Bab 4 Ratu drama?!

Akhirnya mobil Alden tiba di depan rumah papanya. Dia turun lebih dulu dan melangkah masuk tanpa memperdulikan Caca yang begitu turun dari mobil justru terlihat bingung dan canggung.

Adnan tidak dirumah hari ini. Tentu saja dia sedang berada di perusahaannya.

"Non, mari masuk!" Seru Yuni, pembantu di rumah itu.

Dengan ragu Caca menghampiri Yuni.

"Non sudah makan siang?" Tanya Yuni ramah.

"Sudah."

"Kalau begitu, mari saya antar keatas." Ajak Yuni yang melangkah mendahului Caca.

Dia melangkah menaiki tangga menuju lantai atas, dimana kamar Alden berada.

Melihat tangga itu membuat Caca teringat apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu.

"Non, mari!"

Suara Yuni menyadarkan Caca dari nostalgia mengingat kejadian tragis yang dialaminya barusan. Dengan langkah ragu dia pun perlahan mengekor di belakang Yuni.

Satu persatu kaki Caca menapaki anak anak tangga itu. Setiap dia menginjak anak tangga, saat itu pula bayangan saat dia jatuh membuatnya merasa ngeri untuk melanjutkan langkah. Tapi, dia tidak mau terlalu berlama lama merasakan perasaan itu, sehingga dia memaksakan dirinya untuk melawan rasa ngeri itu.

"Ini kamar den Alden." Gumam Yuni.

Caca mengangguk, dia berpikir mungkin kamarnya berbeda dengan Alden. Karena itulah Yuni memberitahunya dimana kamar Alden.

Tok

Tok

Yuni mengetuk pintu itu dan tidak berapa lama pintu terbuka.

"Silahkan masuk, non. Selamat istirahat siang."

Setelah mengatakan itu, Yuni bergegas kembali turun meninggalkan Caca yang tampak bingung.

"Haruskah aku masuk?" gumamnya.

Akhirnya dia pun masuk ke kamar itu. Begitu masuk, pertama yang terlihat adalah foto pernikahan Alden dan Khalisa yang dibingkai besar terpajang di dinding kamar.

Tidak hanya satu, tapi ada beberapa foto Khalisa sendiri bergaun pengantin dan juga berpakaian biasa. Semuanya tertata rapi di atas meja khusus di kamar itu.

Alden sendiri duduk di balkon kamarnya sambil memeluk satu bingkai foto Khalisa.

Meski ragu, Caca melangkah menuju balkon.

"Lisa sangat mencintai suaminya. Setiap kali dia menemui aku, dia selalu bercerita tentang bagaimana seorang Alden mampu membuatnya jatuh cinta sangat dalam bahkan sampai bucin." Tutur Caca mencoba mengobrol dengan Alden.

Air mata Alden menetes mendengar cerita dari Caca tentang istrinya.

"Maaf kalau aku malah membuat sedih." Ucap Caca yang hendak melangkah meninggalkan balkon.

"Apa benar kamu mau membalas dendam pada Lisa atas kesalahan mama Sarah dimasa lalu terhadap Umi-mu?"

Kalimat yang keluar dari mulut Alden membuat langkah Caca terhenti.

"Mama Sarah bilang, kamu pernah mengancam Lisa untuk menggantikan posisinya sebagai istriku?"

Alden mengatakan itu tanpa menoleh pada Caca. Dan Caca pun sama, dia berdiri membelakangi Alden.

"Jika dengan percaya pada apa yang mama katakan bisa membuat kamu kuat dan bangkit lagi, maka silahkan."

"Kamu harus buktikan padaku dan pada semua orang, bahwa tidak ada satupun yang bisa menggantikan posisi Khalisa selamanya termasuk aku sekalipun." Gumam Caca melanjutkan kalimatnya.

Setelah mengatakan itu, dia keluar dari kamar itu.

"Ya Allah, aku yang engkau pilih untuk menerima ujian ini. Aku percaya hanya aku yang mampu menyelesaikan ujian ini, sebagaimana Engkau percaya padaku." Gumamnya dalam hati.

Kakinya melangkah menuruni anak tangga satu persatu tanpa merasa takut dan ngeri seperti sebelumnya. Hingga akhirnya dia tiba di bawah. Tapi, langkahnya terhenti saat Nadin tiba tiba muncul.

"Wah wah wah, rupanya ratu drama sudah ada di rumah ini." Dia bertepuk tangan.

"Merasa paling tersakiti. Padahal kamulah yang menyakiti semua orang termasuk ibu mu sendiri." Bisik Nadin di telinga Caca.

"Pura pura baik, ternyata hatinya busuk."

