19

"Tuan suka ya sama saya?" tanya Flora di sela sela dirinya yang mengompres lengan Veekit. Veekit membuang muka mendengar itu.

"Jangan kepedean kamu." sahut Veekit. Flora diam saja tersenyum lucu.

"Padahal kalau benar, saya senang loh tuan." ujar flora dengan polosnya.

"Kau..!" geram Veekit.

"Tidak tuan tidak." sambung flora cepat sebelum terkena amukan tuannya.

"Kalau saya begini, ada bonus tidak tuan?" tanya Flora menatap Veekit. Veekit mengernyit mendengarmya.

"Maksud kamu?" tanya Veekit bingung.

"Yah siapa tau ada penambahan gaji atau.." ujar flora menggantung ucapannya.

"Atau apa?" tanya Veekit sembari melotot.

"Atau diangkat jadi asisten pribadi tuan gitu.", ujar flora tersenyum manis menampilkan gigi putihnya yang rapi.

Brukk...

"Aduh." ringis flora ketika dirinya terguling karena Veekit yang mendorongnya.

Veekit terkejut dengan perlakuan dirinya sendiri.

"Tuan jahat banget sih." ujar flora mencoba mendudukkan dirinya perlahan sembari mengelus bokongnya yang sakit.

"Kamu lagian. Kamu bantu saya karena ada maunya begitu?" tanya Veekit tegas.

"Itu tadi becanda tuan." ujar flora mengelak dengan yakin. Veekit membuang muka malas meladeni Flora yang semakin lama semakin rusuh baginya.

"Bokong saya sakit sekali, ini semua karena.." ringisnya kembali melirik Veekit yang menatapnya tajam.

"Karena siapa?" tanya Veekit menyambung.

"Karena saya tuan, iya karena saya hehe." jawab Flora bersemangat. Veekit meredamkan emosinya mendengar jawaban flora. Kalau sampai dia mengatakan karena dirinya, bisa habis Flora.

"Yasudah saya kembali untuk beristirahat dulu ya tuan." ujar flora mencoba bangkit berdiri.

"Ehh, lalu bagaimana dengan ini." ujar Veekit menunjuk lukanya. Flora yang melihatnya memutar bola mata malas.

"Berarti tuan butuh saya kan?" tanyanya malas.

"Kamu tidak mau bantu saya?" tanya balik Veekit. Flora menghela nafas panjang mencoba untuk tidak emosi. Baginya, Veekit boss yang tidak mau kalah.

Flora lalu kembali mendekati Veekit dan kembali mengobati lukanya. Tidak ada percakapan lagi setelah itu sehingga hanya ada keheningan. Sampai akhirnya, telepon Veekit berdering membuat flora berhenti sebentar lalu kembali melanjutkan mengobati luka Veekit.

"Mama?" gumam Veekit pelan namun masih terdengar. Lalu dia melirik flora sebentar lalu mengangkat telepon itu.

"Ada apa ma?" tanya Veekit. Ini bukan vidio call, sehingga teleponnya hanya berada disamping telinga Veekit.

"Veekit akan pulang sekitar seminggu lagi ma." jawab Veekit kepada mamanya diseberang sana. Flora yang mendengarnya melotot. Benarkah satu Minggu lagi?

"Baik ma, Veekit akan jaga diri disini, begitupun dengan mama." ujarnya lagi.

Selesai percakapan yang tidak terlalu panjang itu, Veekit mematikan teleponnya dan kembali melirik flora yang tetap tenang mengompres lukanya.

"Kau menguping pembicaraan saya kan?" tanya Veekit memulai percakapan. Flora memberhentikan sebentar kegiatan tangannya dan menatap Veekit dengan tatapan malas.

"Saya ini berada di dekat tuan, tentu saja saya mendengarnya. Kalau tuan tidak mau didengar, mengapa mengangkat teleponnya didekat saya." ujar flora dengan polosnya.

"Kamu...!" geram Veekit. Tapi benar juga ya?

Flora memilih diam saja tidak mau menyahut lagi.

"Saya perhatikan, kamu tidak pernah berkomunikasi dengan keluargamu." ujar Veekit lagi lagi memulai percakapan.

"Saya yatim piatu." ujar flora dengan biasa saja.

"Apa!" kaget Veekit. Flora sampai menghindar sedikit karena ikut merasa kaget juga.

"Kamu yatim piatu?" tanya Veekit kembali. Flora mengangguk bingung akan sikap Veekit.

