Bab 13 Diam diam

Pulang kerja, Caca mampir ke rumah Abi sesuai janjinya kemarin. Dia disambut baik oleh Faheem yang kebetulan juga sedang ada di rumah.

"Sudah makan malam, Ca?" Tanya Abinya begitu Caca tiba.

"Belum, bi."

"Nah kebetulan sekali, abi sama mama baru mau mulai makan malam. Jadi kita bisa makan bareng."

Mereka melangkah menuju meja makan. Disana sudah ada Sarah yang duduk tanpa mau menengok pada suaminya yang melangkah bersama Caca.

"Mama!" Seru Caca menyapa sambil mengulurkan tangan untuk menyalami mama tirinya itu.

Dengan cepat Sarah memalingkan wajahnya dan menyembunyikan tangannya dibawah meja tepat diatas kedua pahanya.

Melihat respon mama yang seperti itu, membuat Caca memutuskan untuk tidak mengganggu mamanya lagi.

"Abi, aku harus segera pulang. Aku makan malamnya nanti saja." Ucap Caca yang tiba tiba pamit.

"Loh, katanya mau makan bareng."

"Mungkin lain kali, abi. Aku harus cepat pulang."

Faheem merasa iba pada putrinya yang selalu disambut dengan buruk oleh istrinya. Tapi, dia tidak bisa melakukan apapun. Bagi Faheem istri jauh lebih penting untuknya dibandingkan anak.

"Ya sudah, kalau gitu kamu pulangnya hati hati, Ca."

"Iya abi. Tapi aku boleh ke atas bentar ya, bi. Aku mau ambil hp ku yang ketinggalan di kamar Lisa." Izinnya.

"Tidak ada yang boleh memasuki kamar anakku. Terutama nenek sihir sepertimu!" Seru Sarah menatap sinis pada Caca.

"Sayang kamu ngomong apa? Caca cuma mau mengambil hp nya saja kok." Ujar Faheem mencoba menenangkan Sarah.

"Sekali tidak tetap tidak. Toh hp mu sudah aku bakar kemarin." Ucapnya santai tanpa beban.

"Apa? Mama membakar hp ku? Kenapa ma?!"

Caca tidak habis pikir kenapa Sarah sampai membakar hp nya. Padahal dalam hp itu tersimpan semua kenangan bersama Khalisa dan ada foto umi juga di hp itu.

"Kamu yakin membakar hp Caca, sayang?" Selidik Faheem hati hati takut menyinggung perasaan istrinya.

"Iya, aku bakar. Aku tidak suka wajah putriku terpampang dilayar hp nenek sihir sepertimu."

Caca hanya bisa diam. Dia paling tidak bisa melawan orangtua terlebih ini adalah mama tirinya, istri dari abi nya.

"Ya sudah, tidak apa apa, abi. Kalau begitu aku pamit."

"Tunggu, Ca." Faheem merogoh saku celananya, dia keluarkan beberapa lembar uang merah.

"Ambil ini untuk beli hp baru." Diberikannya uang itu pada Caca.

"Tidak usah, abi. Lagi pula hp lamaku masih bagus kok." Tolaknya.

"Ya sudah, kalau begitu cepatlah pulang. Nanti kemalaman."

"Iya, abi. Aku pulang dulu."

"Hati hati dijalan ya, nak."

"InsyaAllah, abi."

Caca meninggalkan rumah itu tanpa pamit pada mama tirinya yang jahat itu.

"Kenapa kamu sangat membenci Caca sih, sayang?" Tanya Faheem yang masih tak habis pikir, mengapa istrinya itu sangat membenci putrinya yang berbesar hati mau menerima kehadirannya sebagai ibu sambung.

"Kalau mas tidak suka dengan caraku, pergi saja. Pergi sana, aku tidak peduli!!" Jeritnya histeris.

Dan ya, selalu akan seperti itu saat Faheem mencoba membela Caca atau mencoba mendamaikan istri dan anaknya itu.

Sementara itu, Caca tidak langsung pulang ke rumah. Karena kalau pulang sekarang, sudah pasti Nadin dan Rani akan mengganggunya lagi.

"Mas, kita ke ayam penyet dulu ya. Makan malam, lapar." Ucap Caca pada sopir taksi yang merangkap menjadi sopir pribadinya.

"Baik, non."

Mobil melaju cepat menuju tempat makan favorit Caca. Dan setibanya disana, rupanya sangat ramai.

"Mas, cari tempat lain saja yang sepi. Saya ingin menyendiri." Ucap Caca.

"Baik non."

