mas supir taksi itu.

"Pak Alden serius?!" Sahutnya bersemangat.

"Iya saya serius."

"Mau pak, saya mau."

"Ya sudah, kalau gitu kamu mulai kerja hari senin. Datang ke rumah pagi pagi, naik motor aja. Kamu punya motor nggak?"

"Iya pak, saya punya motor."

"Bagus. Jadi kamu nggak perlu nginap di rumah mama saya. Kamu cukup datang saat nyonya Caca membutuhkan sopir."

"Baik pak."

Caca melotot menatap kearah Alden yang duduk di sampingnya. Dia tidak meminta sopir pribadi, mengapa Alden malah memberikannya sopir pribadi.

"Aku bisa kemanapun sendiri. Nggak perlu sopir pribadi juga." Gumam Caca.

"Terserah aku dong. Aku yang bayar sopirnya kok. Kamu tinggal duduk manis aja di mobil, dia akan membawa kemana pun kamu mau."

"Aku nggak mau. Nanti apa kata mama.."

"Jangan terlalu takut sama mama. Kamu cukup menghormati mama sebagai mama mertuamu. Kalau dia marah marah atau menghina kamu, ya diam aja. Tapi kalau sudah main fisik, ya sebisa mungkin kamu harus menghindar. Gitu aja sih."

"Ngomong memang gampang. Kamu nggak tau apa yang aku alami dan rasakan. Makanya kamu bisa ngomong semudah itu." Sahut Caca kesal.

"Terus, kamu maunya apa?" Tanya Alden.

"Ceraikan aku!!" Teriak Caca.

Mas sopir sampai ngerem mendadak mendengar Caca berteriak minta cerai hanya karena suaminya memberikan sopir pribadi. Setidaknya itu yang ditangkap oleh mas supir taksi itu.

Alden terdiam mendengar Caca meminta untuk diceraikan.

"Untuk apa mempertahankan pernikahan ini. Kita menikah hanya untuk menyenangkan hati Lisa saat itu. Kini Lisa sudah tenang di sana. Jadi, aku rasa kita bisa mengakhiri pernikahan ini." Lanjut Caca terus mengoceh.

"Kamu seperti ini karena Haris sudah kembali, kan?"

Kalimat barusan membuat Caca melotot tidak suka. Dia tidak memikirkan tentang Haris. Dia ingin bercerai, karena dia merasa semakin lama bertahan hatinya semakin tergoda untuk menjadi milik Alden seutuhnya. Sedangkan dia tahu, hati Alden hanya untuk Lisa dan dia juga tidak mau dihantui rasa bersalah karena merasa dirinya merebut suami adiknya itu.

"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu sampai kapanpun." Sambung Alden mengatakan dengan tegas.

Empat bola mata itu saling menatap tajam berapi api yang perlahan meredup, sampai mereka mengalihkan tatapan keluar mobil yang kembali melaju perlahan.

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Apakah Alden sebenernya juga mencintai Caca,mencurigakan🤔😅

2024-06-19

11

Sweet Girl

Sweet Girl

dapat susah, kok malah mau diceraiin... Ndak bakal yaaaa

2024-06-17

2

Hilmiya Kasinji

Hilmiya Kasinji

lanjut baca

2024-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!