"Mengapa saya tidak tau?" tanya Veekit.

"Ya mana saya tau tuan, mungkin tuan tidak pernah bertanya kepada saya." jawab Flora santai.

"Sejak kapan kamu yatim piatu?"

"Sejak kecil. Saya sejak kecilnya tinggal bersama nenek saya tuan." jawab Flora.

"Jadi kamu tidak pernah bertemu dengan orang tuamu?" tanya Veekit lagi dan flora menggeleng tersenyum pahit.

Veekit mengangguk angguk pelan mendengarnya. Dia menatap flora dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Tuan tidak perlu menatap kasihan saya tuan, saya sudah terbiasa." ujar flora tiba tiba.

"Bukan, bukan begitu." sambung Veekit tidak enak.

"Ini sudah saya kompres tuan. Tuan beristirahatlah, saya akan kembali ke kamar saya untuk beristirahat juga." ujar flora tersenyum tipis sembari berdiri. Dia lalu hendak kembali dengan berbalik namun tangannya ditahan oleh Veekit. Flora menatap itu dengan bingung.

"Emm maaf, saya hanya ingin memberitahumu sesuatu." ujar Veekit melepaskan tangannya.

"Ada apa tuan?" tanya Flora.

"Besok kamu bersiaplah, kita akan pergi untuk memilih pakaian menarimu untuk acara peresmian." jelas Veekit.

"Loh, bukannya acaranya seminggu lagi tuan?" tanya Flora heran.

"Benar, tapi saya mau besok saja. Saya takut saya tidak sempat menemanimu untuk membelinya." ujar Veekit. Flora masih terlihat bingung.

"Tuan tidak perlu repot menemani saya, saya bisa pergi bersama Tante Amilia saja." ujar flora dengan polosnya. Veekit terdiam.

"Tidak, saya yang akan menemanimu. Saya takut kamu memilih sesuatu yang tidak sesuai." ujar Veekit tegas. Flora semakin bingung namun tidak berani membantah lagi karena Veekit sudah mengatakannya dengan tegas.

"Baiklah tuan, saya kembali dulu. Selamat malam tuanku yang tampan." ujar flora tersenyum manis di akhir katanya dan segera berlari cepat menuju kamarnya setelah mengatakan itu.

Sementara Veekit hanya terdiam dengan kaget saja menatap kepergian flora. Dia tersenyum tipis melihat itu.

"Aku baru tau dia yatim piatu. Vandes juga tidak pernah mengatakan apapun tentang flora. Sialan!" gumam Veekit kesal mengingat Vandes. Padahal dia sendiri yang bisa saja tidak bertanya kan? Hahaha...

Di Kamarnya, flora ternyata tidak langsung tidur. Dia masih menatapi tangannya dengan senyuman lebar.

"Mengapa aku terus memikirkan hal sederhana seperti ini ya?" gumamnya salah tingkah dengan dirinya sendiri.

*

*

"Kau sudah siap?" tanya Veekit.

"Sudah, ayo pergi tuan." Jawab flora dan mereka akhirnya langsung pergi menuju pusat perbelanjaan di Bali yang cukup terkenal.

Sesampainya disana, mereka memasuki pusat barang termasuk Pakaian penari yang lengkap dengan aksesorisnya.

Flora yang baru memasukinya langsung dibuat berbinar dengan barang barang dan pakaian penari yang terlihat indah semuanya. Dia merasa ingin memiliki semuanya.

"Pilihlah apa yang kau suka." ujar Veekit. Flora menatap Veekit dengan bingung.

"Bukankah semalam tuan mengatakan jika saya bisa memilih sesuatu yang tidak sesuai? Jika begitu, tuan saja yang memilih apa yang sesuai untuk acara peresmian nanti." ujar flora teringat jelas akan perkataan Veekit semalam.

Veekit terdiam dengan Bingung sampai dirinya berdehem.

"Saya berpikir kamu bisa memilih sendiri. Saya yakin pilihanmu pasti sesuai." ujar Veekit datar.

Flora semakin bingung namun yasudahlah, ini hal bagus kan? Dirinya jadinya bebas memilih apa yang dia suka.

"Tapi, tunggu tuan." potong flora tiba tiba dengan panik.

"Ada apa?" tanya Veekit ikut merasakannya.

"Ini yang bayar tuan kan?" tanya Flora dengan mainan matanya.

"Kamu." jawab Veekit semakin datar mendengar apa yang dipanikkan oleh flora. Dia pikir entah apa yang lebih penting, ternyata?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!