"Haha, kau ini. Aku bukan orang jahat. Jika aku orang jahat, aku tidak perlu mengajakmu berbicara sepanjang ini, langsung saja aku membunuhmu lalu mengambil barang berhargamu. Tapi nyatanya tidak, aku tidak akan menjahatimu." jelas pria itu dengan raut wajah serius. Flora mengamati lama Sean dari atas sampai bawah dan merasa hal yang sama. Sean terlihat jujur mengatakannya.
"Baiklah, aku percaya kepadamu." ujar Flora mulai lebih tenang.
"Mengapa kau ke pantai pagi pagi sekali seperti ini? Dan hanya sendiri?" tanya Sean penasaran.
"Emm bukan begitu. Aku kesini karena sedang menunggu bossku rapat." jawab Flora.
"Benarkah? Jadi kau sedang bekerja?" tanya Sean kaget. Flora mengangguk tersenyum.
"Ooh begitu."
"Kau sendiri sedang apa disini?" tanya Flora juga penasaran.
"Ahh aku hanya sejenak merilekskan diri." jawab Sean.
"Kau sendiri ke pantai ini?" tanya kembali flora.
"Iya, aku sendiri."
"Mengapa tidak bersama orang lain saja?" tanya Flora lagi.
"Aku tidak suka. Aku lebih suka sendiri. Lagian, mau ditemani dengan siapa?" jawab Sean sembari menatapi ombak pantai.
"Pasangan atau apa gitu?" tanya lagi flora dengan polosnya.
"Aku tidak memiliki pasangan." jawab Sean tanpa menatap Flora. Flora yang mendengarnya mengangguk saja.
"Kau tinggal dimana?" tanya Sean kembali memulai percakapan yang hampir terputus.
"Aku tinggal di Apartemen ujung sana. Aku bukan tinggal menetap disini." jawab Flora ikut menatapi ombak pantai.
"Oh iya? Maksudnya?" tanya Sean kurang memahami.
"Aku disini hanya karena pekerjaan saja." jelas flora. Sean mengangguk.
"Kau sendiri?" tanya Flora melirik Sean.
"Aku memang menetap disini." jawab Sean.
Flora juga hanya mengangguk saja. Setelahnya, tidak ada lagi yang ingin memulai percakapan.
"Rasanya tenang sekali ya." ujar Sean kembali.
"Kau benar. Aku juga sangat menyukai suasana seperti ini dibandingkan di tengah tengah kota yang padat dan berisik." sambung Flora.
"Kita sepaham."
"Kau juga?"
"Tentu saja." jawab Sean.
"Kau tidak bekerja?" tanya Flora.
"Untuk hari ini tidak."
"Kenapa?"
"Seperti yang aku katakan tadi, aku hanya ingin merilekskan diri."
"Aku ada ide." ujar flora semangat.
"Ide apa?" tanya Sean mengerutkan keningnya heran.
"Kau mau tenang kan?" tanya Flora menarik turunkan alisnya. Sean mengangguk bingung.
"Kau ikuti saja pergerakanku." ujar Flora semangat.
Flora kemudian menegakkan dirinya lalu menarik nafas sedalam mungkin dengan pergerakan tangan dan wajahnya. Sean tidak tinggal diam, dia juga mengikuti pergerakan flora sekalipun itu terlihat aneh baginya. Flora kemudian memainkan bagian tubuh tertentu seperti ciri khasnya dalam hal penari. Sean dengan sebisa mungkin mengikuti Flora. Sampai akhirnya berakhir dengan helaan nafas yang kembali normal.
"Bagaimana?" tanya Flora.
"Bagaimana apanya?" tanya sean bingung.
"CK, bagaimana perasaanmu?" kesal flora.
"Emm, jauh lebih baik. Itu tadi gerakan apa? Mengapa seperti menjadi menari?" heran Sean.
"Ada dehh."
"Kau curang. Beritahu aku, aku sudah mengikutimu." kesal Sean.
"Itu pergerakan untuk berubah." bisik Flora.
"Berubah menjadi apa?" tanya Sean ikut memelankan suaranya.
"Berubah menjadi..."
"Menjadi apa?" tanya Sean dengan raut wajah paniknya.
"Hahahahha." tawa flora.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Sean semakin panik.
Bugg....
"Heyy... ada apa denganmu?" tanya Sean benar benar panik saat flora tiba tiba saja ambruk. Sean tentu saja langsung menangkap tubuhnya yang jatuh.
