Bab 7 Caca sakit perut

Kini keluarga Adnan kembali lengkap dengan kehadiran Caca, sehingga mereka tidak terlalu merasa kehilangan. Kursi tempat duduk Lisa diisi kembali oleh Caca.

"Mari makan, tunggu apa lagi!" Seru Adnan mengajak makan.

Mereka semua pun mulai menyantap makanan yang sudah siap di piring mereka. Sengaja seperti itu untuk memudahkan Nadin memasukkan ramuan yang dia beli seharga sepuluh juta.

"Ca, ayo makan." Ajak Adnan.

"Iya, pa."

Alden tidak menghiraukan Caca sama sekali, dia mulai menyantap makanannya. Tapi, tiba tiba dia teringat pada istrinya yang selalu menyuapinya setiap kali dia mulai makan.

Tangan Alden berhenti menyendok makanannya dan dia terdiam saja. Sementara yang lain sibuk menikmati makanan mereka. Begitu juga dengan Caca yang sudah menyuap makanan bercampur ramuan yang katanya pengusir sihir.

Saat mengunyah makanan itu, lidah Caca merasakan rasa pahit. Ya, rasa pahit itu berasal dari ramuan yang dicampur kedalam makanannya.

"Alden, kamu kenapa nak?" Tanya Nadin khawatir melihat Alden yang tampak sedih dan tidak lagi menyuap makanannya.

"Abang pasti rindu kak Lisa. Biasanya kak Lisa selalu menyuapi abang saat baru mulai makan." Sahut Rani menatap iba pada kakaknya.

Semua orang berhenti makan, begitu juga dengan Caca. Rasa pahit kini menguasai seluruh permukaan lidah, mulut bahkan tenggorokannya. Sungguh menyiksa.

Dengan cepat Caca minum, eh malah tambah pahit, karena air untuknya juga sudah dicampur ramuan. Caca ingin muntah tapi ditahannya.

"Al, kamu oke?" Tanya Rahayu pada adiknya itu.

"Maaf, ma, pa, bang Alvin. Aku tidak selera makan." Alden berdiri dari tempat duduknya.

Caca yang sudah tidak kuat menahan ingin muntahpun sontak saja menarik tangan Alden.

"Aku akan menemani bang Alden.." Gumam Caca.

Alden tidak keberatan, dia membiarkan Caca memapahnya menuju kamar.

"Pasti berat untuk Alden. Khalisa istri terbaik untuknya." Gumam Nadin.

"Justru Caca yang lebih kasihan. Dia harus menjadi bayang bayang di rumah ini demi memenuhi amanah adiknya yang memintanya menjadi istri dari suaminya." Ucap Adnan membela Caca.

Adnan tahu istri dan anak anaknya tidak menyukai Caca. Karena itulah dia merasa kasihan pada Caca.

Meninggalkan meja makan, Caca dan Alden sudah tiba di kamar. Dengan cepat Caca masuk kekamar mandi, lalu dia muntah.

"Ca, kamu kenapa?"

Caca tidak menyahut, dia masih terus muntah. Dan setelah beberapa saat Caca akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Apa ada sesuatu dimakananmu?" Tanya Alden yang sejak tadi setia menunggu di depan pintu kamar mandi.

"Nggak tahu, mungkin mulutku yang bermasalah. Rasanya sangat pahit." Jawabnya yang beralih duduk di sofa.

"Aku yakin mama memasukkan sesuatu di makanan Caca." Pikir Alden curiga.

Sebenarnya, dia memang sedih karena kembali teringat pada Lisa. Tapi, itu bukan satu satunya alasannya meninggalkan meja makan.

Kecurigaan Alden berawal saat dia melihat mamanya dan kakaknya saling berbisik. Lalu saat Caca mulai menyuap, Rani tersenyum lebar seakan menunjukkan sesuatu akan terjadi pada Caca. Karena itulah Alden berpura pura tidak selera makan dan membiarkan Caca ikut dengannya meninggalkan mejamakan.

"Apa kamu mau makan di luar?" Tanya Alden.

Dia merasa bertanggung jawab pada Caca. Tentu Caca pasti lapar. Jadi, dia menawarkan untuk makan di luar.

"Semua orang akan curiga kalau kita keluar." sahut Caca.

Alden meraih kunci mobilnya, lalu dia keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun pada Caca.

"Al!" Seru Caca berharap bisa menhentikan Alden yang hendak pergi. Tapi Alden tidak menghiraukannya. Dia terus melangkah keluar dari kamar lalu menuruni tangga.

"Alden, kamu mau kemana!" Seru Nadin saat melihat Alden melangkah terburu buru.

"Beli obat, ma." Sahutnya.

