6

Tiba tiba, satu mobil mewah menghampirinya. Flora menyipitkan mata karena merasa silau dengan lampu mobil itu.

"Flora." ucap salah satu pria yang keluar dari mobil itu.

Flora mulai membuka matanya seperti biasanya karena lampu mobil yang sudah mati. Dia bisa menatap dengan jelas siapa orang yang menghampirinya.

"Tuan" gumam flora menundukkan badannya hormat.

"Kamu ngapain malam malam berdiri di sini?" tanya Vandes.

"Saya baru saja selesai bekerja tuan." ucap Flora ragu. Dia takut dia akan dimarahi karena Bekerja di luar jam kerja. Dia memejamkan matanya menunduk.

"Astaga flora, kamu kerja apa sampai jam segini pulangnya? Trus dimana rekanmu yang satu lagi?" tanya Vandes menggeleng tidak percaya. Sumentara Veekit hanya diam di samping Vandes dengan menyimak apa yang dibicarakan sepupunya dengan satu penari yang baru dipekerjakan ini.

Ya, Veekit dan Vandes memang kebetulan baru saja pulang karena menyelesaikan beberapa pekerjaan mereka.

"Saya hanya berpikir untuk menyelesaikan lembaran yang diberikan oleh tuan Veekit tuan, agar saya tidak terburu buru besok. Saya hanya mengingat perkataan tuan Veekit untuk jangan suka berlama lama dalam bekerja." jawab Flora takut sembari melirik Veekit sebentar.

Veekit terdiam mendengar itu. Dan Vandes menatapnya sebentar.

"Yasudahlah. Kamu mau pulang?" tanya Vandes.

"I-iya tuan."

"Ayo, biar kami antarkan saja. Ini sudah larut malam." ucap Vandes tersenyum. Veekit melotot menatap Vandes sementara Vandes hanya mengabaikannya saja.

"Tidak perlu tuan, saya hanya akan merepotkan para tuan saja. Saya disini saja menunggu ojek yang lewat tuan." tolak flora. Tentu saja dia merasa segan.

"Sudah tidak apa apa, tidak ada yang direpotkan. Lagian, mana ada ojek jam segini. Ayo, jika kamu menolak, saya akan memecatmu." tegas Vandes bercanda. Dia sebenarnya juga tau jika flora hanya merasa tidak enak saja.

"Jangan dipecat tuan, baik saya mau tuan." sahut flora cepat.

"Yasudah ayo naik."

Didalam mobil hawanya terasa canggung. Tidak ada pembicaraan apapun. Flora hanya diam dengan sesekali melirik para tuannya yang berada di bangku depan.

"Saya peringati, jangan pernah lakukan hal seperti ini lagi. Kalau sudah jam pulang, kamu pulang saja, biarkan pekerjaan itu dilanjutkan esok harinya. Nanti jadinya begini kan. Bagaimana jika tidak ada kami tadi, tentunya kamu bisa dijahati orang yang tidak bertanggung jawab." jelas Vandes memulai pembicaraan.

Flora hanya mengangguk menyimak. Dia tidak berani menjawab apapun. Dia hanya sesekali melirik Vandes dan Veekit. Veekit hanya diam sedari tadi. Dia bisa merasakan sepupunya ini terlihat peduli kepada wanita yang ada dibelakang mereka. Veekit hanya berpikir acuh saja.

Setelah pembicaraan singkat itu tidak ada lagi pembicaraan. Suasananya hening sehingga hanya suara mesin mobil yang terdengar.

"Sudah, disini saja tuan. Rumah saya ada didalam gang itu. Mobil tuan tidak akan bisa masuk dan pasti kotor nantinya. Saya turun ya tuan." ucap Flora sembari menunjuk Gang yang tepat berada didepan mereka.

"Baiklah."

"Terima kasih banyak tuan Vandes, tuan Veekit." ucap Flora terburu buru sembari membuat tangannya sebagai kode tanda terima kasih.

Setelah kepergian flora yang sudah turun dari mobil mereka, Veekit menatap Vandes dengan tatapan menuntut.

"Kau menyukainya Vandes?" tanya Veekit menekan pertanyaannya.

"Tidak, aku hanya kagum kepadanya. Dia terlihat polos dan baik." jawab Vandes tanpa menatap Veekit.

"Kau tidak menyukainya?" tanya Vandes balik bertanya.

