Bab 2 Kehilangan

Hari pemakaman Khalisa

Kehilangan Khalisa membuat Alden sangat terpukul. Dia sangat menyayangi istrinya itu. Sangat sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa istri yang telah menemaninya selama satu tahun terakhir ini, kini telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

"Bro yang sabar ya." Ucap sahabat baik Alden.

"Allah lebih sayang Khalisa, bang. Dia sangat baik dan suka menolong siapa saja yang kesusahan. Ridhoi Khalisa bang. Agar dia tenang dan bisa tidur nyeyak ditempat peristirahatan terakhirnya." Sambung istri dari sahabatnya itu yang juga sangat mengenal Khalisa.

"Terimakasih." Sahut Alden singkat.

Disaat orang orang menghampiri Alden sebelum mereka meninggalkan TPA dimana Khalisa sudah selesai dimakamkan, Caca masih berdiri tidak jauh dari makam adiknya itu. Dia tidak lagi menangis seperti tadi malam hingga pagi ini.

"Umi, apa yang akan terjadi padaku selanjutnya?" Gumamnya seakan dia bicara pada almarhumah uminya.

"Caca!" Adnan menyapa menantu barunya itu.

"Om." Sahut Caca.

Dia langsung mencium punggung tangan papa dari pria yang telah menikahinya tadi malam.

"Panggil saja papa, nak." Ucapnya ramah dengan suara lembut.

"Kamu wanita hebat nak. Kamu pasti kuat melewati semua ini. Dan papa harap, kamu mau menunggu sampai Alden bisa menerima kehadiran kamu dalam hidupnya. Kamu juga, setidaknya cobalah untuk menerima jalan takdir ini.."

"InsyaAllah, pa." Sahut Caca ragu.

Hanya Adnan yang memperhatikan Caca saat ini. Sementara Abi nya sibuk menenangkan mama tirinya yang tampak sangat terpukul karena kehilangan putri semata wayangnya.

Selama ini, hubungan Caca dengan mama tirinya itu tidaklah baik. Sarah sangat membenci Caca. Entah mengapa, padahal jelas jelas Sarahlah yang menjadi penyebab perceraian Abi dan Umi nya dulu.

Harusnya Caca yang membenci Sarah. Tapi, ini terbalik, justru Caca tidak pernah sedikitpun membenci mama tirinya itu. Yang ada Caca ingin sekali menganggap Sarah sebagai pengganti umi nya.

Sejak Umi nya meninggal sepuluh tahun yang lalu, Caca diajak oleh Faheem untuk tinggal bersama. Ternyata keputusan Caca menyetujui ajakan abi nya, malah membuatnya tersiksa.

Setiap hari Sarah menyiksanya. Untungnya kalau ada Khalisa, Sarah tidak bisa menyiksa Caca. Karena Khalisa sangat menyayangi Caca.

Kini Khalisa yang sangat menyayanginya telah pergi lebih dulu. Caca tidak punya siapapun lagi yang menyayanginya termasuk Abi nya sendiri. Meski sebenarnya Faheem sangat menyayangi Caca, tapi tidak bisa karena Sarah akan mengamuk apabila Faheem memberi perhatian pada Caca.

"Caca, papa angkat telpon dulu ya!" Seru Adnan.

Dia melangkah agak menjauh dari Caca untuk menjawab telepon dari rekan bisnisnya.

Rahayu dan Rani mendekati Caca. Mereka menatap sinis pada Caca yang memasang wajah datarnya.

"Akhirnya, kamu bahagia kan bisa menikah dengan Alden." Sindir Rahayu.

"Apa maksud mbak Ayu?" Sahut Caca.

Rahayu tersenyum sinis. "Udahlah, Caca. Kamu itu tidak usah pura pura dihadapan aku. Aku tahu, kamu sudah lama kan menunggu momen dimana kamu bisa menjadi istri dari Alden Rezqiano Adnan."

Rahayu mendorong bahu Caca dengan telunjuknya. Diikuti dengan Rani yang juga melakukan hal yang sama pada Caca.

