13

"Ahh." Flora menarik nafas dalam ketika dia sudah berhasil keluar dari ruangan kamar. Dia tidak sampai keluar dari apartemen, dia hanya berada di koridor terbuka saja untuk sekedar menikmati udara segar yang tidak banyak orang hirup.

Flora menatap luas ke langit yang masih terlihat gelap dan ke bawah apartemen yang terlihat sepi. Apartemen yang mereka tinggali ini dekat dengan pantai sehingga pemandangannya sangat indah, apalagi saat hari terang ataupun di sore hari.

Flora melipat tangannya ke dada sembari mengusap tangannya sendiri karena merasa kedinginan. Tapi, tunggu...

"Itu bukannya?" gumam flora menyipitkan mata untuk melihat lebih jauh. Ya, itu Tante Amilia.

"Ngapain Tante Amilia berdiri sendiri disitu?" gumamnya heran. Lalu tak menunggu lama, flora berjalan mendekati Amilia.

"Tante." panggilnya pelan. Amilia berbalik dengan sontak.

"Loh, flora?" kaget Amilia sembari dengan cepat mengusap matanya yang bersisa air mata.

"Tante ngapain disini? Emm, Tante habis menangis ya?" tanya Flora ragu.

"Ti..dak." jawab Amila terbata sembari membuang muka.

Flora mengangguk pelan.

"Selama kita disini, flora pasti akan jaga Tante. Dan, Tante bisa jadikan flora teman Tante ya." ujar flora tersenyum tulus.

Amilia diam mendengar itu lalu menatap Flora dengan diam. Lalu, tiba tiba dia menangis kembali sembari langsung memeluk flora.

"Hikss...hikss." tangis Amilia. Flora membalas pelukan Amilia dan mengusap punggungnya lembut.

"Flora siap jadi pendengar Tante, Tante ada masalah ya?" tanya nya belum melepas pelukan. Amilia lalu melepaskan pelukan dengan pelan dan menatap Flora dengan pandangan sedih.

"Tante sedang sedih saja. Hubungan Tante dan anak perempuan tante semakin rusak dan kami benar benar semakin asing. Tante tidak sanggup menghadapinya." ujar Amilia dengan isakan yang masih terdengar. Flora mengangguk pelan mendengarnya.

"Saya bisa memahamj kesedihan tante. Kalau boleh tau, seperti apa anak perempuan tante itu?" tanya Flora pelan.

"Tante memiliki anak tunggal dan dia perempuan. Dia bernama Akila. Tante sangat menyayanginya begitupun dengan suami Tante, tetapi hubungan Akila dan papanya tidak baik. Suami Tante menginginkan Akila untuk meneruskan perusahaan kami namun Akila menolak. Akila menjadi salah langkah dan tidak bisa diatur lagi, hingga akhirnya suami Tante mengusirnya dan Tante tidak bisa melakukan apapun. Tante hanya ingin memiliki hubungan baik dengannya tapi dia sangat membenci kami, hiks hikss." jelas Amilia diiringi tangisannya kembali.

Flora yang mendengarnya ikut merasa sedih. Dia paham gimana rasanya berada di posisinya Amilia maupun Akila. Matanya sampai berkaca kaca mendengar itu. Dia ikut berseri!

"Tante yang sabar ya. Flora akan selalu berdoa agar suatu saat nanti, Tante dan anak Tante bisa kembali bersatu lagi."

"Amin, terimakasih flora. Tante merasa lega bercerita kepadamu." ujar Amilia tersenyum tipis sembari menghapus kembali sisa air matanya.

"Flora akan selalu siap menjadi pendengar Tante dan kalau ada apa apa, Tante bilang aja kepada flora ya." ujar flora tersenyum tulus dan diangguki oleh Amilia yang juga tersenyum.

"Oh ya ampun!" sentak Flora.

"Ada apa flora?" tanya Amilia ikut tersentak kaget.

"Flora harus membangunkan tuan Veekit Tante dan sudah terlambat lima menit, flora kembali dulu ya Tante, Tante masuklah karena bukankah kita akan memulai bekerja nanti?" tanya Flora dengan gerakan semangatnya.

"Tentu saja!" sahut Amilia ikut bersemangat.

"Dada Tante, jangan bersedih lagi!" ujar flora setengah berteriak karena dirinya yang sudah dalam keadaan setengah berlari pergi.

