Bab 9 Aku orangnya

Caca memilih melamun di koridor sambil menikmati angin pagi yang setidaknya mendinginkan hati dan pikirannya yang sempat terbakar amarah.

"Umi.. apa yang harus aku lakukan?!"

Diusapnya wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang terasa sejuk.

Sementara Alden keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Dia siap untuk berangkat ke kantor.

Sebentar dia menatap punggung Caca yang bermenung di koridor. Kemudian, dia melangkah pergi meninggalkan kamar untuk segera berangkat ke kantor tanpa berpamitan lagi pada Caca.

"Den, sarapannya hampir siap!" Seru Yuni berlari menghampiri Alden yang hendak membuka pintu rumah.

"Aku sarapan di kantor saja, bik."

"Baik den." Sahut Yuni sambil membukakan pintu.

"Antarkan sarapan untuk Caca ke atas. Makan siang dan malam juga antarkan ke atas. Bibik langsung yang harus mengantarkan ke atas." Titahnya.

"Baik den."

Alden pun berlalu pergi meninggalkan rumah, tanpa menyadari ternyata mamanya mendengar apa yang dia perintahkan pada Yuni.

"Nenek sihir itu bukan lawan sembarangan. Aku harus bergerak cepat untuk mengusirnya dari rumahku." Gumamnya dalam hati.

Sementara itu, dari koridor kamar di lantai atas Caca melihat Alden masuk ke mobilnya. Saat itulah dia menyadari ternyata Alden sudah meninggalkannya sendirian tanpa pamit.

Dengan cepat Caca berlari berharap bisa mengejar Alden. Dia berniat menumpang untuk diantarkan ke apartemennya. Ya, Caca harus berganti pakaian dan mengambil berkas yang harus dia bawa ke kantor. Tapi, Alden malah meninggalkannya begitu saja.

Melihat Caca berlari menuruni anak tangga, lansung di hentikan oleh Yuni yang baru saja menutup pintu setelah Alden keluar dari rumah.

"Non kenapa terburu buru?" Tanya Yuni.

"Aku harus mengejar Alden, bik." Ucapnya menyebut Alden dengan nama.

"Kamu masih memanggil suamimu dengan nama?" Itu suara Adnan yang sedang melangkah menuruni anak tangga.

"Papa!" Seru Caca menunduk merasa tidak enak ditegur oleh mertuanya.

"Apa Alden tidak mengajari kamu cara memanggilnya?"

"Bukan begitu pa. Tapi, kami butuh waktu untuk bisa menyesuaikan diri." Jawab Caca.

"Berani sekali kamu menjawab mertuamu." Seru Nadin menghampiri suaminya.

"Maafkan aku, pa, ma."

"Tidak apa. Papa paham, kalian masih menyesuaikan diri. Terlebih belum satu minggu kepergian Khalisa. Papa yang harusnya minta maaf, karena terlalu buru buru menuntut agar kalian segera menjadi pasangan yang harmonis dan mesra."

Adnan mengatakan itu sambil meraih tangan Caca dan mengelusnya lembut. Adnan melakukan itu untuk menenangkan dan membesarkan hati menantunya itu.

"Kamu mau kemana? Kenapa buru buru mengejar suamimu?" Tanya Adnan kemudian.

"Itu, pa. Tadinya aku mau minta antar ke apartemen untuk mengambil beberapa berkas dan juga pakaian untuk kerja."

"Kamu sudah mau masuk kerja?"

"Iya, pa."

"Ya sudah, kalau gitu kita sarapan dulu. Nanti biar papa yang antar kamu."

"Terimakasih, pa."

Adnan tersenyum sambil merangkul menantunya melangkah menuju meja makan.

Nadin mengekor dibelakang suaminya dengan wajah kesal dan tidak suka melihat Caca yang bahkan mampu mengendalikan suaminya.

