Flora lalu menatap Akila. Tatapan yang terlihat polos. Dia bisa melihat Akila yang mirip sekali dengan Amilia. Flora juga sadar jika Akila ingin sangat cantik seperti Amilia, namun karena penampilannya yang menyeramkan membuat orang tidak terlalu menyadari itu.
"Te.. terimakasih ya." ujar flora berpura pura gugup. Akila mengangguk lalu kembali menyantap makanan miliknya dengan perlahan.
"Maaf ya." ujar Flora menyambung kembali pembicaraan. Akila kembali melirik flora dengan tanda tanya.
"Maksud aku, karena aku kau jadi tidak punya minum lagi. Biar aku belikan saja ya sebagai gantinya." ujar flora tersenyum manis.
"Tidak perlu, aku bisa beli sendiri." ujar Akila tanpa berekspresi.
Flora mengangguk kecil.
"Kita boleh berkenalan. Kau terlihat sangat baik." ujar flora tanpa melunturkan senyumnya.
Akila melirik flora dengan heran. Apa katanya tadi? Terlihat sangat baik? Lucu sekali, pikirnya.
"Aku tidak baik." sahut Akila singkat.
"Bagiku kau baik. Kau sudah membantuku. Bolehkan kita berkenalan? Aku ingin berkenalan dengan orang baik sepertimu." ujar flora dengan polosnya menatap Akila.
Akila lagi lagi terheran dengan wanita yang disampingnya ini. Dia terdiam sejenak mengamati wanita yang disampingnya. Lalu dia mengangguk pelan.
"Perkenalkan, namaku flora. Namamu siapa?" tanya Flora memberikan tangan kanannya dengan tanda ingin berkenalan.
Akila lalu membalas tangan Flora.
"Namaku Akila." sahutnya lalu kembali melepaskan jabatan tangan.
"Namamu sangat bagus dan cantik, sama sepertimu." ujar flora.
Akila terdiam mendengar itu.
"Kau tidak takut kepadaku?" tanya Akila menaikkan satu alisnya.
Flora berdecak.
"Buat apa aku takut kepadamu."
"Penampilanku?" tanya Akila menatap penampilannya yang berantakan.
"Ada apa dengan penampilanmu. Bagiku, terlihat biasa saja. Aku tidak melihat dari penampilan seseorang Akila. Bagiku, kau tetap orang yang baik." ujar flora tersenyum manis mengelus bahu Akila sebentar.
Akila tertegun sembari menatap tangan flora yang berada di bahunya. Matanya yang tadinya dingin menjadi hangat menatap flora yang terlihat polos dan tulus.
"Kau bisa saja." ujar Akila tersenyum tipis.
"Kau tersenyum kepadaku?" tanya Flora tidak percaya.
"Kenapa?" tanya Akila bingung.
"Senyumanmu tadi sangat manis, aku bisa melihatnya." ujar flora bersemangat.
Flora mengulum senyum mendengar itu.
"Kau cukup lucu." ujarnya.
Setelah beberapa menit berbincang lebih hangat, akhirnya Akila memilih untuk harus kembali ke tugasnya.
"Yasudah, aku pergi dulu. Senang bertemu denganmu flora." ujar Akila.
"Aku juga senang sekali bertemu denganmu Akila, wanita baik. Semoga kita bertemu lagi ya." ujar Flora. Akila mengangguk tersenyum.
"Bolehkah kita bertukar nomor? Aku ingin berteman denganmu." ujar flora ragu. Akila terdiam berpikir.
"Baiklah, ini." ujarnya menyetujui. Dia juga merasa flora bukan ancaman baginya, dia terlihat tulus.
"Sudah selesai."
"Yasudah, aku pergi ya, sampai jumpa."
"Sampai jumpa."
Setelah kepergian Akila, Amilia yang sedari tadi memperhatikan dengan haru langsung memasuki cafe dan memeluk flora.
"Flora, terimakasih banyak." ujar Amilia selesai memeluk flora.
"Tante tenang aja, flora pasti berusaha melakukan yang terbaik."
Mereka akhirnya kembali pulang ke apartemen. Tak terasa, sampainya mereka di apartemen saat hari sudah akan gelap.
Flora menarik nafas dalam sebelum memasuki ruangan kamarnya. Dia takut Veekit akan bertanya tanya dan dia yang tidak bisa menjawab.
Ceklek..
Flora memasuki ruangan itu dan langsung bergegas ke arah kamar miliknya. Namun langkahnya terhenti saat suara berat terdengar.
"Baru pulang?" tanya suara itu. Flora menoleh ke arah kiri dan menatap Veekit yang berdiri menatapinya. Flora cengesan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya tuan, saya dan Tante Amilia baru saja sampai." ujar flora tersenyum.