Nadin menatap sinis Caca yang mencoba menahan diri untuk tak menanggapi sindiran mama mertuanya yang semuanya tidak ada satupun yang benar dari apa yang dia tuduhkan.

"Asal kamu tahu, awalnya suamiku memang mau menjodohkan kamu dengan Alden. Tapi, dengan lantangnya kamu menolak dan malah meminta bantuan Khalisa untuk menerima perjodohan. Dasar munafik." Ketusnya.

"Eh, setelah Khalisa menerima untuk menikah dengan Alden, kamu baru menyesal. Tentu saja kamu menyesal karena melepaskan pria kaya raya seperti Alden untuk adikmu." Nadin terus mengoceh menceritakan dongeng yang hanya dia dengar dari satu pihak saja dan dia tidak tahu apakah dongeng itu benar atau hanya sekedar bualan belaka.

"Jika sudah menolak harusnya tolak sampai akhir. Jangan menjadikan amanah Khalisa sebagai alasan. Sekarang kamu puas kan membuat putraku menderita?!"

"Apa yang tante katakan tidak benar.."

Plaaakkk

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Caca. Pelakunya tentu saja Nadin yang tidak suka karena Caca berani menjawab.

"Dasar tidak tahu diri. Berani sekali kamu menjawabku. Kamu pikir kamu siapa? Jangan merasa menjadi nyonya hanya karena sudah menikah dengan putraku!!" Pekiknya murka.

Mendengar pertikaian itu, Yuni pun mengintip di balik tembok dapur. Rani pun keluar dari kamarnya untuk menghampiri mamanya. Tidak ketinggalan Alden yang juga berlari keluar dari kamarnya.

Mendengar langkah Alden, Nadin berpura pura jatuh terduduk di lantai.

"Mama!" Teriak Alden melihat mamanya terduduk dilantai tepat didepan Caca.

Yuni membekap mulutnya melihat kejadian itu. Dia hanya bisa menatap kasihan pada Caca yang tampak panik. Sedangkan Rani malah tersenyum senang.

"Mama hanya menyapa, tapi Caca malah salah paham. Dia menuduh mama mengatainya merebut posisi Lisa.." Celoteh Nadin mengarang cerita agar Caca disalahkan.

"Mana yang sakit, ma? Kaki mama atau tangan mama?" Tanya Alden khawatir.

"Hati mama yang sakit.." Sahutnya yang langsung pura pura menangis.

"Aku antar mama ke kamar saja, ya."

Alden membantu mamanya berdiri, lalu melangkah melawati Caca begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.

"Lebih baik kamu keluar saja dari rumah ini. Tidak ada yang boleh menggantikan posisi kak Lisa termasuk kamu, wanita murahan." Ucap Rani sambil mendorong kuat tubuh Caca hingga Caca terjatuh dengan punggungnya terhantuk ke pengangan tangga.

Saat Rani sudah pergi, cepat cepat Yuni menghampiri Caca.

"Non tidak apa apa?" Tanya Yuni.

Caca menggeleng. Dengan dibantu oleh Yuni dia kembali berdiri.

"Yang sabar ya, non."

Yuni yang tahu kejadian sebenarnya merasa sangat kasihan pada Caca. Tapi, apa boleh buat, dia hanya pembantu dirumah ini.

"Terimakasih ya bik, karena bibik begitu baik padaku. Sampaikan salamku pada om Adnan. Aku harus pergi dari rumah ini."

"Non.."

Yuni tidak rela melihat Caca yang hendak pergi meninggalkan rumah.

"Tidak ada yang boleh pergi dari rumah ini." Itu suara Alden.

Ya, dia kembali setelah mengantar mamanya ke kamar. Dan setelah memberitahu papa mertuanya bahwa dia akan menjaga Caca.

"Den." Sapa Yuni sambil menunduk hormat.

"Bibik bisa tinggalkan kami berdua?!"

"Baik den."

Dengan segera Yuni kembali ke dapur.

Caca berdiri tepat di depan pintu dengan tangannya yang sudah memegang ganggang pintu. Alden menghampirinya.

"Maafkan mama dan Rani. Aku tahu mereka tidak suka sama kamu. Tapi, aku minta tolong betahanlah demi Khalisa." Bisik Alden.

"Haruskah aku bertahan demi Khalisa?" Tanya Caca dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Sarah Yuniani

Sarah Yuniani

gimana ini ceritanya , satu keluarga pada benci Caca ..

2024-09-17

0

Umiati Ati

Umiati Ati

dasar ipar danmertua jahat

2024-08-02

0

martina melati

martina melati

tidak harus... namun jika ingin bahagia, bertahanlah... (sok bijak y daku/Ok//Smile/)

2024-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!