9

Diperjalanan, hanya ada keheningan selain suara mesin mobil yang terdengar. Tidak ada pembicaraan antara Flora dan Veekit.

"Apakah masih jauh tuan?" tanya Flora memecah keheningan. Dia juga mengumpulkan banyak keberanian hanya untuk mengatakan itu. Flora bertanya seperti itu karena mereka sudah menempuh perjalanan hampir setengah jam.

"Tidak." jawab Veekit dengan datar tanpa menatap Flora.

Flora yang mendengarnya hanya terdiam tanpa menyahut kembali. Dia hanya melirik sesekali Veekit.

"Kau menyukaiku sehingga terus melirikku?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengarnya menjadi gugup dan langsung membuang muka kearah jalanan. Dia seperti pencuri yang tertangkap basah.

Akhirnya, menempuh perjalanan sekitar 10 menit setelah pertanyaan flora, akhirnya mereka sampai juga. Mereka sampai di sebuah gedung megah tempat perkumpulan orang orang penting.

Flora turun dari mobil dengan cepat dan langsung mengikuti langkah lebar Veekit yang langsung berjalan cepat memasuki gedung itu. Flora hampir nyaris berlari hanya untuk mengimbangi langkah Veekit.

"Nak." ucap seorang pria paru baya lengkap dengan jasnya. Disampingnya ada seorang wanita seusianya yang masih terlihat cantik walaupun umur yang sudah terbilang tidak muda lagi. Wanita ini seperti wanita karir karena pakaiannya yang anggun dan menawan.

Veekit dengan lembut dan sopan menyalami pria paru baya dan wanita disampingnya. Setelahnya, pria paru baya dan wanita itu menatapi flora dengan tatapan bingung. Flora juga sama, dia hanya bisa tersenyum canggung.

Veekit yang mengerti tatapan dari kedua orang tua dihadapannya berdehem sebelum akhirnya menjelaskan.

"Dia penari yang akan mengisi proyek acara kita." jelasnya singkat. Mereka mengangguk mendengarnya sembari tersenyum ramah menatap Flora. Flora tentu saja membalas itu.

"Apa kau tidak ingin memperkenalkan dirimu dan menyalami mereka?" tanya Veekit terang terangan menatap Flora dengan datar. Flora langsung saja menggangguk cepat dan langsung menyalami kedua orang tua itu. Pria paru baya dan istrinya itu hanya bisa menggeleng menatap tingkah Veekit dan flora yang terlihat lucu.

"Nama saya flora nyonya tuan, saya adalah penari yang dikontrak untuk mengisi proyek acara perusahaan." jelas flora dengan sopan dan tersenyum ramah.

"Ahh begitu ternyata. Perkenalkan, saya Amilia dan suami saya Andes. Jangan panggil kami dengan sebutan itu, panggil saja Tante dan om seperti Veekit." jelas wanita itu yang bernama Amilia. Flora yang mendengarnya tersenyum mengangguk.

Setelah perkenalan itu, mereka akhirnya lanjut kembali membahas pekerjaan proyek acara mereka.

"Baiklah, jadi keputusannya adalah kita akan pergi dua hari lagi." ucap Andes dan diangguki oleh yang lainnya.

Tring...tring...

"Angkat saja, pembahasan kita sudah selesai." ucap Amilia lembut. Veekit mengangguk pelan lalu bangkit pergi dan menjauh sedikit untuk mengangkat telepon.

Tinggallah mereka bertiga. Flora terlihat gugup duduk bersama orang orang penting seperti mereka. Auranya saja sudah sangat berbeda.

"Kamu sudah lama menjadi penari?" tanya Amilia membuka percakapan.

"Benar nyonya, emm maksud saya Tante, saya sudah lama menjadi penari."

"Orang tua kamu bekerja dimana?" tanya Andes ikut bertanya. Flora tersenyum pahit.

"Saya tidak memiliki orang tua lagi om, sejak kecil saya memang hidup sebatang kara." jawabnya tersenyum kecut.

"Maafkan kami."

"Tidak perlu nyonya, tidak ada yang salah." sahut flora tersenyum manis kembali.

"Kamu tidak memiliki saudara lain?" tanya Amilia. Flora menggeleng tanpa memudarkan senyumnya.

"Kamu hanya bekerja sebagai penari sebelum bergabung dengan Veekit?" tanya Amilia penasaran.

"Tidak Tante, saya juga bekerja sampingan sebagai pelayan di restoran ataupun cafe." jawab Flora jujur. Dia tidak malu dengan statusnya. Dia tidak berbohong atau menyembunyikan kebenaran.