"Tidak bisa. Nenek sihir ini tidak bisa dibiarkan lama lama disini. Bisa bisa suamiku pun tunduk padanya." Gumam Nadin dalam hatinya.

Setelah sarapan, Adnan mengantar Caca ke apartemennya. Setelah itu dia kembali ke perusahaannya.

Begitu sampai di apartemen kecilnya, Caca pun langsung mandi. Lalu ganti baju dan bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Ya ampun, Caca!" Seru Loli satu satunya sahabat dekatnya di kantor saat melihat Caca yang baru datang.

"Kamu oke?"

Caca mengangguk merespon Loli.

"Aku turut berduka atas kepergian Lisa. Maaf ya, Ca aku tidak bisa hadir hari itu. Aku sedang di luar kota pada saat itu." Ucapnya merasa tidak enak hati pada sahabatnya itu.

"Tidak apa, Loli. Aku tahu kok kamu sibuk saat itu."

Loli tersenyum haru. Lalu sekali lagi dia memeluk Caca dengan erat.

"Kangen tau nggak sih. Lama amat cutinya. Seperti cuti nikah aja deh." Celetuk Loli asal.

Caca pun hanya bisa tersenyum saja menanggapi Loli. Andai Loli tahu apa yang dikatakannya adalah benar, bagaimana ya reaksinya.

"Eh iya Ca, hp kamu kenapa? Rusak ya, kok nggak bisa dihubungi.."

"Oya? Tapi hp-ku aktif kok." Sahut Caca sambil memperlihatkan layar hp-nya pada sahabatnya itu.

Sebenarnya Hp Caca ketinggalan di rumah mamanya dan hp-nya mati. Yang sekarang dia tunjukkan hp lamanya yang kebetulan dia tinggalkan di apartemen waktu itu. Untungnya Loli tidak curiga.

"Bang Haris nyariin kamu. Dari kemaren dia nelpon kamu nggak bisa katanya. Jadi, dia nelpon aku deh." Tutur Loli.

"Bang Haris?!" Ulang Caca tampak bingung.

Dia melupakan sosok Haris sejak hari kepergian Khalisa. Haris adalah sepupu Alden yang baru dikenalnya sekitar empat bulan terakhir. Itupun dikenalkan oleh Lisa.

...🍂🍂🍂...

Saat ini Caca dan Loli sedang makan siang di kantin kantor. Seperti biasa, mereka menggunakan kesempatan ini untuk mengobrol santai layaknya dua sahabat yang sudah lama tidak berjumpa.

"Bagaimana keadaan mama sama abi kamu, Ca?"

"Sejauh ini sih, Abi sudah baik baik saja. Abi juga sudah mulai kerja lagi. Yang masih sedih itu mama."

"Wajar sih. Tante Sarah kehilangan putri tercintanya." Sahut Loli.

"Eh tapi, suami Lisa apa kabar? Bagaimana keadaannya."

Caca tidak langsung menjawab. Dia malah terlihat bingung mendengar pertanyaan Loli yang menanyakan keadaan suami adiknya yang kini juga sudah menjadi suaminya.

"Dia sudah menikah lagi." Jawab Caca jujur.

Sekalian Caca ingin tahu bagaimana respon Loli tentang itu.

"Apa? Dia sudah menikah lagi. Secepat itu?"

Caca mengangguk.

"Kasihan Khalisa. Dia sangat mencintai suaminya. Eh baru beberapa hari meninggal suaminya sudah menikahi wanita lain. Jangan jangan Alden selingkuh sejak Khalisa mulai sakit sakitan." Celetuknya asal menebak.

"Lisa yang memaksa suaminya untuk menikah lagi. Pernikahan itu bahkan disaksikan langsung oleh Lisa disaat saat terakhirnya."

"Apa? Lisa yang memaksa suaminya menikah lagi? Dan Alden menikahi wanita itu disaat saat terakhir Lisa, disaksikan langsung oleh Lisa?!"

"Iya."

