Bab 17 Berkunjung

Makam Khalisa.

Mereka mengunjungi makam Khalisa. Membacakan yasin dan mengirimkan doa untuk Khalisa. Terakhir Alden dan mamanya menyiramkan air diatas pusara Khalisa.

"Kamu baik baik disana, ya. I love you cantik." Ucap Alden sambil menabur bunga diatas makam istri tercintanya itu.

Nadin selalu setia mengelus punggung Alden. Dia berusaha menenangkan hati Alden yang masih berduka.

Sementara, Caca sejak tadi duduk tepat didekat nisan Lisa. Dia hanya mengelus lembut batu nisan itu tanpa bisa mengatakan apa apa.

Saat sedang khusuk, tiba tiba panggilan masuk di hp Nadin.

"Sayang, mama angkat telpon bentar ya." Bisiknya pada Alden yang direspon dengan anggukan.

Setelah beberapa saat Nadin kembali lagi. Dia kembali membisikkan sesuatu pada Alden.

"Mama duluan ya, sayang. Teman arisan mama sudah menunggu. Tidak apa kan kamu pulang sendiri?"

"Iya ma. Tidak apa. Mama duluan saja." Sahutnya.

Setelah Nadin pergi dan yang tertinggal di makam itu hanya mereka berdua saja. Alden langsung menatap pada Caca yang masih menundukkan pandangannya.

"Maafkan abang ya, sayang. Abang egois dan jahat karena abang tidak bisa menepati janji abang untuk tidak akan kembali mencintai kakakmu. Nyatanya, rasa yang hampir kamu miliki seutuhnya, kini berpindah padanya." Ucap Alden dalam hatinya.

Dia bicara pada Lisa tentang perasaannya terhadap Caca.

"Abang minta izin untuk menyayangi kakakmu Caca. Abang tidak akan pernah melupakan adek karena, adek adalah istri terbaik abang." Ucapnya dalam hati sambil menyentuh tanah makam Khalisa.

Flashback on

~SMA Favorit~

Alden adalah idola sekolah. Dia disukai semua cewek cewek cantik bahkan primadona sekolah juga suka padanya. Sayangnya dari sekian banyak cewek yang suka padanya, Alden malah menatap penuh cinta pada satu cewek yang bahkan tidak pernah meliriknya.

"Vino, siapa dia?" Tanya Alden pada Vino sahabat dekatnya.

"Oh itu, Caca. Dia satu angkatan sama kita, beda jurusan aja, bro."

"Kok gue nggak pernah lihat dia sebelumnya?"

"Ya iyalah, dia itu dijuluki si anak perpus bro. Mainnya ya di perpus aja kalau nggak lagi jam pelajaran." Sahut Vino menjelaskan.

"Apa dia nggak tertarik sama gue, ya?"

"Sepertinya begitu."

Alden tersenyum getir, mengetahui cewek yang disukainya tidak menatapnya sama sekali.

"Gue suka dia, Vin. Melihatnya membuat jantung ini berdetak lebih cepat. Gue ingin melihatnya setiap saat. Oh Vino, gue merindukan dia, gue ingin memeluknya..."

Ctaaakkk

Vino menjitak kepala Alden.

"Ngayal aja loe. Tu cewek susah didekati. Hatinya sekeras batu. Ketos aja ditolak mentah mentah sama dia. Mending loe pilih dari penggemar loe aja deh. Atau loe jadian aja sama primadona sekolah." Ujar Vino ketus.

"Nggak bisa bro. Gue akan memperjuangkan cinta. Gue akan menjadi sukses. Lalu menaklukan dia suatu saat nanti." Gumamnya bertekad.

Waktu terus berlalu, hingga sepuluh tahun berlalu. Alden di jodohkan oleh papanya dengan anak sahabat baiknya. Tentu Alden menolak, karena dia hanya ingin menikahi Caca.

Tapi, saat Adnan memperlihatkan foto anak sahabatnya itu, Alden langsung setuju. Karena ternyata yang mau dijodohkan dengannya adalah Caca.

"Papa yakin, ini anaknya om Faheem?" Tanya Alden masih kurang yakin.

"Iya. Faheem punya dua orang putri. Ini Caca putri sulungnya dengan istri pertamanya. Nah yang kamu pernah ketemu waktu kita diundang makan malam di rumahnya itu putri bungsunya, Khalisa." Ujar Adnan menjelaskan.

"Jadi, maksud papa Caca sama Khalisa saudara seayah, beda ibu?"

"Iya."

Senyum bahagia terlihat jelas diwajah Alden. Kini akhirnya dia menemukan cewek yang sangat dicintainya itu. Sejak lulus SMA Alden hanya fokus untuk menjadi sukses. Dia tidak pernah mencari tahu siapa Caca dan dimana tinggalnya. Karena dia baru akan mencari Caca setelah menjadi sukses.

