17

"Tante, apa yang terjadi? Mengapa Tante menangis?" tanya Flora panik karena Amilia yang kembali menangis.

"Floraa...Anak tante...hiks hiks.." tangis Amilia menyebut anaknya kembali.

"Ada apa dengan anak Tante?" tanya Flora merasa khawatir.

"Orang kepercayaan Tante yang Tante perintahkan untuk mengawasi Akila mengabari jika dia sedang berada di kota ini. Tante tidak tau ingin berekspresi bagaimana lagi. Tante rasanya ingin menemuinya dan memeluknya namun Tante tau Tante pasti akan ditolak, hiks hiks." jelas Amilia dengan tangisannya.

Flora mendengarnya terdiam. Flora merasa iba melihat Amilia yang begitu sedih dan merindukan anaknya. Flora bisa membayangkan bagaimana perasaan yang Amilia rasakan.

"Flora bisa melakukan sesuatu Tante." ujar flora tiba tiba. Amilia menatap Flora dengan air mata yang berhenti sejenak.

"Melakukan apa Flo?" tanya Amilia bingung.

"Bagaimana jika flora mendekati Akila untuk berteman dengannya? Perlahan flora akan bantu Akila sebisanya untuk kembali kepada Tante dan menjaga dia juga." jawab Flora dengan ide miliknya. Entah apa, terlintas di pikirannya ide semacam itu.

Amilia terdiam mencerna sampai akhirnya dia mengangguk pelan dengan senyuman yang semakin lama semakin terlihat dan lebar.

"Kamu benar Flo. Kamu bisa lakukan itu untuk membantu Tante?" tanya Amilia memastikan dengan girangnya, flora mengangguk menyetujui. Entah bagaimana mana prosesnya, flora hanya ingin membantu Amilia.

Setelah percakapan diantara mereka itu selesai, keduanya pun kembali ke gedung untuk menghampiri Veekit dan Andes.

*

*

"Ini tuan tehnya." ujar flora sembari membawa segelas teh hangat kepada Veekit yang sedang bekerja di ruang tamu di kamar mereka.

Veekit melirik sebentar ke arah gelas yang dibawa oleh Flora.

"Terimakasih." sahut Veekit singkat lalu kembali menatap layar komputernya. Flora tersenyum tipis lalu berbalik ingin ke kamarnya namun terhenti saat suara Veekit terdengar...

"Untukmu mana?" tanya Veekit tanpa menoleh menatap Flora. Flora berbalik untuk menjawab.

"Saya tidak perlu tuan, saya bisa buat sendiri." jawab Flora. Veekit terdiam mengangguk kecil tanpa menyahut lagi. Flora mendengus kesal melihat itu lalu kembali ke kamarnya.

Sejenak menyelesaikan pekerjaannya yang berada di kamar, flora kembali keluar berniat untuk minum namun saat melewati tempat Veekit bekerja, dia terheran.

"Dia sudah tertidur?" tanya Flora pada dirinya sendiri saat melihat Veekit sudah terbaring tidur di sofa tengah. Flora lalu berjalan mendekati Veekit yang kelihatannya sudah terlelap.

Flora menyimpan kembali gelas yang dia bawa tadi dan merapikan meja tempat Veekit bekerja tadi sampai akhirnya dia terhenti saat menatap wajah Veekit dengan luas.

"Dia sangat tampan." gumam flora pelan. Namun teringat akan status dirinya dan status Veekit yang sudah memiliki kekasih membuat flora menggeleng merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Tidak tidak, dia sudah akan bertunangan." gumamnya lagi menyentil kepala miliknya sendiri. Flora lalu beranjak ke arah kasur Veekit, mengambil selimut miliknya dan membawanya mendekati Veekit. Flora lalu melebarkan selimut itu sehingga menutupi setengah tubuh Veekit.

Setelah dari itu, flora lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Tanpa sadar, seseorang itu bisa merasakan apa yang terjadi dan samar mendengar apa yang dikatakan oleh Flora.

*

*

"Kalian akan kemana?" tanya Andes menatap Flora dan Amilia yang hendak pergi. Veekit yang tadinya sibuk dengan layar handphonenya ikut melirik flora dan Amilia.

Amilia menoleh menatap suaminya dengan senyuman manis.

"Kami ingin berbelanja di kota ini. Bukan begitu Flora?" tanya Amilia menatap Flora dengan penuh maksud.