"Saya kagum kepadamu." ucap Amilia.

"Beginilah hidup saya Tante, maaf jika saya bukan orang yang berpendidikan tinggi."

"Kami tidak mempermasalahkan itu, tapi kami sangat tidak menyukai orang yang tidak bertanggung jawab." ucap Andes.

"Saya tau itu om."

"Kami juga memiliki anak perempuan sepertimu dan dia adalah anak tunggal kami." ucap Amilia tiba tiba.

"Benarkah Tante? Pasti dia sangat cantik seperti Tante dan hebat seperti om." ucap Flora semangat. Andes dan Amilia hanya tersenyum tipis sembari saling menatap mendengar ucapan flora.

"Dia memang cantik dan hebat tapi..." ucapan Amilia terhenti karena Andes menggenggam tangannya dengan tiba tiba.

"Sudah selesai." ucap Veekit yang datang tiba tiba.

"Baiklah, kami permisi untuk kembali dulu." ucap Veekit tersenyum tipis. Mereka bertiga langsung segera berdiri.

"Baiklah, kalian berhati hatilah di perjalanan. Dan senang berkenalan denganmu flora, Tante merasa nyaman dekat denganmu." ucap Amilia tersenyum menatap Flora.

"Flora juga begitu Tante." sahut flora tersenyum manis juga.

Setelah berpamitan dan memberi salam, akhirnya mereka semua pun kembali ke tujuan masing masing.

*

*

"Apakah kita akan kembali ke kantor tuan?" tanya Flora didalam perjalanan kembali.

"Tidak, temani saya ke mall dan selesai dari situ kamu boleh pulang." jawab Veekit tanpa menatapnya.

Flora ingin rasanya mengelus dada menghadapi pria kulkas di sampingnya ini. Dinginnya benar benar kelewatan baginya.

"Tapi, apakah ada keperluan pekerjaan di mall tuan atau kita akan akan menemui seseorang disana?" tanya Flora lagi.

"Tidak, dan jangan bertanya lagi." ucap Veekit tegas dan dingin. Flora terdiam mendengar itu. Ingatkan dia untuk tidak mengeluarkan suara lagi ya.

Di mall, flora benar benar tidak ada mengeluarkan suara lagi semenjak kejadian di mobil tadi. Veekit tersenyum kecil di hatinya melihat itu. Dia juga sesekali melirik flora yang hanya diam saja dan patuh mengikuti langkahnya.

Flora sebenarnya sudah sangat lelah mengikuti langkah Veekit yang berjalan terus mengelilingi mall. Ingin sekali rasanya dia bertanya apa tujuan Veekit ke mall, karena sudah hampir sejam, mereka hanya mondar mandir, tapi nyali flora tidak ada lagi.

"Mengapa berhenti tuan?" tanya Flora tiba tiba karena Veekit juga berhenti tiba tiba.

"Saya ingin meminta bantuan mu." ucap Veekit pelan.

"Bantuan apa tuan?" tanya Flora mengerutkan keningnya heran.

"Tolong bantu saya memilih sesuatu untuk wanita sepertimu, saya tidak paham sesuatu yang diinginkan wanita." ucap Veekit ragu. Dia sebenarnya malu mengatakannya tapi mau bagaimana lagi.

Flora yang mendengarnya mengulum senyum. Ingin rasanya dia tertawa. Jadi ternyata mereka berkeliling hanya karena rasa gengsi tuannya yang ingin meminta bantuan kepadanya? Tapi tunggu, sesuatu untuk wanita sepertinya? Apa untuk kekasihnya?

"Untuk kekasih tuan?" tanya Flora.

"Jangan suka ikut campur, bantu saja saya." tegas Veekit dingin. Flora menelan ludah kasar mendengarnya dan mengangguk cepat.

"Kita akan membeli apa?" tanya Veekit to the poin.

"Emm, biasanya wanita itu umunya menyukai perhiasan tuan." jawab Flora menduga, sebab memang benar kan? Dia saja menyukai perhiasan.

"Yasudah, mari ke toko perhiasan." ucap Veekit lalu langsung pergi tanpa menunggu Flora.

Flora menggeleng. Tuannya ini tidak meminta bantuan dengan tulus, dia tidak menunjukkan kelembutan sedikitpun. Flora hanya bisa mengumpat kesal.

Mereka akhirnya memasuki toko perhiasan termahal dan terbaik di mall itu. Flora saja sangat terkagum kagum dengan semua perhiasan yang ada di toko ini, ditambah toko ini sangat besar luas. Luar biasa, pikirnya.

Terpopuler

Comments

anita

anita

sombong bnget veekit

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!