7

"Wanita itu?" gumamnya heran melihat rekan penari Flora yang tidak lain adalah Areta sedang bersantai sembari memainkan ponselnya dengan kaki yang terangkat di meja.

Veekit menggeleng tidak percaya lalu langsung berjalan kembali ke arah ruangan Vandes.

Sesampainya di depan ruangan Vandes, tanpa menunggu lama Veekit langsung memasukinya setelah lebih dulu membuka pintu ruangan yang tidak terkunci.

Veekit terdiam mematung saat melihat Vandes sedang bersama Flora berduaan dengan jarak yang cukup dekat. Dua insan itu pun cukup kaget akan kedatangan Veekit yang secara tiba tiba.

"Veekit?" gumam Vandes langsung berdiri.

Sadar akan situasi, flora memilih izin keluar takut menganggu dua orang penting di dekatnya ini.

"Saya permisi tuan, saya harus kembali bekerja." ucap Flora menunduk lalu langsung segera menjauh pergi.

Setelah kepergian flora, Veekit langsung menduduki kursi sofa yang berada di dekat jendela besar yang juga transparan.

"Ada apa Veekit?" tanya Vandes mendekati Veekit.

"Tidak ada apa apa. Aku ke sini hanya karena penyakitku kambuh saja." jawab Veekit tanpa menatap Vandes.

Vandes melebarkan mata kaget.

"Kambuh lagi?" tanya Vandes dan Veekit menjawab dengan anggukan.

"Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu? Tanya Vandes khawatir.

"Tidak ada, aku sudah lebih baik."

"Baiklah."

"Aku sudah membuat keputusan." ucap Veekit serius.

"Keputusan apa?" tanya Vandes mengerutkan keningnya bingung.

"Aku akan pergi ke Bali dengan membawa flora yang akan membantuku disana, apa kau keberatan?" jelas Veekit to the poin.

Vandes terdiam mendengarnya dengan rasa cukup kaget.

"Mengapa kau tiba tiba membuat keputusan ini?" tanya Vandes heran.

"Kau keberatan?" tanya Veekit tanpa menjawab pertanyaan Vandes.

"Tidak, aku tidak keberatan. Aku hanya merasa cukup kaget karena keputusanmu yang tiba tiba. Kau menyukainya?" tanya Vandes menatap Veekit menyelidik.

"Aku tidak menyukainya, aku hanya menyukai cara kerjanya yang cukup bagus." jelas Veekit singkat.

"Dan segeralah membuat surat pembatalan kontrak dengan rekan flora itu agar dia bisa segera pergi dari perusahaan ini." jelas Veekit lagi tanpa berlama-lama.

"Maksudnya Areta?" kaget Vandes.

"Siapa lagi."

"Tapi mengapa? Apa dia membuat kesalahan besar?"

"Kau tidak memperhatikan cara kerjanya? Bahkan dia dengan santainya bermain ponsel dengan kakinya yang berada di atas meja. Dia sangat berbeda dengan wanita itu."

"Kau sudah melihatnya?" tanya Vandes menyakinkan.

"Dengan sangat jelas." sambung Veekit dingin.

"Tapi siapa yang akan menggantikannya sekaligus yang akan membantuku disini?" tanya Vandes.

"Sahabat wanita itu."

"Bagaimana kau bisa tau?" tanya Vandes tidak terlalu mengerti dengan maksud ucapan Veekit.

"Kau meragukanku?"

"Tidak, baiklah aku akan mengurus semuanya.

...****************...

"Apa!" pekik seorang wanita kepada sahabat wanita yang ada disampingnya.

"Kau datang secara tiba tiba kesini hanya untuk mengatakan itu?" tanyanya lagi kaget.

Ya, itu adalah Sani dan yang bersamanya adalah flora yang datang ke club' untuk menemuinya secara tiba tiba tanpa adanya janji lebih dulu.

Flora memejamkan mata kaget dengan pekikan suara Sani yang cukup membuatnya kaget.

