8

"Dimana ruangannya?" tanya Sani merasa gugup saat Flora akan menghantarkannya menghadap bossnya yang tidak lain adalah Vandes sendiri.

"Sebentar." sahut flora mengulum senyum sambil terus berjalan membawa Sani ke arah ruangan Vandes.

"Nah, ini dia." ucap Flora berhenti tepat di depan ruangan besar yang masih tertutup.

"Ini ruangannya?" tanya Sani memastikan. Flora mengangguk tersenyum lebar.

"Yasudah ayo temani gue." ujar Sani sembari meraih tangan Flora.

Flora terdiam.

"Gue ikut masuk?" tanya Flora menatap Sani ragu.

"Ya iyala, gue mana berani. Didalam gue mau bilang apa?" sahut Sani memutar bola mata malas.

"Ya tapi..."

Ucapan mereka terhenti saat seorang wanita berpakaian rapi dan cantik menghampiri mereka.

"Permisi, saya hanya ingin menyampaikan bahwasanya nona flora dipanggil oleh tuan Veekit keruangannya." ucap wanita itu tersenyum ramah. Flora membalas senyuman ramah wanita itu namun Sani hanya diam dengan linglung.

"Sekarang ya?" tanya Flora lembut.

"Iya, saat ini juga nona, tuan Veekit sudah menunggu." jawab wanita itu.

"Baiklah, saya akan datang."

"Jika begitu, saya permisi dulu." ucap wanita itu lalu langsung berlalu pergi kembali meninggalkan Sani dan flora berdua.

"Kalau loe pergi, gue gimana?" tanya Sani memelas.

"Ya loe tinggal masuk aja Sani, apanya yang susah sih?" ujar flora.

"Iya, tapi gue enggak berani." sambung lagi Sani dengan tatapan kasihannya.

"Tapi gue harus pergi, ini bos gue udah nungguin gue, gue pergi dulu ya, byee Sani sayang." ucap Flora siap dengan ancang ancang larinya dan segera pergi dengan berlari kecil meninggalkan Sani yang terdiam belum sadar.

"Loh...loh." kaget Sani menatap kepergian flora yang semakin jauh.

"Jadi gue gimana dong?" tanyanya pada diri sendiri.

*

*

"Tuan memanggil saya?" tanya Flora sopan menatap Veekit yang asik dengan komputernya. Veekit tak menjawab dan tetap fokus pada layar komputernya, flora merasa diabaikan.

Flora terdiam mematung tidak tau harus mengatakan dan melakukan apa. Ingin pergi namun tidak ada disuruh, tetap disini juga sangat melelahkan berdiri terus, ingin berbicara kembali juga tidak tau harus mengatakan apa karena ucapannya tadi saja tidak disahut. Flora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa bingung. Hingga beberapa saat akhirnya sahutan yang ditunggu tunggu terdengar juga.

"Kita akan pergi untuk menemui rekan yang ikut bersama kita ke Bali dua hari lagi." ucap Veekit tanpa menatap Flora. Dia mengatakan itu sembari membereskan berkas yang ada di mejanya.

"Dua hari lagi?" kaget Flora menutup mulutnya tidak percaya. Mengapa tiba tiba mendadak dan secepat ini? Pikirnya.

"Apa kau keberatan?" tanya Veekit yang sadar akan reaksi flora.

Flora diam tidak tau harus menjawab apa. Tapi sejenak kemudian, dia menggeleng pelan.

"Ambil tasmu, dan kita akan pergi sekarang." ujar Veekit sembari berdiri dan langsung pergi setelah mengatakan itu. Flora yang ditinggalkan begitu saja cukup merasa kesal.

"Aku memang sedikit menyukaimu tuan, tapi kau sangat menyebalkan." gerutunya.

*

*

Di ruangan lain namun berada di tempat yang sama, Sani terdiam mematung dengan seorang pria yang berada di hadapannya sekarang. Suasananya sangat hening sehingga hanya terdengar suara AC saja yang terdengar. Sani juga hanya menunduk takut saja.

"Kau ini sahabat flora yang akan menggantikan posisi Areta kan?" sampai akhirnya Vandes memulai percakapan.

Sani mengangkat kepalanya sedikit dan menggangguk pelan.