"Siapa wanita itu, apa dia mantan pacar suaminya?" Tebak loli dan Caca langsung menggeleng.

"Lalu siapa, Ca?"

"Aku." Ucap Caca sangat pelan nyaris tidak terdengar.

Awalnya Loli mengangguk, lalu sesaat kemudian dia terperangah kaget hampir berteriak, untunglah dia cepat menutup mulutnya dengan kedua tangannya sendiri.

"Loh kok bisa? Terus bagaimana dengan bang Haris, Ca? Bukankah kalian sudah memutuskan untuk ta'aruf.."

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Loli. Permohonan terakhir Lisa ingin menyaksikan sendiri suaminya menikahi aku dihadapannya. Aku juga tidak mau. Aku menolak, begitu juga dengan suaminya. Tapi, Lisa terus memohon. Aku setuju karena aku pikir setelah menikah malam itu, siangnya Alden akan langsung menceraikan aku dan keadaan Lisa mungkin saja akan kembali membaik. Setelah itu baru aku berencana menceritakan semuanya pada bang Haris, tapi.." Tutur Caca menjelaskan dengan suara pelan dan juga raut wajah yang bingung bercampur sedih.

Caca berani cerita pada Loli, karena Loli satu satunya sahabat terbaiknya tempat dia curhat menceritakan semua tentang dirinya. Dan yang terpenting, Loli sangat bisa diandalkan dalam menyimpan rahasia.

"Ya ampun, Ca. Lalu, apa akhirnya Alden menceraikan kamu?" Loli mengelus punggung tangan Caca. Dia prihatin pada sahabatnya itu.

Caca menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku tidak tahu. Beberapa kali aku meminta supaya dia menceraikan aku. Terlebih keluarganya tidak suka padaku. Tapi, dia tidak mengatakan apapun selain memintaku untuk bertahan demi Khalisa."

"Ya ampun, Caca. Kasihan kamu. Kenapa si Alden malah menjadikan Khalisa sebagai alasan untuk menahanmu. Padahal dia juga tahukan hubunganmu dengan bang Haris?"

Caca mengangguk.

"Aku rasa Alden egois. Abang Haris sudah tahu tentang pernikahanmu dengan Alden?" sambung Loli yang membuat Caca kembali menggeleng.

"Tidak ada yang tahu selain keluarga." Sahut Caca.

"Kasihan bang Haris, Ca. Dia pasti akan sangat kecewa jika tahu kamu telah menikah dengan sepupunya sendiri. Dia akan merasa dikhianati."

"Entahlah, Loli. Aku sendiri juga bingung. Aku menikah pun demi Lisa. Aku tidak tahu sampai kapan Alden akan mempertahankan aku. Aku juga ingin memberitahu bang Haris tentang semua ini, tapi aku bingung bagaimana cara menjelaskannya.."

Caca tidak tahu harus bagaiamana sekarang. Dia tahu Haris pasti akan tersakiti. Tapi, dia tidak punya kuasa untuk membatalkan pernikahan yang jelas jelas sah secara agama dan lagi pula talak berada ditangan suami.

"Jika saja talak ada padaku, sudah aku akhiri pernikahan ini tepat setelah Lisa dimakamkan." Gumamnya.

"Ca, kamu yang sabar ya. Aku akan membantu mencari solusi terbaik untuk bisa memberitahu bang Haris tentang semua ini saat dia pulang besok." Ucap Loli.

Haris sedang menempuh pendidikan S2 nya di Jepang. Sekitar seminggu lagi Haris baru akan pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya itu.

Terpopuler

Comments

Jin Jan

Jin Jan

tinggal aja

2024-09-05

0

martina melati

martina melati

hahaha... bgm nih koq ayah mertua yg lebih perhatian y

2024-08-02

0

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

biar mama Nadin di ceraikan terus Caca jadi mama tiri deh 🤣🤣😈😈😈😈

2024-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!