"Heyyy...Flora?" Sean berusaha membangunkan flora yang tak kunjung bangun, sampai akhirnya....
"Hahahhahaha." Flora tiba tiba saja terbangun dan tertawa dengan renyah.
"Aduh perutku sangat sakit, hahahahha."
"Kau mengerjaiku?" tanya Sean tidak terima. Dia melotot menatap Flora.
"Iya, dan kau lucu sekali tadi, aku sampai tidak tahan lagi." jawab Flora mulai memberhentikan tawanya.
"Kauuu..!" geram Sean.
"Maaf." Flora memohon dengan tangannya dan kedua bola matanya yang penuh harap.
Sean membuang muka lalu tiba tiba...
"Haahahahahhha, kau pandai sekali mengerjaiku ya." Sean juga ikut tertawa.
Mereka asik bercanda ria sampai akhirnya Flora teringat akan Veekit.
"Astaga!"
"Kenapa?" tanya Sean ikut kaget.
"Aku harus kembali, bossku pasti sudah menungguku. Sampai jumpa Sean." ujar flora langsung berlari pergi meninggalkan Sean yang belum juga meminta nomor kontaknya.
"Aku lupa meminta nomernya." gumam Sean kesal dengan dirinya sendiri. Tiba tiba, Sean tersenyum mengingat apa yang terjadi diantara mereka.
"Dia sangat lucu." gumamnya lagi.
"Permisi tuan." ucap dua pria bertubuh tegap yang datang menghampiri Sean.
"Ada apa?" tanya Sean dingin.
"Tuan muda sudah dicari oleh tuan besar tuan." ucap salah satu dari mereka.
"Baiklah, ayo pergi."
*
*
"Dari mana saja kau?" tanya Veekit dingin menatap Flora yang baru saja sampai di gedung.
"Saya tadi habis dari pantai di dekat sini tuan." jawab Flora gugup.
"Tanpa mengabariku? Buat apa kau kesana?" tanya Veekit.
"Saya kesana sembari menunggu tuan selesai rapat. Dan saya tidak mungkin menganggu tuan yang sedang rapat hanya untuk mengabari saya yang pergi ke pantai." jawab Flora jujur.
Veekit terdiam membenarkan.
"Flora benar Veekit, lagian apa salahnya?" tanya Andes setuju dengan apa yang dikatakan oleh Flora.
"Yasudah jika begitu, lain kali kabari saya. Jika terjadi sesuatu denganmu, saya yang akan bertanggung jawab. Kau paham?" ujar Veekit tegas. Flora mengangguk setuju.
Selesai dengan itu, Flora menatap keseliling mencari keberadaan Amilia yang tidak terlihat di matanya sedari tadi.
"Maaf om, kalau boleh tau, Tante Amilia ada dimana?" tanya Flora menatap Andes.
"Tadi Amilia pergi keluar untuk menerima telpon, namun sampai sekarang tidak juga kembali. Saya juga baru menyadarinya." ujar Andes teringat jika istrinya sudah keluar cukup lama namun tidak juga kembali.
"Biar Flora saja yang mencari Tante Amilia om." ujar Flora. Flora berniat ingin memberitahu kejadian tadi kepada Amilia.
"Ahhh yasudah, terimakasih Flora."
"Baik om, Flora pergi dulu ya." ujar flora dan diangguki oleh Andes. Sementara Veekit hanya terdiam melirik kepergian Flora.
"Mereka sudah seakrab itu ternyata." batinnya kagum.
"Flora, anak yang sangat peduli." ujar Andes menatap kepergian flora. Veekit yang mendengarnya hanya diam saja.
Sementara orang yang dibicarakan asik berkeliling gedung untuk mencari Amilia yang belum juga terlihat.
"Dimana Tante Amilia?" gumam flora masih terus berjalan berkeliling mencari Amilia. Sampai akhirnya, samar flora melihat seseorang yang mirip dengan Amilia berada di pantai yang tadi dia datangi.
"Bukankah itu Tante Amilia? Sedang apa dia disana?" tanya Flora terheran. Tanpa menunggu lama, Flora langsung saja berlari ke arah pantai.
"Tante." ucap Flora pelan menyentuh bahu wanita yang membelakangi dirinya. Wanita itu berbalik dan benar saja, dia adalah Amilia.
"Tante, apa yang terjadi? Mengapa Tante menangis?" tanya Flora panik karena Amilia yang kembali menangis.
"Floraa...Anak tante...hiks hiks.." tangis Amilia menyebut anaknya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments