Bab 11 Jampi pengusir sihir

Taksi terus melaju, sampai akhirnya berhenti tepat di luar pagar rumah keluarga Adnan. Satpam yang berjaga di pos depan pun langsung membukakan pagar saat melihat siapa yang datang.

"Selamat malam, non Caca." Sapa satpam itu.

"Malam, pak."

Caca menjinjing tasnya dan menggendong ranselnya. Melihat itu, pak satpam pun menawarkan bantuan.

"Waduh, malah merepotkan bapak nih."

"Tidak apa non. Saya senang bisa membantu non Caca." Sahutnya.

Mereka melangkah beriringan menuju rumah. Setibanya di depan pintu, Caca di sambut oleh Nadin dan Rani.

"Pergilah wahai nenek sihir..." Ujar mereka seperti membaca mantra dan mereka menaburkan garam tepat ke arah Caca.

"Pergilah wahai penyihir yang menghuni tubuh Shaima Afsha Hanum..."

Nadin dan Rani terus berucap dan menaburkan garam semakin banyak pada Caca.

Pak satpam yang tadi membawakan tas Caca langsung pergi begitu melihat kode tatapan tajam Nadin padanya.

Sedangkan Caca hanya bisa menutup bagian wajahnya agar tidak terkena oleh butiran butiran garam yang dilemparkan padanya.

"Wahai penghuni tubuh Shaima Afsha Hanum.. tinggalkan raganya.."

Ting

Tong

Nadin membaca mantra yang entah apa maknanya sambil memegang kedua bahu Caca. Sementara Rani memutarkan lonceng kecil berkeliling di atas kepala Caca.

Lalu, beberapa saat kemudian Nadin mengunyah garam yang tersisa ditangannya.

Bbbuuurrr

Dia menyemburkan garam yang dikunyahnya tepat kewajah Caca yang tidak lagi dia lindungi, karena kedua tangannya ditahan oleh Rani.

Bruuukkk

Tubuh Caca ambruk begitu saja ke rumput hijau halaman rumah. Dia pingsan. Tidak. Caca hanya pura pura pingsan sambil menyusun rencana untuk membalas ulah mama mertua dan iparnya itu.

"Ma, dia pingsan!" Seru Rani agak takut.

"Mungkin ini efek dari jampinya yang sepertinya berhasil." Gumam Nadin.

Caca menahan tawa saat mendengar mama mertuanya ternyata tadi membacakan jampi jampi pengusir sihir padanya. Ide cemerlang pun terlintas dikepala Caca untuk membalas mereka.

"Apa sihirnya hilang kali ya ma dari tubuhnya?" Tanya Rani yang bersembunyi dibelakang mamanya.

"Sepertinya begitu. Kakakmu memang bisa diandalkan menyangkut hal hal mistis."

Nadin memuji Rahayu yang memberikan jampi jampi ini yang diyakini bisa digunakan untuk mengusir sihir.

"Apa dia mati, ma?!" Tanya Rani mulai takut.

"Sssttth! Kamu bisa diam dulu nggak sih." Rutuknya pada Rani.

"Iya ma, maaf."

Perlahan mereka melangkah mendekati Caca. Mereka hendak memeriksa apakah Caca pingsan atau benaran mati. Dan Saat mereka sudah sangat dekat, Caca pun membuka matanya.

"Aaakhhh...!! Mama..." Pekik Rani kaget karena Caca tiba tiba bangun dan langsung duduk.

Sedangkan Nadin diam saja tidak berkutik sangking kagetnya melihat Caca tiba tiba bangun.

"Mama!" Seru Caca dengan suara yang sangat lembut seperti cara Khalisa memanggil mama mertuanya itu.

"Siapa kamu?!" Teriak Nadin sambil mengulurkan lonceng kearah Caca.

Caca tersenyum sangat manis dengan senyumnya yang mencontoh cara Lisa tersenyum. Tentu terlihat sangat mirip dan senyum ini paling disukai Lisa darinya.

Mata mereka membola melihat senyum itu yang sangat mirip dengan senyuman Lisa. Bukan hanya mereka berdua saja yang merasa itu senyuman Lisa, Yuni yang mengintip di balik pintu pun terkejut seakan dia melihat Lisa hidup kembali.

"Siapa kamu?!"

"Mama ini aku Lisa.." Ucap Caca lembut mencontoh cara bicara Lisa yang lemah lembut.

Mendengar itu membuat Nadin melangkah mundur dan Rani pun memegang tangan mamanya erat. Tampak dari wajah mereka tentu mereka ketakutan saat ini.

"Non Lisa!" Gumam Yuni tidak percaya.

Dia masih terus mengintip dibalik pintu.

"Jangan macam macam kamu! Katakan siapa kamu sebenarnya!!" Teriak Nadin yang kembali membacakan mantra tadi dan membunyikan lonceng.

Sementara Caca terus tersenyum dengan senyumannya yang mirip dengan cara Lisa tersenyum. Caca berniat membodohi mereka dengan berpura pura menjadi Lisa.