"Sudahlah Sani, terima saja." sambung putra yang datang tiba tiba dengan santainya mengunyah permen karet. Sani diam menatap putra tidak suka.

"Bagaimana bisa aku yang dipanggil?" tanyanya tidak percaya menatap Flora yang berada disampingnya.

"Aku juga sebenarnya sangat kaget akan hal ini Sani. Pertama, aku kaget karena Areta yang dipecat dengan tanpa basa basi setelah bos tau bahwa dia belum menyelesaikan pekerjaannya dan terlihat tidak peduli, lalu bos juga memanggilku dan meminta agar kau yang menggantikan posisinya. Aku benar benar sangat kaget mendengarnya namun kalau aku menolak, aku bisa dipecat." jelas flora Jujur. Dia juga sebenernya sangat terkejut.

"Tapi kenapa harus aku? Dan bagaimana bisa aku sampai...." ucapnya menggantung ucapannya karena merasa masih tidak percaya.

"Sepertinya karena tuan Vandes yang di malam itu melihatmu dan dia tau kalau kita ini sahabat." sambung flora menduga, karena memang para petinggi perusahaan tempat dia bekerja tidak memberikan alasan yang spesifik.

"Tapi aku takut." gumam Sani masih terdengar.

"Takut kenapa?" tanya Putra menyambung lagi.

"Aku takut akan kekejaman para bos bos disitu. Dari ceritamu, aku tau kalau mereka terlihat sangat menyeramkan." jawab Sani dengan wajah lucunya yang terlihat takut.

Putra yang mendengarnya langsung tertawa dengan renyah apalagi saat melihat ekspresi takut dari wajah Sani.

"Kau ini!" ucap Sani.

Pukk

"Sialan! Kenapa kau tertawa?!" kesal Sani menepuk kuat lengan putra. Putra memberhentikan tawanya dan berbalik meringis merasa sakit sembari mengusap lengannya yang terlihat merah.

Flora menggeleng saja melihat itu.

"Menurutku, mereka tidak menyeramkan. Aku yakin mereka memang seperti itu. Mereka hanya berusaha untuk selalu tegas untuk mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan. Aku merasa mereka sebenarnya orang baik baik dan tidak seperti yang kau duga duga sani." jelas lagi flora tersenyum menatap Sani.

"Tapi kan..."

"Sudahlah Sani. Aku tau kau hanya takut dengan kemampuanmu kan? Itula mengapa kau hanya mau terus di club' ini, iyakan?" sambung lagi putra menatap Sani dengan tatapan mengejek.

Sani menatap amarah putra namun tiba tiba matanya melotot.

"Kau!"

"Apa!"

"Kau sedari tadi terus mendorongku untuk menerima tawaran itu, seharusnya kau kan menolak keras agar aku bisa terus berada di club' ini, tapi kau malah membiarkannya? Apa kau mendapatkan untung dari semua ini?" tanya Sani menatap putra dengan tatapan intimidasi. Dia berjalan mendekati putra yang terlihat gelagapan dan berjalan mundur.

"Ti..tidak." gagap putra.

"Lariii!!!!!" Saat ada kesempatan, putra dengan cepat melarikan diri dari hadapan Sani yang hendak ingin menerkamnya.

"Hey, pria sialan!" teriak Sani merutuki Putra. Flora lagi lagi hanya bisa diam menggeleng.

"Jadi bagaimana Sani? Aku berharap kau mau menerimanya, agar kita juga bisa memiliki tempat kerja yang sama dan bisa terus berjumpa seperti saat kita berada di disini hm." ucap Flora. Dia juga memiliki rasa senang saat tau orang pilihan untuk menggantikan posisinya Areta adalah sahabat baiknya sendiri yang tidak lain adalah Sani.

Sani berpikir sejenak dengan matang matang. Mengingat dia yang sangat menyayangi flora dan mau terus memiliki hubungan yang akrab dengannya, Sani akhirnya memilih setuju dengan pasrah saja walaupun sebenarnya masih ada rasa berat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!