Bab 20 Seranjang

Caca kembali dengan wajah yang masih bersemu. Sungguh dia malu saat ini. Terlebih Alden menatapnya sambil tersenyum senyum.

"Jadi gimana?" Tanya Alden saat Caca sudah kembali duduk nyaman dikursi sampinya.

"Gimana apa?" Caca balik bertanya.

Huh

Lagi lagi Alden harus bisa bersabar menghadapi istri yang ternyata sangat berbanding terbalik dengan almarhumah istrinya dulu.

"Jadi, mau pulang atau nginap dulu di hotel malam ini?"

"Terserah."

"Oh Tuhan, akhirnya kata keramat itu keluar juga." pikir Alden.

"Kalau gitu kita nginap saja, ya."

"Besok aku harus masuk kerja." Sahutnya ketus.

"Jadi kita pulang."

"Katanya kamu capek nyetir."

"Terus gimana dong?"

"Ya terserah. Aku sih ikut aja." sahutnya dengan kata terserahnya itu.

Alden terdiam. Dia jadi serba salah saat ini. Dia tahu Caca ingin pulang. Tapi, dia benar benar lelah. Khawatirnya ngantuk dijalan dan tentu saja membahayakan keselamatan.

Melihat Alden tampak kesal, Caca pun merasa tidak enak hati.

"Hanya ini caraku untuk membuat kamu kesal Alden. Aku akan terus memancing amarahmu dan membuat kamu tidak tahan bersamaku. Lalu, kamu menceraikan aku." Pikirnya.

Dan pada akhirnya Alden memilih untuk pulang. Mobilnya melaju meninggalkan area hotel. Membiarkan kamar yang sudah dibayarnya hangus begitu saja.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya saling diam. Tapi, dalam diam itu Caca menahan rasa sakit akibat baru kedatangan tamu.

"Kenapa sakit lagi sih. Padahal dua bulan terakhir sudah tidak sakit lagi saat datang bulan." Gumamnya dalam hati.

Tangannya perlahan mengelus bagian perut bawahnya. Keringat dingin mulai terlihat di keningnya bahkan jilbabnya yang nempel di jidatnya itu sudah basah oleh keringat.

Alden menyadari itu. Dia memperlambat laju mobil, dan perlahan menepi.

"Kamu kenapa, Ca?"

Dia bertanya saat mobil sudah berhenti di pinggir jalan.

"Perutku sakit.." Jawabnya karena memang tidak kuat menahan rasa sakitnya.

"Kamu lapar?"

Caca menggeleng. Dan Alden pun langsung paham. Khalisa juga pernah beberapa kali mengalami sakit perut saat hari pertama datang bulan.

"Bentar ya.."

Mobil kembali melaju, untungnya ada hotel tidak jauh dari tempat mereka saat ini. Segera saja Alden menuju hotel itu.

Begitu tiba di depan hotel yang hanya terdiri dari empat lantai itu, Alden langsung turun dari mobil. Dia memesan satu kamar dengan dua tempat tidur. Setelah memesan, Alden kembali ke mobil untuk menjemput Caca.

"Ca, maafkan aku." Ucapnya yang langsung menggendong Caca ala bridal style.

Caca yang merasa sangat kesakitan pun tidak sempat untuk protes. Dia malah tampak nyaman melingkarkan kedua tangannya di leher Alden dan merebahkan kepalanya di bawah leher Alden.

Saat tiba di kamar, dengan sangat hati hati Alden membaringkan Caca.

"Tunggu sebentar ya, Ca."

Di tampak sangat sibuk, masuk kekamar mandi mengambil handuk kecil yang tersedia di sana. Dibasahinya handuk itu dengan air hangat dari shower. Lalu diperahnya dan kembali menemui Caca.

"Kamu bisa mengompres perutmu dengan handuk hangat ini, Ca."

Caca mengambil alih handuk itu. Lalu tanpa memikirkan apapun, dia menyingkap bajunya untuk meletakkan handuk itu diatas kulit perutnya.

Alden langsung membalikkan badan saat Caca melakukan gerakan tak terduga itu.

"Masih sangat sakit.." rengeknya dengan suara yang malah membuat Alden merinding.

"Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Alden dengan masih membelakangi Caca.

Tidak ada jawaban, Caca sudah tertidur rupanya. Alden tersenyum geli melihat betapa cepatnya Caca tertidur padahal baru saja merengek kesakitan.

"Selamat malam, Caca."