"Kau gila, aku menyukai wanita yang seperti itu? Sedangkan wanita seperti Amira saja tidak aku sukai. Tapi aku menyetujui perkataanmu tadi mengenai wanita itu." ucap Veekit santai.

"Sudahlah, ayo pulang."

...****************...

"(.....)."

"Halo Sani manis." sahut Flora.

Saat ini, Flora dan Sani sedang bertelepon.

"(.....)."

"Aku baik dan pekerjaanku juga baik baik saja. Bagaimana kabarmu?" tanya balik Flora.

"(....)."

"Baguslah jika begitu." sahut flora tersenyum. Dia sebenarnya lelah namun dia tidak mungkin tidak menjawab panggilan sahabatnya yang berniat baik menanyakan kabarnya.

"(.....)."

"Maafkan aku karena tadi tidak menjawab panggilan dan pesanmu, aku tadinya sibuk bekerja. Dan kenapa aku menelponmu, aku tadinya ingin memintamu menjemputku karena aku tidak mendapatkan ojek di depan kantor." jawab Flora kepada Sani yang berada di seberang telpon.

"(.....)."

"Syukurnya, ada bosku dan tuan yang kemarin itu yang mau mengantarku. Mereka sangat baik."

"(....)."

"Ya benar, aku satu mobil dengan mereka."

"(....)."

"Apanya yang hebat sih Sani, kamu ini ada ada saja." ucap Flora menggeleng karena Sani yang mengatakan dirinya hebat bisa satu mobil dengan para tuan tuan terpenting sekota mereka.

...****************...

"Permisi tuan."

"Masuk."

"Ini lembaran yang tuan minta semalam tuan, saya hanya ingin mengantarkan ini." ucap Flora dengan tangannya yang menyerahkan beberapa lembaran putih di tangannya dan menunjukkannya kepada Veekit.

"Sudah selesai?" tanya Veekit tidak percaya. Dia kagum karena Flora sudah menyelesaikannya.

"Sudah tuan."

"Dimana lembaran milik rekanmu itu?" tanya Veekit teringat.

Flora terdiam tidak tau menjawab apa. Jika dia menjawab sejujurnya, dia terkesan membanggakan dirinya dan memojokkan Areta.

"Saya tau, tidak perlu dijawab lagi. Dan untukmu, letakkan lembaran itu di meja ini dan duduk di depan saya." tegas Veekit datar.

"Baik tau ." Flora langsung saja duduk.

"Jika saya memintamu untuk ikut bersama saya ke Bali, kamu siap?" tanya Veekit to the poin. Dia merasa Flora penari yang rajin dan dia menyukai orang yang seperti itu, ingat suka dalam hal sifat saja. Dia tidak ada perasaan apapun yang berlebihan.

Flora melotot.

"Ke-ke Bali tuan?" tanya Flora gagal.

"Emm."

Flora berpikir sejenak. Jika dia menolak, dia bisa saja dipecat seperti hari semalam yang perkara mengantarkan pulang saja sudah nyaris dipecat. Padahal dia sangat membutuhkan pekerjaan ini bukan?

"Sa-saya siap tuan. Saya adalah bawahan tuan, saya siap mengikuti perintah pekerjaan dari tuan." ucap Flora menunduk sopan.

"Bagus. Dan untuk rekanmu itu, katakan kepadanya agar secepat nya menyelesaikan lembaran itu."

"Baik tuan."

...****************...

Veekit sekarang tengah terduduk di kursi kerjanya sembari menatapi jalanan dari kaca jendela ruangan kerjanya. Dia menikmati pemandangan jalan yang terlihat macet. Namun sejenak kemudian, dia memejamkan matanya dan memijit pelipisnya.

"Kambuh lagi." gumamnya lirih.

Veekit memiliki penyakit gangguan kecemasan yang datang secara tiba tiba. Dia bisa tiba tiba merasa khawatir tanpa tau alasan dibaliknya. Tentu saja dia sudah memeriksanya dan sampai sekarang dia masih menjalani pengobatannya.

"Aku harus mengalihkannya." gumamnya lalu langsung bangkit berdiri.

Dia ingin menemui Vandes yang berada di ruangannya agar Vandes bisa membantunya. Dia membutuhkan bantuan Vandes seperti biasanya saat gangguan kecemasannya kambuh.

Berjalan menuju ruangan Vandes, Veekit harus melewati ruangan kerja flora dan Areta yang sama. Dia melewatinya tapi, shit....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!