12

"Aku bersama flora saat kami selesai bertemu dengan om Andes dan Tante Amilia." jawab Veekit jujur. Buat apa di berbohong? Vandes saudaranya bukan?

"Benarkah?" tanya Vandes berbinar.

"Dia sendiri yang memilih perhiasan itu?" tanya lagi Vandes dan Veekit mengangguk pelan.

"Lalu apa yang kau berikan padanya?" tanya Vandes penasaran.

"Tidak ada." jawab Veekit singkat.

"Apa! Apa kau tidak memiliki perasaan? Membelikannya juga perhiasan tidak mengurangi hartamu." kesal Vandes.

"Kenapa? Kau menyukainya? Lagian aku menyuruhnya memilih perhiasan untuk dirinya sendiri, namun dia menolak karena harus dipotong gaji."

"Ya pantas saja. Kau ini!"

"Diamlah, sekarang keluar atau aku yang akan menyeretmu untuk keluar." ujar Veekit dengan nada serius, namun Vandes sudah lebih dulu berlari keluar karena dia tau Veekit sedari tadi sudah berusaha menahan emosi karena dirinya.

Keesokan harinya, kantor Veekit sudah dipenuhi oleh orang orang penting untuk melihat kepergian orang orang yang akan pergi ke Bali untuk mengurus proyek yang ada di sana, termasuk Sookit dan Amira.

"Aku pergi dulu ma." ujar Veekit sembari menyalam Sookit.

"Bagaimana dengan Amira?" tanya Sookit karena Veekit tidak ada mengatakan apapun kepada Amira yang sedari tadi diam menatapi Veekit berharap dirinya dipeluk atau dicium.

Veekit menatap sebentar Amira sembari tersenyum tipis dengan anggukan pelan saja. Lalu dia berjalan kearah Vandes.

"Jaga dengan baik perusahaan keluarga kita disini, aku percaya padamu." ujar Veekit menepuk pelan punggung Vandes. Vandes tersenyum mengangguk.

"Flora, loe baik baik disana ya. Gue pasti akan rindu banget sama loe, pokoknya loe harus baik baik disana dan langsung kabarin gue kalau loe udah sampe disana." ujar Sani dengan mata yang berkaca-kaca memeluk flora erat. Baru saja mereka kerja ditempat yang sama, sekarang mereka harus dipisahkan.

"Iya Sani, loe juga harus baik baik disini. Ingat, jangan terlalu boros." ucap Flora tegas kepada Sani. Sani mengangguk layaknya anak kecil yang sedang dinasehati oleh orang tuanya. Ternyata mereka sedari tadi menjadi bahan perhatian tanpa sadar.

"Sudah siap?" tanya Veekit dingin. Flora mengangguk kaku.

"Ayo pergi, om Andes dan Tante Amilia sudah menunggu kita." ujar Veekit lalu langsung masuk kedalam mobil. Flora yang melihat bossnya sudah masuk lalu langsung segera ikut masuk juga setelah lebih dulu tersenyum ramah kearah Sookit dan Amira.

"Apa kau akan terus berada disini menatapi kepergian mereka dan melupakan pekerjaanmu?" tanya Vandes mendekati Sani.

"Saya galau tuan." jawab Sani dengan wajah sedihnya masih menatap luar perusahaan dengan sedih.

"Kamu terlalu berlebihan, kalian itu hanya berpisah sementara bukan selamanya." ujar Vandes memutar bola mata malas.

"Ihh, tuan tidak mengerti!" kesal Sani melirik Vandes sebentar lalu langsung segera pergi meninggalkannya begitu saja. Vandes melotot menatap kelancangan Sani tapi dia tersenyum tipis melihat itu.

"Yang bersama Veekit itu siapa? Karyawan baru?" tanyanya seseorang tiba tiba.

Vandes terkejut seketika dan menatap siapa yang bertanya secara tiba tiba kepadanya. Ternyata, dia adalah Amira yang tiba tiba sudah berada disampingnya.

Vandes memutar bola mata malas melihat Amira.

"Seperti hantu saja." sindir Vandes.

Amira mendengus kesal mendengar itu.

"Aku sedang bertanya kepadamu." ujar Amira berusaha menahan emosi.

"Oh bertanya ya? Yaudah tanya aja sendiri langsung sama orangnya." jawab Vandes sinis lalu langsung berlalu pergi meninggalkan Amira yang sekarang sudah sangat emosi.

Amira mengepalkan tangan kesal.

"Siapa wanita itu?" gumamnya tidak suka.

"Amiraa!" panggil Sookit.

"Iya tante."

*

*

Sesampainya di bandara, mereka bertemu kembali dengan Amilia dan Andes yang sedari tadi menunggu mereka.

"Maaf karena cukup lama sampai, perjalanan cukup ramai sehingga menyebabkan macet." ujar Veekit merasa bersalah.

"Tidak apa apa, yasudah ayo, semuanya telah disiapkan." ujar Andes paham.

"Ayo Flora." ujar Amilia menatap senang flora.

Menempuh perjalanan sekitar 10 jam dalam pesawat akhirnya mereka sampai di kota Bali. Ya, jaraknya memang sangat jauh. Dan, mereka akan tinggal di apartemen yang sudah dipersiapkan.

"Hari ini cukup melelahkan, jadi kita akan beristirahat cukup sebelum akhirnya mulai bekerja." ujar Andes dan diangguki oleh semua orang.

Setelah kepergian Amilia dan Andes, tinggallah Veekit dan Flora. Flora hanya diam mengikuti arahan dari Veekit dimana dia akan beristirahat.

"Ikuti saya." ujar Veekit lalu langsung melangkah. Flora dengan cepat mengikuti langkah lebar Veekit.

Veekit berhenti di depan kamar besar yang entah tidak tau dimana ujung batasnya. Flora kagum melihat itu. Veekit lalu membuka kamar dengan beberapa sentuhan sehingga pintu langsung terbuka, dia langsung masuk.

Veekit yang merasa tidak ada flora dibelakangnya menoleh kebelakang. Dan benar saja, flora masih berada didepan pintu.

"Apa kau akan berdiri disitu sampai esok hari?" tanya Veekit dingin. Flora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa bingung.

"Masuklah!" pinta Veekit. Flora mau tidak mau dengan keraguannya memasuki kamar itu.

"Saya akan beristirahat dimana ya tuan?" tanya Flora dengan keberaniannya.

"Disini."

"Apa! Emm, maksud saya mengapa disini tuan? Bukankah ini adalah kamar tuan?" tanya Flora lupa akan sikapnya karena keterkejutannya.

"Kamar ini luas dan aku meminta agar dibagi dua. Kita akan beristirahat disini karena aku sendiri yang memintanya." jelas Veekit.

"Tapi mengapa harus satu kamar tuan, bukankah?" tanya Flora merasa tidak enak melanjutkan pertanyaannya.

"Kau pikir aku akan melakukan hal yang aneh kepadamu?" tanya Veekit sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Bukan begitu tuan, maksud saya mengapa harus bersama kamar seperti ini? Bukankah ada kamar kosong lain lagi untuk saya tuan?" tanya Flora cepat. Dia takut menyinggung perasaan tuannya.

"Ada tapi kamu harus tetap disini. Saya memiliki kelemahan dalam hal bangun tidur sendiri, lebih tepatnya membutuhkan bantuan seseorang seperti mama saya. Kamu paham maksud saya?" jelas Veekit berdehem sebentar karena merasa sedikit malu mengungkapkan salah satu kelemahan ter anehnya.

Flora mengangguk ragu mencerna kata kata Veekit. Hingga beberapa detik kemudian dia benar benar paham sehingga hanya bisa berdehem agar jangan sampai tertawa di depan orangnya langsung, bisa habis nasibnya nanti.

"Pergilah, kamarmu ada diruang sebelah dan toiletnya juga sudah ada disana, saya sudah menyiapkan semuanya."

"Baik tuan."

*

*

"Eum." flora baru saja bangun dari tidurnya. Dia meregangkan ototnya lalu mengucek pelan kedua matanya.

"Jam berapa ini?" gumamnya lalu menatap jam kecil yang berada di sampingnya.

"Jam 4 dini hari ternyata."

Flora kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Dia tiba tiba teringat jika diruangan besar ini bukan hanya dirinya, namun ada juga bossnya yang berada di ruang sebelah yang telah dipisahkan.

Flora berjalan pelan agar tidak sampai membangunkan tuannya. Dia teringat jika dia harus membangunkan tuannya sekitar jam 5 nanti. Flora yang merasa bosan dan tidak bisa tidur lagi seperti biasanya memilih keluar untuk mencari udara segar.

"Ahh." Flora menarik nafas dalam ketika dia sudah berhasil keluar dari ruangan kamar. Dia tidak sampai keluar dari apartemen, dia hanya berada di koridor terbuka saja untuk sekedar menikmati udara segar yang tidak banyak orang hirup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!