Mobil itu melaju lagi mencari tempat makan ayam penyet yang sepi. Setelah berjalan hampir dua puluh menit, akhirnya mobil berhenti tepat di depan kedai ayam penyet yang sedang viral dan untungnya saat ini tidak terlalu ramai. Yang terpenting lagi, ada VIP roomnya.

Caca menyantap makan malamnya di VIP room sendirian. Dia menyantap makananya dengan santai dan sengaja berlama lama. Ya, supaya jarum jam cepat berputar ke angka sebelas agar dia bisa cepat pulang dan saat tiba di rumah tidak perlu meladeni tingkah konyol mertua dan ipar.

...🍂🍂🍂...

Tadi malam Caca pulang tanpa ketahuan. Dan pagi ini Caca berangkat lebih pagi lagi juga dan dia pun tidak ketahuan dua orang tukang buli di rumah ini.

"Non, ini sarapannya."

Yuni berlari mengejar Caca yang hampir masuk ke mobil taksi.

"Non, ini sarapannya. Jangan lupa dimakan. Bibik buat dengan penuh cinta." Ucap Yuni yang ngos ngosan karena mengejar majikannya itu.

"Terimakasih, bik. Aku berangkat dulu, assalamualaikum.."

"Iya non, waalaikumsalam."

Mobil yang Caca tumpangi melaju berpacu dijalanan. Sementara itu, di Bandung saat ini Alden sedang bersiap untuk menemui klien nya.

"Pak Alden, ada tamu untuk anda menunggu di lobi." Ujar Vino, asisten pribadinya.

"Siapa?"

"Pak Haris." sahut Vino.

"Haris?!"

"Iya, pak."

Beberapa saat Alden terdiam. Mendengar nama Haris membuatnya tersadar akan sesuatu.

"Haris Firza?"

"Iya, pak."

"Loh kapan dia pulang?"

"Menurut informasi, beliau pulang tadi malam, pak. Hari ini beliau akan diangkat menjadi direktur keuangan di Z grup."

Alden mengangguk paham. Kemudian dia merapikan tampilannya dan setelah rapi dia melangkah dengan langkah khas nya yang tegap, tegas serta menampakkan kebijaksanaannya. Vino pun melangkah tepat dua langkah dibelakang boss nya itu.

"Maaf pak, ada sesuatu yang harus saya katakan."

"Katakan saja Vino."

Mereka terus melangkah dengan langkah serentak dengan tatapan lurus kedepan.

Ting

Kini mereka memasuki lift untuk turun ke lobi menemui Haris.

"Begini pak, ini tentang nyonya Caca."

Mendengar kalimat itu, Alden menoleh pada Vino yang berdiri disampingnya agak menjorok ke belakang.

"Kenapa dengan Caca?"

Vino memperlihatkan video hasil rekaman cctv di taksi yang ditumpangi Caca.

Dalam video itu Caca terlihat sangat kelelahan. Raut wajahnya juga tampak kurang sehat. Sepertinya Caca sakit, mungkin karena lelah dan harus bergadang juga.

"Hubungi sopirnya, perintahkan dia mengantar Caca ke apartemennya dan hubungi dokter Cindy perintahkan dia untuk memeriksa kesehatan Caca di apartemennya."

"Baik pak."

Vino pun langsung menghubungi orang supir taksi dan juga dokter Cyndi.

Ting

Mereka tiba di lobi. Begitu keluar dari lift, Alden langsung melihat senyum Haris yang melambaikan tangan kearahnya.

Sejenak Alden seakan kehilangan konsentrasinya melihat siapa yang kini berada di hadapannya. Namun, meski begitu dia tetap melangkah menghampiri Haris.

"Sabar ya, Al. Gue yakin lo pasti kuat menghadapi semua ini. Gue juga yakin, Lisa pasti sudah bahagia di sana. Maaf gue nggak bisa hadir di hari itu." celoteh Haris yang langsung memeluk Alden.

"Terimakasih, Ris." Sahut Alden datar.

Pelukan pun berakhir. Sebentar dua pria hebat itu saling menatap satu sama lain dengan pikiran mereka masing masing.

"Apa yang harus gue katakan sama loe, Ris. Sekarang, Caca sudah menjadi istri gue." Bisik Alden dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

namany jg novel, terserah author yg nulis y, eh ketik/Smile/

2024-08-02

1

itin

itin

fareem tipe suami kelonan. ga bisa kalau ga ada sentuhan perempuan ke barangnya. makanya kelakuan istri keduanya ke anak kandungnya seperti bukan hinaan utk dia.

2024-08-01

1

DPuspita

DPuspita

Segitu bucinnya paksu... sampai2 lbh mementingkan istri drpd anak kandung sndr.

2024-07-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!