"Ma, mungkin benaran kak Lisa yang masuk ke tubuh nenek sihir itu." Bisik Rani yang terus bersembunyi dibelakang mamanya.

"Jangan ngawur kamu. Mana mungkin arwah Lisa gentayangan." Bantahnya.

Mendengar itu, Caca pun kembali pura pura pingsan lagi. Dia tidak lagi melanjutkan idenya untuk mengerjai Nadin dan Rani dengan cara membawa bawa Lisa yang sudah tenang disana.

"Ma, dia pingsan lagi!"

"Kamu itu penakut banget jadi orang. Berisik tau.." Rutuk Nadin kesal pada Rani.

Dan Caca pun kembali membuka matanya. Ditatapnya Nadin dan Rani bergantian dengan tatapan sendu.

"Ma, aku kenapa?" Tanya Caca pura pura bingung.

Nadin dan Rani tidak langsung menjawab, mereka tampak sangat hati hati saat melihat kearah Caca yang sudah berdiri.

"Non Caca!" Seru Yuni berlari menghampiri Caca.

"Mari masuk non, pasti non capek pulang kerja." Celoteh Yuni khawatir.

"Aku kenapa bik. Kok aku baring di rumput?" tanya Caca pura pura tidak tahu apa yang terjadi.

"Non Caca pingsan. Sepertinya non kecapek an." Sahut Yuni menjelaskan sambil memapah Caca untuk ikut masuk ke rumah.

Sedangkan Nadin dan Rani diam saja melihat Yuni membawa Caca masuk. Mereka masih syok dengan apa yang barusan mereka saksikan.

"Ma, apa benaran sihir sudah keluar dari tubuhnya? Atau dia malah kerasukan setan.."

"Mana mama tahu. Kita lihat saja nanti saat abang kamu pulang. Kalau abang kamu mengabaikannya, berarti benar sihir itu sudah hilang." Sahut Nadin.

Kemudian mereka pun kembali masuk ke rumah. Sementara Caca sudah berada di kamarnya dan Yuni juga datang lagi mengantarkan makan malam untuknya seperti yang diperintahkan Alden.

"Non ini bibik bawakan makanan untuk makan malam"

Yuni meletakkan makanan itu diatas meja komputer Alden.

"Terimakasih bik. Tapi, sebenarnya aku sudah makan malam tadi sama temanku."

"Lah begitu. Ya makan saja lagi non. Biar makin kenyang."

Caca mengangguk sambil tersenyum menanggapi ocehan Yuni.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, non."

"Iya, bik. Terimakasih sudah dibawakan makanan. Jadi tidak enak, karena merepotkan bibik." Ujarnya.

"Loh tidak repot kok, non. Lagian den Alden yang berpesan untuk membawakan makanan untuk non Caca ke kamar setiap hari selama den Alden masih di Bandung." Tutur Caca memberitahukan.

"Alden yang menyuruh bibik membawakan makanan ke kamar?"

"Iya non. Den Alden tahu non Caca pasti tidak akan nyaman kalau makan di meja makan bersama nyonya dan Non Rani."

Caca tersenyum merespon ucapan Yuni.

"Ternyata dia tidak seutuhnya mengabaikan aku." Gumam Caca dalam hatinya.

"Non.. non.." Yuni memanggil manggil Caca yang terdiam dengan raut wajah terlihat lelah itu.

"Non, ada apa?"

Akhirnya Yuni menyentuh bahu Caca.

"Iya bik, ada apa?" Sahut Caca tersadar dari lamunannya.

"Non kenapa, kok diam saja?"

"Mmh, tidak apa kok bik. Sepertinya aku lelah."

"Ya sudah kalau gitu, non istirahat saja. Selamat malam non Caca."

"Selamat malam bik." Sahut Caca.

"Oh iya non bibik sampai lupa." ujarnya.

Yuni membuka salah satu pintu lemari di kamar itu. Dia mengambil satu set mukena lengkap dengan sajadah.

"Den Alden bilang non Caca butuh ini." Yuni mengulurkan mukena itu pada Caca.

"Untukku bik?"

"Iya non. Itu dibelikan yang baru sama den Alden. Tadi siang sebelum berangkat ke Bandung, den Alden sempatkan pulang mengantarkan mukena ini. Katanya Non Caca tidak nyaman kalau harus memakai punya non Lisa." Tutur Yuni.

Caca hanya tersenyum tipis menanggapi penuturan Yuni.

"Oh iya, ada piyama baru juga di kamar mandi untuk non Caca." Ujar Yuni sebelum akhirnya pergi meninggalkan Caca sendirian di kamar yang luas itu bahkan lebih luas dari apartemennya.

Terpopuler

Comments

Erna M Jen

Erna M Jen

mungkin alden dan caca dulu saling suka..

2025-03-11

0

Dian Soedarminto

Dian Soedarminto

alden pernah suka...pastinya lama2 akan timbul lg rasa cintanya😊

2024-07-25

1

Jamaliah

Jamaliah

mertua gesrek

2024-07-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!