"Obat apa, siapa yang sakit?" Tanya Adnan khawatir.

Alden menghentikan langkahnya lalu dia menoleh kearah meja makan dimana semua orang menatap padanya.

"Caca sakit perut, pa. Dia muntah muntah."

"Loh kenapa beli obat saja. Langsung bawa Caca ke klinik saja."

"Dia tidak mau pa. Katanya hanya sakit perut biasa."

"Ya sudah, cepat belikan obat sana!"

Alden pun langsung pergi untuk membeli makanan bukan obat. Eh tapi benar loh, makanan untuk obat sakit perut, karena Caca akan sakit perut karena menahan lapar.

Sepeninggalan Alden, Adnan yang sudah selesai makan pun langsung menemui Caca. Sementara Alvin sibuk mengurus Aldo dan Aldi yang sudah mau tidur.

Ya, Rahayu sendiri memilih bergosip dengan mamanya dan adiknya. Dia sengaja memerintahkan Alvin untuk mengurus anak anak. Untung saja Alvin sangat mencintai istrinya itu. Coba saja kalau tidak cinta, mungkin sudah lama Alvin ceraikan Rahayu yang suka semena mena dan suka mengatur suaminya.

"Caca!" Adnan mengetuk pintu kamar.

Caca yang masih bingung karena Alden tiba tiba pergi, kaget mendengar suara papa mertuanya.

"I-iya, pa!" Serunya.

Dengan segera Caca membuka pintu kamar.

"Bagaimana perutmu? Sangat sakit. Apa perlu ke dokter?"

Pertanyaan Adnan membuat Caca bingung.

"Alden bilang katanya kamu sakit perut?" Lanjut Adnan bertanya.

Sontak saja Caca memegang perutnya yang baik baik saja.

"Iya pa. Tadi mules, sakit juga. Tapi sudah agak mendingan kok, pa." Ucapnya berbohong.

"Benaran. Tidak perlu ke dokter?"

"Tidak usah, pa."

"Ya sudah, kalau gitu kamu istirahat saja. Alden lagi beli obat."

"Iya, pa." Sahutnya tersenyum dengan tangan masih memegangi perutnya.

Sementara itu di ruang tengah, Nadin sedang bergosip dengan kedua putrinya.

"Ma, kok abang malah tambah perhatian sih sama si nenek sihir itu?" Tanya Rani.

"Pasti ramuannya nggak mempan, ma." Sahut Rahayu.

"Aduh kalian bisa diam nggak sih. Mama rugi sepuluh juta hanya untuk ramuan yang nggak muharab itu." Celotehnya kesal.

"Makanya, mama tu tanya aku dulu kalau mau cari orang pintar."

"Kamu nyalahin mama? Kamu dimana kemarin? Mama telpon sampai ratusan kali nggak kamu angkat. Kamu selalu saja sibuk sama geng arisan kamu itu." Rutuk Nadin memarahi Rahayu.

Rani sih diam saja, dia hanya bisa menertawakan kakaknya dalam hati.

"Syukurin. Rasain tuh dimarahi mama." Ucap Rani dalam hatinya.

"Sekarang gimana? Kalian pikirin solusinya dong. Jangan diam saja." Rutuk Nadin pada kedua putrinya.

"Biar aku yang cari obat supaya Alden benci sama Caca dan mengusir nenek sihir itu dari rumah ini." Ujar Rahayu.

"Kali ini harus berhasil. Mama tidak mau kita kalah dari nenek sihir itu. Pokoknya, menantu terbaik mama cuma Khalisa. Lembut, sopan santun, penyayang, patuh dan yang penting dia tidak pernah menghasut Alden untuk melawan mama." Puji Nadin.

Dia benar, Khalisa adalah menantu terbaiknya. Tapi, Caca bukan menantu yang jahat. Caca tidak pernah menghasut Alden untuk membenci keluarganya. Caca bahkan rela dicaci maki, disiksa tanpa melawan sama sekali. Dia bertahan demi janjinya pada menantu terbaik keluarga Adnan.

Caca juga sudah meminta Alden menceraikannya karena dia tahu sampai kapanpun dia tidak akan bisa menggantikan posisi Khalisa di hati Alden dan di hati keluarga Adnan.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

dugaan alden jitu nih...

2024-08-02

0

martina melati

martina melati

astaga... koq jd ingat anak balita yg br belajar makan sendiri y...

2024-08-02

0

yeni NurFitriah

yeni NurFitriah

Suka karakter nya Adnan yng tidak terpengaruh oleh Mama nya dan perhatian pd Caca,biasa nya tokoh Pria yng terpaksa menikah itu dingin,datar,ini kebalikan nya Yng datar,cuek itu Caca.

2024-07-06

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!