"Anak itu." Amilia menggeleng tersenyum lucu. Dia merasa benar benar nyaman dekat dengan flora.

Waktu terus berputar. Para pembisnis muda dan tua itu sedang melakukan rapat bersama rekan mereka. Semuanya berjalan dengan lancar dan hanya membutuhkan waktu tiga jam saja.

"Terimakasih atas kepercayaannya tuan nyonya." ujar Veekit tersenyum tipis menyalami rekan mereka. Setengah dari mereka merupakan warna negara luar namun ingin menetap di daerah seperti ini.

"Saya tidak pernah kecewa untuk semua hasil kerja perusahaan raja pembisnis muda yang hebat sepertimu, ditambah kamu sendiri bekerja sama dengan pembisnis berpengalaman seperti tuan Andes dan nyonya Amilia." ujar rekan mereka dan diangguki oleh yang lainnya.

"Kami tidak menyesal."

"Terimakasih banyak tuan dan nyonya." ujar Andes dan Amilia tersenyum ramah.

"Saya juga ingin memberikan tip bagus dan memuaskan untuk penari yang direkrut. Dia benar benar bisa diandalkan, dan dia juga sangat ramah." ujar para nyonya pembisnis yang berkumpul. Veekit diam saja mendengar itu sedangkan Andes dan Amilia tersenyum puas.

Setelah pembubaran, Veekit terduduk di kursi miliknya begitupun dengan Andes dan Amilia.

Amilia terlihat gelisah sehingga membuat Andes terheran.

"Ada apa ma?" tanya Andes.

"Dimana flora?" tanya Amilia lalu kembali menatap Veekit meminta jawaban.

Tok..tok..tok..

"Masuk." sahut Veekit tanpa menatap pintu.

"Permisi." ujar Seseorang itu memasuki pelan ruangan, dia tidak lain adalah flora sendiri.

"Loh flora? Tante mencarimu sedari tadi." ujar Amilia mendekati flora.

Flora hanya tersenyum kaku menatap Amilia lalu setengah menunduk, itu membuat Amilia dan Andes terheran.

"Ada apa flora?" tanya Amilia mengangkat kepala flora lembut.

"Tidak apa apa Tante, saya hanya merasa bersalah saja." jawab Flora.

"Kenapa?" tanya Amilia namun flora enggan menjawab sehingga Amilia menatap Veekit dengan tatapan menuntut.

"Apa ada masalah Veekit?" tanya Amilia dingin. Veekit menatap Amilia sontak karena perubahan suara Amilia.

"Dia membuat kesalahan." jawab Veekit.

"Kesalahan apa yang diperbuat flora?" tanya Andes.

"Saya memang salah tuan nyonya. Saya terlambat membangunkan tuan Veekit pagi tadi." sambung flora menundukkan kepala malu dan takut.

Amilia teringat akan kejadian tadi pagi. Apa karena dirinya tadi? Amilia tersenyum tipis mendengar itu.

"Itu bukan kesalahan flora Veekit, itu kesalahan Tante." ujar Amilia. Veekit dan Andes menatap Amilia dengan tatapan bertanya. Flora juga terkejut mendengarnya.

"Iya, itu kesalahan tante. Sebenarnya flora sudah bangun lebih awal, hanya saja dia menemani Tante untuk berkeliling disekitar sini dan kami asik mengobrol, sehingga flora terlambat sebentar untuk membangunkan mu." jelas Amilia yang mengerti dengan tatapan mereka semua.

Apakah Amilia tau tentang kelemahan Veekit tentang hal ini? Maka jawabannya ada tau.

Veekit diam saja mendengar itu dan melirik flora sebentar yang masih terlihat takut.

"Mengapa tidak mengatakannya?" tanya Veekit dingin. Namun flora tidak berani menjawab.

"Sudahlah Veekit, kau terlihat menyeramkan seperti itu." ujar Andes dengan tertawa kecil.

"Sudah sudah. Pekerjaan kita sudah selesaikan hari ini, jadi tidak ada salahnya untuk bermain di pantai?" tanya Amilia menaik turunkan alisnya dengan senyum semangat.

"Ayo, aku sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua dengan romantis bersamamu." ujar Andes merangkul Amilia dengan tersenyum genit.

"Kau ini." sahut Amilia malu malu.

"Ahh Tante malu malu ya?" tanya Flora tertawa melihat itu. Dia seperti lupa dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!