"Tap..." ucapan Veekit dipotong oleh flora.
"Tuan tidak mencium bau tidak sedap?" tanya Flora dengan gayanya. Veekit menjadi bingung dan memasang indra penciumannya dengan sedalam dalamnya.
"Bau apa?" tanya Veekit karena merasa tidak mencium bau apapun.
"Emm, saya tau tuan. Sepertinya, bau itu berasal dari tubuh saya. Saya belum mandi tuan, hehe." ujar flora tersenyum cengesan.
Veekit melotot.
"Apa! Pergilah sana mandi!" ujar Veekit menahan kesal. Bisa bisanya, dalam hatinya.
Flora lalu kembali ke kamarnya dan bergegas mandi. Lalu dia memakai pakaiannya. Flora memilih pakaian santai yang sampai diatas lutut, semacam pakaian terusan yang cukup tipis. Lalu, dia keluar untuk mengintip apa yang sedang dilakukan oleh Veekit. Dia berharap bosnya tidak kesal berkepanjangan kepada-nya.
Flora mengintip apa yang sedang dilakukan oleh Veekit dari celah pintu yang kecil. Namun tidak sampai disana, ternyata dirinya ketahuan.
"Keluarlah! Jangan mengintip saya!" ujar Veekit tegas dengan pandangan yang menatap lengan miliknya. Flora terkejut mendengar itu namun akhirnya dia keluar dengan ragu menghampiri Veekit.
Flora mengerutkan keningnya heran menatap lengan tangan Veekit yang terlihat lebam kebiruan.
"Ada apa dengan lenganmu tuan?" tanyanya khawatir sontak memegang lengan Veekit untuk memeriksanya.
Veekit terkejut melihat reaksi flora yang berani menyentuhnya. Tapi tunggu, mengapa dirinya tidak bereaksi menolak dan membiarkannya?
"Tuan, jawab!" ujar kembali flora karena tidak mendapatkan jawaban.
"Ini tadi terkena benda keras saja." ujar Veekit.
"Aku baru saja meninggalkanmu tuan namun kau sudah kenapa kenapa." ujar flora tanpa sadar dengan polosnya.
Veekit yang mendengarnya menatap flora dengan pandangan tidak terima.
"Apa yang kau katakan?" tanya Veekit menyentuh tangan flora. Flora tiba tiba tersadar dengan ucapannya.
"Emm, tidak ada tuan hehe. Sebentar, aku akan mengompresnya tuan." ujar flora mengalihkan pembicaraan dan langsung bergegas ke arah dapur. Veekit yang melihatnya menggeleng. Veekit lalu menatapi apa yang akan dilakukan oleh flora.
Flora membuka lemari atas hendak ingin mengambil mangkok kaca sebagai tempat kompresan. Karena lemari yang cukup tinggi membuatnya harus berjinjit ditambah tangannya yang harus diangkat ke atas sebisa mungkin membuat pakaiannya naik ke atas sehingga menampilkan kaki jenjangnya yang putih dan mulus. Veekit tanpa sengaja menatap itu dan membuang muka setelah menelan ludah kasar. Dia juga lelaki normal ya.
Selesai mendapatkannya, flora mengisi mangkok itu dengan air dingin dan mengambil kain kecil yang lembut. Selesai dengan itu semua, flora lalu kembali menghampiri Veekit yang terlihat diam dengan kaku.
"Ada apa denganmu tuan?" tanya Flora heran melihat Veekit yang terlihat gugup.
Veekit menggeleng.
"Kau sengaja ingin menggoda saya?" tanya Veekit.
Flora terkejut dan menatap bingung Veekit.
"Maksud tuan apa?" tanyanya tidak mengerti.
"Ngapain kamu pakai pakaian seperti itu?" tanya Veekit menatap pakaian flora yang cukup tipis dan diatas lutut.
Flora ikut menatap pakaiannya sendiri dan semakin bingung. Apa yang salah? Pikirnya.
"Ada apa dengan pakaian saya tuan?" tanya Flora dengan polosnya.
Veekit membuang muka menahan kekesalannya.
"Sudah, lupakan saja." ujarnya malas melanjutkan percakapan mengenai pakaian flora.
Flora hanya mengangkat bahu acuh lalu mendekati Veekit. Dia lalu mulai mengompres lebam di lengan Veekit dengan perlahan dan hati hati. Veekit terdiam saja membiarkan flora dan ikut menatapinya.
"Tuan suka ya sama saya?" tanya Flora di sela sela dirinya yang mengompres lengan Veekit. Veekit membuang muka mendengar itu.
"Jangan kepedean kamu." sahut Veekit. Flora diam saja tersenyum lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments