10

Mereka memasuki dan mengelilingi toko perhiasan yang megah itu. Flora berjalan di depan untuk memimpin guna melihat lihat perhiasan yang cocok.

"Bolehkah saya tau kriteria wanita yang akan tuan berikan perhiasan ini?" tanya Flora tanpa menatap kebelakang Veekit.

"Wanitanya seorang model." jawab singkat Veekit. Flora mendengus kesal karena jawaban singkat Veekit. Dia meminta kriteria namun jawabannya seperti tidak kriteria.

"Dia seorang model ya?" tanya Flora sangat pelan sembari matanya menatap luas ke arah lemari kaca besar berisi banyak perhiasan.

Hingga akhirnya tatapan flora terhenti pada satu set perhiasan yang terlihat sangat mewah dan menarik di matanya. Dia benar benar menyukai perhiasan seperti itu. Perhiasan berwarna putih dengan manik yang sangat cantik.

"Perhiasan itu cocok sekali bagi seorang model." gumam flora masih terdengar.

"Yang mana perhiasan maksudmu?" tanya Veekit menatap kearah ekor mata Flora.

"Itu tuan, bukankah itu cocok untuk wanita model anggun seperti yang tuan maksud?" jawab Flora sembari tubuhnya bergeser untuk bisa menunjuk ke arah perhiasan itu. Perhiasan yang terletak di dalam lemari kaca bagian tengah atas.

Veekit secara tidak sadar juga bergeser untuk menata lebih jelas perhiasan yang flora maksud hingga akhirnya mereka saling bergeser yang membuat tubuh mereka saling bertabrakan dengan pelan.

Degg..

Veekit dan flora saling menatap karena tubuhdan kepala mereka bertabrakan dengan pelan. Tidak lama, flora langsung membuang muka dan menunduk.

"Maaf tuan." ucap Flora menunduk, sementara Veekit hanya diam dan kembali menatap perhiasan yang dimaksud tadi.

"Saya pikir itu bagus." ucap Veekit datar.

"Jadi tuan akan membeli itu?" tanya Flora kembali dengan senyuman lebarnya. Veekit mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Saya yakin, siapapun yang tuan berikan perhiasan ini pasti akan merasa senang." ujar flora dengan semangat, namun sebentar kemudian dia tersadar akan sikapnya. Mengapa dia yang seriang ini? Bukankah dia hanya diminta untuk membantu memilih saja? Hahahha..

Setelah memesan dan menunggu untuk dipersiapkan, Flora dan Veekit terpaksa harus menunggu sebentar. Flora hanya bisa berdiri dengan Veekit yang duduk disampingnya. Aneh sekali bukan? Tapi dia sadar akan posisinya.

Flora menatap kanan dan kiri lemari per lemari yang berisi banyak perhiasan. Dia kagum menatapi perhiasan itu karena baginya semua terlihat indah dan menarik.

"Kau menginginkan perhiasan?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengarnya mengangguk semangat.

"Tuan akan membelikannya?" tanya Flora semangat.

"Potong gaji." jawab Veekit singkat dan datar. Flora yang mendengarnya mendadak lesuh. Tidak mungkin dia menggunakan gajinya hanya untuk membeli perhiasan sebagai keinginannya saja. Dia mempunyai banyak tanggungan yang lebih penting kan? Bagaimana dengan kontrakannya? Bagaimana dengan sumbangannya untuk panti? Dia tidak bisa melakukan itu.

"Tidak perlu tuan, hehe." ucap Flora cengesan. Dia merasa kecewa sedikit, dia pikir dia akan dibelikan perhiasan yang dia tau bagi tuannya ini tidak ada apa apanya.

Akhirnya, barang yang ditunggu telah selesai. Veekit dan Flora segera kembali untuk pulang namun sebelum itu, mereka mampir ke salah satu restoran.

"Kau tidak pernah memakan seperti ini?" tanya Veekit setelah lama keheningan terjadi karena dia yang lama mengamati flora yang makan dengan lahap.

Memang kenyataannya begitu. Flora sudah lama tidak memakan seperti ini karena merasa uangnya masih diperlukan untuk sesuatu yang jauh lebih penting. Sehari harinya dia hanya makan apa adanya.

