"Bisa enggak perlu teriak teriak Sani?" ucap Flora mendengus kesal karena merasa terganggu dengan suara Sani yang menggangu telinganya.
"Tapi bagaimana bisa loe suka sama tuan es kaya dia? Loe masih waras enggak sih Flo?!" tanya Sani tidak habis pikir.
Flora menatap santai Sani dan mengangkat kedua bahunya acuh lalu kembali menyusun pakaiannya.
"Loe harus buang jauh jauh perasaan loe itu sebelum bertambah besar Flo, ingat kita siapa dan dia siapa." jelas Sani serius. Flora memberhentikan lagi kerja tangannya karena mencerna ucapan Sani.
Lebih tepatnya sadar diri kan?
"Udah udah, enggak perlu terlalu serius banget kali." sahut flora memecah ketegangan. Sani hanya memutar bola mata malas.
"Pokoknya loe disana harus baik baik. Gue enggak mau dengar yang aneh aneh ataupun yang buruk selama loe disana. Jangan sampai kebawa perasaan banget loe sama tuan Veekit, bisa jadi dia udah punya pasangan kan?"
"Iya tau, dan gue ngerasa tuan Veekit emang udah memiliki kekasih."
"Maksud loe?"
"Saat kami pergi menemui rekan sekerja tuan Veekit, selesai dari situ tuan Veekit meminta bantuan gue untuk memilih sesuatu barang buat seorang wanita seperti gue, dan dia seorang model." jelas flora sedikit kecewa.
"Itu sudah jelas kekasihnya flora, udah loe harus sadar aja." tegas Sani dan flora hanya diam tak menjawab.
...****************...
Sementara orang yang diperdebatkan sedang berkumpul bersama keluarga besarnya, termasuk Amira yang tidak lain adalah tunangannya Veekit.
"Bagaimana bisa kau akan pergi esok hari Veekit? Bukankah lusa adalah hari ulang tahun Amira? Dan itu semua sudah dipersiapkan dengan baik, termasuk pengumuman tanggal pernikahan kalian." ucap Sookit yang tidak lain adalah mamanya Veekit.
Disampingnya Sookit ada Amira yang menatap Veekit dengan raut kecewa. Dia sudah merasa sangat bahagia karena lusa adalah hari ulang tahun dan pengumuman tanggal pernikahannya dengan Veekit, sementara Veekit malah harus akan pergi esok hari.
Lalu ada Vandes juga disitu yang hanya diam menatap apa yang sedang terjadi. Dia tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan pribadi seperti ini yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Veekit menatap datar kepada ketiga orang itu, termasuk mamanya sendiri.
"Veekit harus pergi esok hari ma, dan Veekit tidak bisa hadir untuk acara lusa nanti. Tapi Veekit sudah menyiapkan hadiah dariku untuk Amira." ucap Veekit tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Dia mengatakan itu sembari mengeluarkan bungkusan mewah yang sudah dia beli.
Semua orang menatap apa yang ditunjukkan oleh Veekit dan Sookit langsung segera mengambil dan membukanya.
"Wah!" kagum Amira menatap perhiasan yang terpampang dengan jelas setelah Sookit membukanya.
"Kau yang membeli ini, Veekit?" tanya Amira menatap Veekit dengan kaget, termasuk Vandes juga.
Sejak kapan dia membeli ini? Mengapa dirinya tidak tau? Pikir Vandes heran.
Veekit mengangguk
"Lihatlah mama, Veekit membelikanku perhiasan seindah ini. Dia tau aku menyukai perhiasan dan dia membawakannya untukku." ujar Amira dengan raut wajah sangat senang sembari mengamati perhiasan yang diberikan Veekit.
"Itu tanda rasa sayangnya untukmu, Amira." sahut Sookit ikut merasa bahagia. Dia senang jika hubungan putranya dengan calon menantunya semakin dekat.
Sementara Vandes melotot menatap itu dan melirik Veekit dengan tatapan meminta penjelasan. Dia benar benar sangat terkejut dengan apa yang dilakukan sepupunya ini. Bagaimana bisa Veekit melakukan hal itu? Bukankah dia mengatakan tidak menyukai Amira? Aneh sekali.
Sementara Veekit hanya terdiam dengan wajah datarnya, tidak ada ekspresi apapun.
"Aku merasa sangat lelah dan esok aku harus berangkat, aku akan kembali ke kamar untuk beristirahat. Dan untuk perhiasan itu, anggap saja pemberianku untuk ulang tahunmu." ujar Veekit sembari bangkit berdiri. Lalu setelah mengatakan itu, dia langsung berlalu pergi.
"Aku Istirahat juga mom, hehe." ujar Vandes tersenyum kaku lalu segera pergi mengikuti langkah Veekit. Dia harus segera tau apa yang sebenarnya niat Veekit memberikan perhiasan itu.
Sookit dan Amira diam menatap punggung Veekit yang semakin menghilang. Amira lalu menatap Sookit dengan pandangan murung kembali.
"Sudahlah sayang, dia memang seperti itu bukan? Tetapi sebenarnya dia sangat menyayangimu, salah satu cara dia menunjukkannya dengan memberikanmu perhiasan indah ini." ujar Sookit berusaha menghibur Amira.
Amira tidak menjawab, dia hanya tersenyum tipis saja. Sekalipun sudah diberikan perhiasan, Amira masih merasa belum cukup karena sikap Veekit yang terlalu dingin kepadanya.
*
*
"Bisakah kau berhenti menggangguku?!" tanya Veekit menatap tajam Vandes. Vandes sama sekali tidak merasa takut, dia semakin mengganggu Veekit.
"Beritahu aku dulu apa alasanmu memberikan Amira perhiasan itu? Apa kau sudah menyukainya? Mengapa tidak memberitahuku? Kau tidak menganggapku saudaramu lagi?" Vandes memberikan banyak pertanyaan dengan raut wajah kesalnya menatap Veekit.
Veekit yang diganggu dan diberi pertanyaan banyak memutar bola mata malas.
"Aku ingin beristirahat, pergilah ke kamarmu!" bukannya menjawab, Veekit malah membaringkan tubuhnya hendak ingin tidur. Namun dia tidak akan bisa tidur karena Vandes menarik selimut miliknya sehingga Veekit melotot menatap tajam Vandes. Mereka seperti anak kecil yang sedang bermain.
"Sialan kau!"
Pukk
Veekit sontak terduduk dan melempar Vandes dengan bantal miliknya. Vandes yang melihat itu secepat mungkin menghindar sehingga bantal yang dilempar terjatuh ke lantai.
"Tidak kena!" ejek Vandes.
"Vandes sialan!"
"Beritahu dulu, maka aku akan membiarkanmu istirahat dengan tenang." ujar Vandes memberikan penawaran. Dia menatap Veekit dengan wajah manisnya.
Veekit terdiam menatap datar Vandes sembari menghela nafas. Saudara sialan! Batinnya.
"Aku sengaja memberikan perhiasan itu sebagai pemberian terakhir saja agar aku bisa pergi esok hari dan tidak hadir di acara ulang tahunnya Amira. Aku sangat malas membahas tentang pertunangan itu." jelas Veekit jujur.
"Jadi bukan karena kau sudah menyukainya?" tanya Vandes memastikan.
"Tentu saja tidak. Aku hanya menganggap Amira sebagai teman kecil dan selamanya seperti itu."
"Bagusla. Jika kau menyukainya, maka aku akan menentangnya." tegas Vandes.
"Mengapa kau sangat tidak menyukainya?" tanya heran Veekit. Sebab, Vandes memang tidak pernah membicarakan hal baik tentang Amira sampai sekarang, dia terlihat sangat tidak menyukai Amira.
"Dia itu bukan wanita baik sekarang, dulu dia wanita yang lembut dan pengertian, tapi sekarang dia sangat pandai bersandiwara." ujar Vandes dengan tatapan malasnya.
Veekit hanya menggeleng malas membahas lebih lanjut. Toh, dia tidak ada perasaan apapun kepada Amira. Dan dia menerima pertunangan itu hanya untuk membantunya menghindar dari perjodohan yang dilakukan orang tuanya.
"Yasudah, sudah selesai kan? Jadi biarkan aku istirahat."
"Tunggu dulu." cegah Vandes lagi.
"Apa lagi Vandes!" tekan Veekit kesal.
"Satu pertanyaan lagi. Kapan kau membeli perhiasan itu dan kau sendiri yang memilihnya?" tanya Vandes teringat.
Veekit diam mendengar itu.
"Aku bersama flora saat kami selesai bertemu dengan om Andes dan Tante Amilia." jawab Veekit jujur. Buat apa di berbohong? Vandes saudaranya bukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments