14

Angin berhembus dengan cukup kencang. Pantai ini sangatlah indah ditambah pemandangan matahari terbenam yang begitu memukau. Siapapun yang melihatnya pasti sangat terkagum kagum dan pastinya memuji sang pencipta bagi mereka yang beragama.

"Ini tuan." ujar seseorang dengan suaranya yang terkenal lembut. Veekit menatap kebawah sedikit untuk melihat seseorang itu. Ya, itu Flora yang datang membawa sebuah jaket tebal dan secangkir kecil di tangan kirinya.

Veekit mengerutkan keningnya heran menatap apa yang dibawa oleh flora.

"Apa itu?" tanya Veekit datar. Dia yang tadinya sedang asyik menatapi ombak pantai dengan hening terganggu karena kedatangan flora.

Flora tersenyum manis.

"Ini jaket tebal dan secangkir teh hangat untuk tuan agar tuan tidak masuk angin, tuan tidak lihat anginnya berhembus dengan sangat kencanh." jelas flora.

"Apa urusanmu?" tanya Veekit membuat flora membisu. Oh iya, kenapa dirinya harus sepeduli ini?

"Emm.." bingung flora.

"Kau mendapatkan itu semua dari mana?" tanya Veekit lagi tanpa menunggu jawaban dari flora.

"Jaket ini dari pelayan apartemen tuan dan teh hangat ini, aku membuatkannya langsung." jawab Flora ragu. Veekit mengangguk angguk pelan saja sembari meraih jaket dan teh itu dari tangan Flora.

"Terimakasih." ujar Veekit tanpa berkata banyak. Flora tersenyum tipis sembari mengusap tangannya lalu berjalan mundur kebelakang hingga mereka sekarang berjarak.

Flora masih sesekali melirik Veekit dan Veekit menyadari itu.

"Apa kau akan terus berdiri disitu untuk melirikku tanpa berniat membantuku?" tanya Veekit menatap kedepan dengan kedua tangan berisi. Flora langsung saja mendekat dengan cepat.

"Peganglah ini, aku akan memakai jaketnya." ujar Veekit dan flora mengambil kembali teh itu dari tangan Veekit. Selesai memakai jaket, flora kembali memberikan teh itu dan Veekit menerimanya. Dia mulai menyesapnya perlahan.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Keduanya saling menatap ombak pantai. Hanya terdengar suara air dan suara angin.

"Mengapa kau memberikan ini semua? Kau ingin menjadi asistenku?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengarnya sontak kaget.

"Bukan tuan." jawab Flora tidak terima.

"Lalu?"

"Emm.. saya hanya menunjukkan kepedulian saja. Tuan adalah atasan saya, jadi saya harus memberikan yang terbaik." jelas flora menyakinkan Veekit. Veekit mengangguk santai mendengar itu dan kembali menyesap teh.

"Boleh saya bertanya tuan?" tanya Flora ragu.

"Tanya apa?" tanya kembali Veekit.

"Mengapa tuan memilih mengerjakan proyek di Bali dibandingkan dengan di kota tempat tuan tinggal? Bukankah disana tuan bisa terus bertemu dengan keluarga dan pasangan tuan?" tanya Flora.

Veekit yang mendengarnya melirik flora dalam diam. Flora yang melihatnya menjadi kaku.

"Dari mana kau tau saya memiliki pasangan?" tanya Veekit. Dia termasuk orang yang cukup tertutup mengenai kehidupan nya. Darimana flora tau tentang pasangannya.

"Saya hanya menebak saja karena bukankah kemarin perhiasan itu untuk pasangan tuan?" jawab Flora diakhiri pertanyaan kembali.

"Begitu, tebakanmu benar." jawab Veekit acuh. Flora merasa tersinggung dan mendengar jawaban Veekit membuatnya sedikit tidak suka. Tapi apa hak dan hubungannya kan?

"Tapi aku tidak mencintainya." lanjut Veekit dengan suara pelan namun masih terdengar samar samar di telinga flora.

"Tuan mengatakan apa tadi?" tanya Flora memperjelas.

"Tidak ada." jawab Veekit dingin. Flora sedikit kecewa mendengar itu, dia hanya ingin memperjelas apa yang dia dengar tadi.

"Kamu mau tau mengapa saya memilih kesini?" lanjut Veekit.

"Benar tuan." sahut flora semangat mendengar alasan Veekit.