Flora ikut tersenyum menatap Andes dan mengangguk semangat.

"Benar sekali om." sahut flora.

"Yasudah kalian berhati hatilah." sahut Andes tersenyum.

Setelah percakapan singkat itu, keduanya pun pergi menuju sebuah mall besar di pusat kota Bali. Amilia mengangkat telepon dan mengangguk memahami kabar yang baru saja dia terima.

"Dia berada dimana Tante?" tanya Flora. Mereka sudah memasuki kawasan mall besar ini.

"Dia berada di lantai paling atas Flo. Dia sedang makan di cafe." jawab Amilia selesai bertelepon. Mereka pun dengan cepat menuju lantai paling atas.

Setengah berlari, akhirnya mereka pun sampai tepat di depan cafe lantai paling atas di mall itu. Amilia menatap luas dan mencari keberadaan putri tunggalnya lewat kaca besar yang transparan.

"Haa." kaget Amilia menutup mulut ketika matanya terhenti pada seorang wanita muda seperti flora yang tengah makan dengan tenang.

"Ada apa Tante?" tanya Flora ikut menatap ke arah mata Amilia.

"Itu Akila Tante?" tanya Flora ikut menatapi wanita muda sepertinya. Bedanya, wanita itu terlihat tomboy dan auranya yang cukup menyeramkan.

"Iya, itu putriku." jawab Amilia dengan mata yang terus menatap wanita itu.

Flora berpikir sebentar.

"Flora ada ide Tante." ujar flora tiba tiba setelah dia mendapatkan pemikiran yang bagus menurutnya.

"Apa?" tanya Amilia menatap Flora dengan tidak sabar.

"Flora akan coba mendekatinya, Tante tunggulah disini." ujar flora dan hendak ingin memasuki cafe itu namun terhenti karena Amilia menggenggam tangannya.

"Jangan, dia bukan seseorang yang mudah didekati. Tante khawatir akan keadaanmu nantinya." ujar Amilia dengan mata yang sudah berkaca kaca ternyata.

Flora menatap sebentar genggaman tangan Amilia dan mengelus tangannya sebentar.

"Tante tenang saja. Jika kita memakai ketulusan, flora yakin jalannya pasti akan dipermudah." ujar flora tersenyum lembut menatap Amilia. Amilia terdiam tidak tau ingin mengatakan apa lagi. Dia memang ingin sekali dekat dengan putrinya namun dia tidak mau mengorbankan orang lain. Amilia tau sikap keras putrinya!

Flora memasuki cafe itu yang kebetulan cukup rame. Flora lalu memesan satu makanan dan membawanya menuju meja Akila yang hanya duduk sendiri. Flora lalu meletakkan makanan di meja yang cukup dekat dengan Akila dan langsung mendudukkan dirinya di kursi itu. Akila melirik wanita yang berani duduk dekat dengannya. Wanita yang kelihatannya sebaya dengannya. Bedanya, wanita ini terlihat polos dan sederhana, sedangkan dirinya yang tomboy dan terlihat liar. Tapi dia cukup kagum karena ada yang mau dekat dengannya dengan penampilannya yang seperti ini.

Flora lalu mulai memakan makanan yang dia pesan. Makanan pedas yang sengaja dia pesan. Saat ditengah tengah makan itu, flora merasa benar benar kepedasan seperti yang dia rencanakan. Flora sengaja juga tidak mengambil minum membuatnya dia benar benar natural dalam rencananya.

"Wuhh...wuhhh." ringis flora benar benar merasa kepedasan. wajahnya dan telinganya bahkan benar benar merah dengan kedua tangan yang mengipas lidahnya.

Akila yang sejak tadi memperhatikan flora langsung mendekatinya dan membawa minum miliknya.

"Ini." ujarnya dingin langsung memberikan minum miliknya. Flora dengan cepat menerimanya dan langsung meminumnya.

"Wuhh..." lega flora walau masih merasa kepedasan.

"Jangan pesan yang pedas jika kau tidak tahan." ujar Akila dingin menatap Flora.

Flora lalu menatap Akila. Tatapan yang terlihat polos. Dia bisa melihat Akila yang mirip sekali dengan Amilia. Flora juga sadar jika Akila ingin sangat cantik seperti Amilia, namun karena penampilannya yang menyeramkan membuat orang tidak terlalu menyadari itu.

"Te.. terimakasih ya." ujar flora berpura pura gugup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!