Flora mengangguk tanpa banyak bicara. Dia ingin menikmati makanan dengan nikmat. Hitung hitung sekali sekali dia makan seperti ini dan itupun bukan dirinya yang membayar.

Veekit menatap kasihan Flora. Dia tidak berminat untuk tau tentang hidup flora namun sedikit demi sedikit dia menjadi penasaran.

*

*

Tanpa terasa waktu yang ditentukan telah tiba, yaitu kepergian mereka kembali selama beberapa waktu dalam mengurus pekerjaan.

"Loe jahat banget, loe akan ninggalin gue." ujar Sani dengan mata yang berkaca kaca kepada sahabatnya flora yang sedang sibuk memasuki pakaian kedalam koper.

Flora yang melihat sahabat baik terus bersedih juga ikut merasa semakin sedih. Dia juga tidak ingin berpisah jauh dari sahabatnya walaupun dirinya pasti akan kembali juga setelah berapa waktu, tapi tetap saja mereka tidak akan berjumpa selama beberapa waktu.

"Cupp..cupp..cuppp." ucap Flora mendekati Sani dan mereka saling berpelukan.

"Ini juga bukan keinginan gue dan keinginan loe jugakan? Ini karena urusan pekerjaan kita. Dalam urusan pekerjaan, kita enggak akan selalu sama Sani, tapi percayalah kita akan selalu dekat dan menjadi sahabat." ujar flora tersenyum manis menatap Sani setelah melepas pelukan.

"Loe benar, emm." sahut Sani mengangguk menyetujui.

"Ngomong ngomong, bagaimana dengan bos baru loe? Kalian cocok kan?" tanya Flora melirik Sani sembari kembali sibuk menyusun pakaiannya.

Sani merentangkan Tubuhnya di kasur agar merasa rileks. Dia menatap langit kamar lusuh milik flora. Ya, dia akan tidur di kontrakan Flora lagi karena besok flora akan pergi, jadi dia mau menghabiskan banyak waktu bersama flora.

"Gue enggak tau. Tapi gue ngerasa dia tidak sekejam bos loe, dia juga tidak terlalu dingin dan kejam. Gue merasa baik baik aja bekerja dengannya. Tapi..." jelas Sani menggantung ucapannya.

"Tapi apa?" tanya Flora penasaran karena Sani menggantung ucapannya. Dia sampai memberhentikan gerak tangannya.

"Tapi gue malah khawatir sama loe."

"Khawatir dengan gue? Kenapa loe harus khawatir?" tanya Flora tertawa kecil mendengarnya.

"Bagaimana gue enggak khawatir. Bos loe terlihat sangat dingin, kejam, dan tegas banget. Dia sangat menyeramkan dan menakutkan. Gue aja enggak mau dekat dekat dengannya. Lalu bagaimana dengan loe yang setiap hari harus selalu bersamanya? Gue ragu loe akan bertahan lama bekerja dengannya." jelas Sani antusias. Dia sampai kembali duduk hanya untuk mengatakan itu, mengatakan semua isi kekhawatirannya.

Flora tertawa lepas mendengar itu ditambah dengan ekspresi sani yang terlihat sangat serius mengatakan itu.

"Loe khawatir sama gue hanya karena itu Sani? Loe enggak perlu khawatir, gue baik baik aja. Memang yang loe katakan itu benar tentang tuan Veekit, tapi gue ngerasa lama kelamaan gue akan terbiasa dengan sifat dan sikapnya. Tuan Veekit memang seperti itu, gue hanya perlu beradaptasi dan menyesuaikan diri. Lagian, dia tidak pernah menyakitiku kan? Gue merasa biasa aja. Tapi.." ucap Flora menggantung ucapannya dan menatap Sani dengan ragu.

"Tapi apa, Flo?" tanya Sani mengerutkan keningnya penasaran.

"Gue ngerasa gue malahan sedikit menyukai tuan Veekit." sambung Flora dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Apa! Loe suka sama tuan es itu?" tanya Sani kaget.

"Bisa enggak perlu teriak teriak Sani?" ucap Flora mendengus kesal karena merasa terganggu dengan suara Sani yang menggangu telinganya.

"Tapi bagaimana bisa loe suka sama tuan es kaya dia? Loe masih waras enggak sih Flo?!"

Terpopuler

Comments

anita

anita

jaga hati ya flo..jgn terlalu larut dg prasaanmu

2024-04-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!