"Karena saya menyukainya." jawab Veekit singkat.

"Iya, apa alasannya tuan?" tanya Flora tidak sabar mendengarkan kelanjutannya.

"Mengapa saya harus memberitahunya kepadamu? Apa untungnya?"

Flora diam mengepalkan tangan mendengarnya. Jujur, ini cukup menguji kesabarannya. Dia yakin jika Sani yang berada di posisinya, Veekit mungkin sudah habis terkena amukannya.

"Ehemmm." dehem seseorang. Veekit dan flora menoleh kebelakang dan melihat keberadaan Andes dan Amilia yang sedang tersenyum menggoda menatap mereka.

"Kalian terlalu asyik berbincang ya?" tanya Amilia tersenyum lebar.

"Apa kami mengganggu?" tanya kembali Andes dengan tawa kecil diantara mereka.

"Ti.. tidak begitu tante om, kami hanya berbincang sedikit. Yasudah, flora masuk dulu Tante om, begitupun dengan om dan Tante karena hari sudah akan gelap." ujar flora merasa tidak enak. Dia berjalan cepat mendekati Amilia dan Andes hendak ingin masuk ke Apartemen namun terhenti karena sahutan Veekit.

"Apa kau akan meninggalkanku disini sembari terus memegang ini?" tanya Veekit dingin. Amilia dan Andes tertawa kecil kembali lalu langsung berlalu pergi meninggalkan Flora dan Veekit.

"Ma..maaf tuan." ujar flora meraih gelas kecil dari tangan Veekit.

"Padahal dia bisa membawa itu sendiri." batin Flora mengumpat. Veekit langsung berlalu pergi meninggalkan Flora yang masih terdiam diri.

"Mimpi aku memiliki atasan seperti dia!" gerutu flora kesal lalu kembali pergi juga.

*

*

Veekit sudah berada di kamarnya. Dia menyandarkan bahunya di kasur miliknya dan meraih handphone miliknya yang berada di atas meja. Veekit belum ada melihat pesan dari Sookit ataupun dari Amira. Ternyata, panggilan dan pesan yang cukup banyak tidak dia respon.

"Malam ini pestanya." gumam Veekit teringat. Pesta apa? Tentu saja pesta ulang tahun Amira. Ini yang dia tunggu tunggu. Dia pergi agar dia tidak perlu menghadiri acara seperti itu yang ujungnya juga membahas tentang pertunangan.

Veekit menatap siapa yang datang ke kamarnya sejenak dan ternyata itu adalah flora yang baru saja masuk. Veekit hanya diam lalu kembali menatap layar handphonenya yang tiba tiba berdering, itu adalah panggilan Vidio dari Sookit mamanya.

Flora yang mendengarnya itu dengan cepat melewati Veekit dan masuk ke kamarnya. Jujur, dia juga sangat penasaran. Namun tiba tiba saja handphonenya juga berdering, itu panggilan Vidio dari Sani.

"Ada apa Sani?" tanya Flora.

"Loe bilang ada apa? Hey, loe belum ada ngabari gue satu hari ini, gue nunggu kabar dari loe sedari tadi flora!" kesal Sani dari seberang sana.

"Ah maafin gue San, gue hampir lupa."

"Memang kenyataannya Loe udah ngelupain gue! Apa loe udah dapat sahabat baru disana?" tanya Sani dengan raut wajah sedih.

"Bukan begitu Sani, gue hanya sibuk mengurus pekerjaan satu hari ini, ini aja gue mau ngabari loe namun loe udah lebih dulu nelpon gue." bohong Flora. Dia tidak mau memperpanjang debat dengan Sani sahabatnya karena Sani pasti akan terus memulainya. Dia terpaksa berbohong untuk meluluhkan hati Sani.

"Benarkah?" tanya Sani riang dari seberang telpon.

"Tentu saja."

"Ahhh bagus deh. Btw, dimana boss loe?" tanya Sani heran.

"Dia sedang bertelepon juga." jawab Flora.

"Apa! Dia bertelepon dengan siapa?" tanya seseorang yang tiba tiba muncul di sampingnya Sani, itu adalah Vandes. Sani terkaget kaget dengan keberadaan bossnya yang tiba tiba seperti hantu.

"Boss kok disini?" tanya Sani masih dalam panggilan Vidio. Flora bisa melihat apa yang terjadi diantara mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!