Alden menyelimuti tubuh Caca. Lalu, dia pun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

...🍂🍂🍂...

Matahari pagi mengusik tidur Caca. Dia merasa cahaya itu membuat matanya sakit meski masih terpejam pun buru buru membuka matanya dan beranjak dari pantulan cahaya itu.

"Dimana ini?" Gumamnya.

Matanya mulai menelisik setiap sudut ruangan. Tidak ada siapapun disana. Hanya dirinya sendiri. Sementara ranjang yang satunya tanpak rapi seperti tidak berpenghuni.

Matanya melotot, disentuhnya kepalanya yang tidak tertutup jilbab lagi. Ya, jilbab pasminanya itu tergeletak begitu saja di lantai.

"Apa yang terjadi?!"

Caca memeriksa tubuhnya yang berbalut selimut tebal. Rupanya dia masih berpakaian utuh. Hanya jilbabnya saja yang terlepas.

Huh

Helaan napas lega terdengar dari mulut Caca. Tapi, sedetik kemudian dia baru sadar apa yang terjadi dan dimana dia saat ini.

"Dimana dia?!"

Caca bangkit dari tempat tidur. Segera memakai kembali jilbabnya.

"Kamu sudah bangun!" Seru Alden yang datang membawa seporsi salad.

"Kenapa kita masih disini? Kamu bilang habis subuh kita pulang." Rutuk Caca.

"Ya gimana mau pulang. Kamu nggak ngizinin aku bangun. Aku sampai hampir kesiangan sholat subuh gara gara kamu."

"Apa maksud kamu? Kenapa gara gara aku.."

Tiba tiba saja rekaman kejadian tadi malam sampai tadi subuh berputar diingatannya.

Jadi, tadi malam setelah Alden selesai bersih bersih, Caca merengek terus, dia kesakitan.

"Ca, aku harus bagaimana. Apa yang bisa aku bantu?" tanya Alden.

Caca meraih tangan Alden, di bawanya tangan itu menyentuh permukaan perutnya.

"Ca, apa yang kamu lakukan.." protes Alden hendak menjauhkan tangannya.

"Lakukan gerakan memutar seperti ini." Caca memutar mutarkan telapak tangan Alden di atas permukaan perutnya.

"Mmm, nyaman. Rasa sakitnya berkurang." Ucap Caca yang kembali tidur.

Alden melakukan itu hampir semalaman. Saat dia berhenti, Caca akan merengek kesakitan lagi. Mau tidak mau pada akhirnya Alden terus melakukan itu dan dia pun merebahkan dirinya diranjang yang sama dengan Caca.

Kemudian, saat azan subuh berkumandang dengan perlahan Alden berusaha mengangkat tangannya dari perut Caca. Namun usahanya gagal. Caca malah memeluk Alden erat seakan yang dipeluknya itu adalah guling.

"Panas.." Rengek Caca sambil melepas jilbabnya dan melempar sembarangan.

Alden hanya bisa diam saja menahan diri untuk tidak bergerak. Sebab kalau dia bergerak, mungkin akan ada sesuatu yang bangun dari dirinya.

Caca bahkan sampai mengeretkan pelukannya pada Alden. Wajah Caca dia benamkan tepat diceruk leher Aden. Tangannya melingkar di punggung Alden dan kakinya melingkar di membelit kedua kaki Alden.

Mata Caca membola mengingat semua kejadian memalukan itu. Dia tertunduk malu menatap lantai sambil merutuki kecerobohannya didalam hatinya.

"Nih makan dulu saladnya. Setelah itu kita pulang."

Alden meletakkan salad buah itu di meja samping ranjang. Sedangkan Caca duduk diranjang dengan kaki menjuntai kelantai serta kepala tertunduk lemah.

"Memalukan. Apa yang sudah aku lakukan. Kenapa aku malah... hiksss. Umi, aku malu." Ucapnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Tidurnya si Caca sangat Imut dan Cantik ya🤣🤣

2024-06-19

2

Atik Bunga

Atik Bunga

sama suami sendiri kok malu
baru malu tuh kalau yg dipeluk laki orang 😂😂😂😂

2024-03-22

5

Diana Susanti

Diana Susanti

karo bojone dewe kok malu,,,dr ini kamu dekat dekat dan tanpa sadar kalian melakukan hubungan SUAMI istri yg nggak ada capek nya aku suka sxxxxxxx hihihi 🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2023-12-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!