"Angkat kepalamu, jangan menunduk terus seperti itu." ucap Vandes tegas karena merasa tidak nyaman. Dia seperti memiliki wajah yang menyeramkan hingga tidak dilihat.

"Saya takut tuan." sahut Sani.

"Apa wajah saya menyeramkan sampai kamu tidak mau melihatnya?" tanya Vandes lagi.

Sani yang mendengarnya terdiam kembali. Dengan perlahan, dia mengangkat kepalanya dan menatap jelas wajah pria yang dihadapannya sampai mata mereka bertemu.

DEG

"Loh!" kaget Sani. Vandes menaikkan satu alisnya heran karena melihat ekspresi sani yang terlihat kaget melihatnya.

"Tuan yang malam itu kan?" tanya Sani kuat.

Vandes menutup telinganya sontak karena suara Sani yang begitu kuat dan mengganggu di telinganya. Dia juga cukup kaget melihat perubahan Sani yang tadinya diam dengan takut sekarang cukup bar bar.

"Iya, kenapa?" tanya Vandes.

"Hahaha, jadi tuan ini bos saya sekarang." tawa Sani lepas sembari mengatakan itu. Baginya, ini tidak terlalu berat karena dia cukup tau jikalau Vandes ini bukan orang yang terlalu kejam.

"Kenapa kamu mengatakan itu? Kau menganggap sepele saya?" tanya Vandes tidak suka. Dia seperti dianggap sepele.

Sani memberhentikan tawanya sadar jika Vandes ini adalah bossnya sekarang. Dia menutup wajahnya malu akan sikapnya tadi.

"Kenapa kau menutup wajah?" heran lagi Vandes.

"Tidak ada apa apa, saya hanya malu akan sikap saya tadi, hehe." jawab Sani cengesan.

Vandes menggeleng melihat tingkah Sani.

"Kamu sudah tau akan kerjasama kita yang berbeda dari rekanmu flora?" tanya Vandes to the point.

Sani mengerjab tidak mengerti. Vandes yang sadar akan hal itu langsung bertanya.

"Kamu belum tau sama sekali?" tanya Vandes santai. Sani menatap Vandes dengan linglung lalu sejenak menggeleng pelan.

"Flora dan bosnya akan melakukan kerja sama di Bali selama beberapa waktu, dan kamu akan membantu sayamelakukan kerja sama disini." jelas Vandes tidak terlalu panjang.

Sani melebarkan matanya kaget.

"Tuan serius?" tanya Sani tidak percaya.

"Sialan flora, bisa bisanya dia enggak beritahu gue, tau gini kalau ujungnya pisah gue enggak mau terima kerjasama ini." gumamnya kesal namun masih terdengar oleh Vandes.

Vandes yang mendengar sedikit sedikit dan melihat reaksi wajah Sani membuatnya mengulum senyum entah mengapa. Lucu sekali?

"Kamu mau mengundurkan diri?" tanya Vandes mendatarkan kembali wajahnya.

Sani menatap Vandes yang berada di hadapannya. Apa dia mendengar umpatan kekesalan nya?

"Emm....emm." bingung Sani.

"Mulai bekerja pun kamu belum saja namun sudah mau mengundurkan diri saja?" tanya lagi Vandes.

Sani mencerna ucapan Vandes. Dia sudah menyetujui dan sudah berhadapan langsung dengan bossnya, namun dia mau mengundurkan diri saat belum memulai bekerja? Seperti anak anak sekali bukan? Sani tidak mau menjadi orang yang tidak jelas. Demi reputasinya juga, dia harus menjaga harga dirinya. Mau tidak mau dia harus menerima. Dan dia tidak boleh main main dengan perusahaan terkenal seperti yang ini. Dan tolong ingatkan dia untuk memberi pelajaran pada flora yang tidak memberitahunya tentang ini ya.

"Ti.. tidak tuan, saya tidak akan mengundurkan diri." jawab Sani tersenyum paksa.

"Bagus, apa kamu siap berpisah dengan sahabatmu selama beberapa waktu? Tenang saja, kalian masih bisa berkomunikasi, dan akan ada waktunya kita akan menemui mereka juga." jelas Vandes. Dia tidak terlalu ingin membuat Sani merasa kecil hati.

Terpopuler

Comments

anita

anita

veekit cuek amat jd org awas jtuh cinta

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!