Dua beradik itu sangat membenci Caca. Dulu Rahayu adalah senior Caca saat kuliah. Nah pria yang disukai Rahayu malah suka sama Caca. Itulah yang menyebabkan Rahayu sangat membenci Caca sampai saat ini. Padahal, Rahayu sudah menikah dan sudah punya dua orang putra kembar saat ini.

Sedangkan Rani, juga memiliki masalah yang sama. Baru baru ini Rani menyukai seorang pria yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Caca. Tapi, ternyata pria itu malah menyukai Caca dan itu dijadikan oleh Rani sebagai alasan dia membenci Caca. Padahal, saat ini pria itu sudah menikah dengan wanita lain dan bukan Caca.

"Dasar murahan!" Ejek Rahayu.

"Berapa sih satu jam nya, neng?" Rani ikut mengejek dengan mengucapkan kalimat yang sangat merendahkan Caca.

"Ups sekarang kan sudah menikah dengan pria kaya raya. Bakalan jadi ratu dong, yang kerjaannya duduk manis di rumah."

"Nggak punya harga diri banget sih jadi perempuan. Kok ya tega mengambil suami adik sendiri."

"Iya lagi, padahal dulu mati matian menolak lamaran bang Alden." Sindir Rani ketus.

Rani dan Rahayu terus terusan menyindir Caca. Dan Caca hanya diam tanpa berniat meladeni mereka. Toh apa yang mereka tuduhkan tidak ada yang benar satu pun. Jadi ya, terserah mereka saja, biar capek sendiri.

Faheem memapah Sarah untuk meninggalkan TPU. Nadin pun memapah Alden yang tampak sangat lelah tidak bertenaga lagi setelah kehilangan separuh jiwanya.

"Abang!" Rani membantu mamanya memapah Alden menuju mobil.

Rahayu ikut mengekor dibelakang mereka.

Saat Alden melewati Caca, dia sempat menatap raut wajah datar Caca. Tapi, hanya sekilas karena Mamanya dan adiknya membawanya lebih cepat melewati Caca.

Mereka semua pulang menuju rumah kedua orangtua Khalisa. Karena nanti malam sampai dua malam kedepan akan diadakan baca yasiin bersama di rumah duka itu.

Caca sendiri memilih mendekati makam Khalisa. Dia pulang terakhir.

"Dek, maafkan kakak ya.."

"Kakak sangat menyayangi Lisa. Hanya Lisa yang selalu baik sama kakak. Sekarang, kakak sendirian dek. Tidak ada lagi yang akan menemani kakak saat kakak sedih. Tidak akan ada lagi yang marah marah karena khawatir kakak sakit. Tidak akan ada lagi yang membawakan obat untuk kakak dan tidak akan ada lagi yang ngomel ngomel karena kakak telat pulang." Tuturnya sambil memegang lisan adiknya.

"Adek bahagia disana ya. Kakak janji akan menjaga posisi adek sebagai istri dari suami yang sangat adek cintai. Kakak tidak akan pernah menggantikan posisi adek di hatinya. Kakak hanya akan menjaga tempat adek dengan baik."

Terakhir Caca mencium lisan makam Khalisa. Barulah kemudian dia pamit meninggalakan tempat itu. Tempat kembali yang abadi.

"Kakak pamit dulu ya, sayang. Tunggu kakak di sana dengan nyaman."

Caca melangkah perlahan meninggalkan TPU dengan perasaan yang campur aduk tak karuan. Rasa sakit kehilangan orang yang sangat dicintainya kembali harus dia rasakan setelah sepuluh tahun yang lalu saat umi nya meninggal.

"Satu persatu orang orang yang menyayangiku dan yang aku sayang meninggalkan aku. Andai boleh meminta, harusnya aku saja yang lebih dulu pulang.." Gumamnya sambil melangkah semakin jauh dari makam Khalisa.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

typo thor... nisan bukan lisan

2024-08-02

0

Juan Sastra

Juan Sastra

penasaran kok pada zholim semua

2024-08-01

1

Atikah Hmromli

Atikah Hmromli

kasian caca..semoga alden suami nya melindungi caca dari orang2 yg jahat

2024-07-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!