Namun sayang, saat Alden datang melamar justru ternyata Faheem mengatakan bahwa Khalisa menerima lamaran. Bukan caca tapi Khalisa.

"Papa bilang yang aku lamar itu Caca. Kok malah Khalisa yang menerima sih pa. Bagaimana ini?" Protes Alden.

"Caca menolak dijodohkan sama kamu. Dan Khalisa yang bersedia. Khalisa itu anak yang patuh, lemah lembut, sholehah dan sagat baik. Dia juga sangat cantik, bahkan menurut papa sih cantikan Khalisa kok dari pada Caca."

Alden yang terlanjut melamar pun tidak mau menyakiti hati perempuan yang telah dia lamar itu dengan menarik kembali lamarannya. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka Alden pun menikahi Khalisa.

Di hari pernikahan mereka, pertama kalinya Alden kembali melihat Caca secara langsung. Dia kembali jatuh hati pada Caca. Tapi, sebagai pria yang bertanggung jawab atas segala keputusan yang dia ambil, Alden berusaha untuk menerima Khalisa dan berusaha melupakan Caca.

Tiga bulan awal pernikahan, Alden masih mengabaikan Khalisa. Lalu, dibulan bulan berikutnya dia pun luluh juga dengan perhatian tulus yang terus menerus Lisa berikan padanya.

Sampai suatu ketika, Alden akhirnya berjanji akan setia pada Lisa dan tidak akan mendua selama Khalisa masih ada bersamanya. Mereka pun menjalani rumah tangga mereka dengan bahagia dan penuh cinta.

"Abang janji. InsyaAllah abang akan menjadikan sayang seperti khadijah yang tidak dimadu oleh Rasulullah selama hidupnya."

"Lisa senang mendengarnya bang. Lisa juga akan terus belajar menjadi istri yang baik untuk abang."

Semua keluarga Alden juga menyayangi Khalisa yang begitu baik hati. Kehadiran Lisa membuat keluarga menjadi lebih erat dan lebih sering kumpul bersama. Beda sebelum adanya Lisa, mereka pasti sibuk dengan urusan masing masing.

Perlahan, Alden pun bisa melupakan Caca. Mungkin jika diberi angka dari satu sampai sepuluh, rasa yang tertinggal untuk Caca sudah berada di angka satu.

Terlebih saat Lisa mulai didiagnosa kanker hati, cinta Alden semakin bertambah pada Lisa dan rasa untuk Caca tersisa setengahnya saja dari angga satu itu.

"Sayang yang kuat ya.. Sayang harus optimis untuk sembuh. Abang sangat mencintai sayang. Hanya adek istri terbaik abang selamanya."

Namun, takdir berkata lain. Diakhir hayatnya, Lisa malah memberi kejutan dengan memintanya menikahi Caca. Alden tentu bingung. Haruskah dia bahagia karena akhirnya bisa menikahi Caca yang dulu sangat dicintainya. Ataukah dia harus menolak, demi janji setianya pasa Khalisa.

Flashback off

Alden hanya bisa menatap Caca dengan tatapan yang dia sendiri tidak tahu harus dikatakan apa? Apakah tatapan Cinta? Ataukah tatapan kerinduan, atau malah hanya sekedar tatapan kasihan?

"Maafkan abang ya dek, abang menjadikan kamu alasan untuk memeluk kakakmu tadi malam. Abang bingung, sayang. Apakah abang sudah mengkhianati kamu karena cinta ini perlahan mulai kembali untuknya.." Gumam Alden salam hati.

Sedangkan Caca masih diam menatap nama yang tertulis di batu nisan sang adik.

"Maafkan kakak, dek. Ternyata rasanya sangat sakit, mendengar dia menyebut nama adek saat memeluk kakak. Dek, sungguh kakak tidak cemburu padamu, sayang. Kakak mungkin hanya terbawa suasana dan mungkin juga karena kakak kelelahan." Ucap Caca dalam hatinya.

Dua insan itu datang untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati mereka pada sosok yang sama sama sangat mereka cintai semasa hidupnya.

Terpopuler

Comments

luiya tuzahra

luiya tuzahra

owaalaaah pantes aja sikap alden ke caca sprti bukan krn terpaksa

2024-07-10

0

Rusma Yulida

Rusma Yulida

menurut ku sih g usah aja Alden ini laki plin plan bngt mending dgn Haris aja ,muak bngt aku lkj ky gitu 😂😂

2024-07-08

3

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

kamu TDK salah Alden cuma jangan kamu sakiti Caca bersama keluargamu AA kalau cintamu sdh habis dgn Khalisa biarkan jgn disiksa dan lepaskan dia

2024-07-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!