Brama menunggu Kiran dengan bersandar pada mobilnya dan melamun, bahkan tidak menyadari kalau Kiran sudah menghampiri dan berdiri hanya beberapa langkah darinya.
“Mas Bram,” tegur Kiran menyadarkan Brama dan kembali fokus.
“Sudah siap?”
“Hm.”
Brama menatap Kiran dari kepala sampai kaki. Hanya mengenakan dress selutut dan flatshoes dilengkapi dengan sling bag. Rambutnya digerai dan polesan make up tipis membuat Kiran terlihat cantik meski tampil sederhana.
Menatap terlalu lama tidak baik bagi kewarasan Brama. Meskipun pria itu menyukai wanita dewasa, tapi penampilan Kiran selalu menarik perhatiannya.
“Silahkan!” Brama membuka pintu mobil di kabin depan.
Kiran menghela nafasnya, sebelum mendekat dan masuk ke dalam mobil Brama. Selama perjalanan tidak ada percakapan, bahkan Kiran sengaja menatap ke luar jendela di samping kirinya enggan bertatapan dengan Brama. Tiba-tiba Brama harus menginjak rem mendadak, karena pengendara motor mengecohnya.
Beruntung mereka tidak terjebak macet, sehingga tidak berlama dalam mobil dan sama-sama canggung. Tentu saja hal itu karena perintah Yudis agar mereka menikah. Biasanya Kiran selalu bersikap ceria dan usil pada Brama, tapi kali ini tidak. Raut wajah sendu dan murung yang Brama dapatkan dari Kiran. Ketika mobil sudah terparkir rapi di parkiran rumah sakit, Kiran langsung keluar tanpa menunggu Brama membukakan pintu untuknya.
“Ayo,” ajak Brama ketika Kiran terdiam padahal mereka sudah berada di depan kamar rawat Yudis.
Kiran mengekor langkah Brama dan tidak menunjukan wajahnya. Terdengar perbincangan Yudis dengan Narita lalu Brama menyapa calon mertuanya.
“Ah, kalian sudah datang. Kiran,” panggil Yudis.
Kiran dengan wajah tertunduk akhirnya berdiri di samping Brama. Tanganya menggenggam erat tali tas yang menyilang di depan dada. Bukan hanya malu dan menyesal yang membuat Kiran enggan menunjukan wajahnya.
“Kiran, ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Yudis.
“Paling tidak kamu minta maaf karena sudah membuat masalah,” ujar Narita dengan nada ketus.
“Maaf Ayah, Bunda. Aku tidak tahu kalau akan jadi begini.”
“Kiran, angkat wajahmu. Jangan jadi pengecut dan tatap lawan bicaramu!”
Perlahan Kiran mengangkat wajahnya menatap Yudis lalu menelan saliva. Kesehatan pria itu terganggu karena ulahnya, masalah yang terjadi karena kebod0hannya. Kedua matanya sudah mengembun meskipun dia mencoba untuk tidak menangis.
“Maafkan aku Yah, semua karena salahku. Kalau saja aku jujur dari awal, mungkin tidak akan berakhir seperti ini.”
Yudis menatap wajah Kiran, lebam di pipi dan tepatnya di ujung bibir masih kentara. Tanda dari tangannya karena luapan emosi. Padahal kalau saat itu dia tanyakan dulu lebih jelas dari versi Kiran, mungkin tidak akan menyakiti fisk putrinya.
“Semua sudah lewat, sekarang kita fokus untuk ke depan. Ayah sudah pikirkan baik-baik dan kamu pasti sudah dengar dari Brama, secepatnya kalian akan menikah.”
“Ayah, tolong maafkan aku. Setelah ini aku janji tidak akan menolak apapun, semua permintaan Ayah pasti aku akan penuhi. Asal jangan menjodohkan aku dengan ….”
“Kamu menolak Brama? Apa kurangnya dia?” tanya Yudis sambil menunjuk Brama. Kiran menoleh dan saling tatap dengan Brama.
“Bukan begitu Yah.”
“Atau kamu berencana kembali pada Indra?”
“Tidak, itu tidak akan pernah terjadi.”
“Oke, jadi tidak ada masalah. Kamu penuhi permintaan Ayah dengan menikah dengan Brama. Secepatnya!”
“Tapi ….”
“Kamu masih berani menolak Ayahmu?” tanya Narita. “Masalah yang kamu buat ini bukan persoalan kecil, mana tahu di masa depan ini bisa diungkit lagi oleh Indra dan Ibunya yang serakah itu. Lagi pula dengan keadaan kamu, apa masih ada pria yang mau terima kamu. Sadarlah Kiran, Ayahmu sedang menolong hidup dan masa depan kamu.”
Kiran menelan salivanya, wajahnya menunduk mengingat aibnya. Mengetahui kesedihan Kiran, Brama mengalihkan pembicaraan dengan membahas hal penting lainnya. Kiran dan Narita pun berpindah ke sofa. Masih terdengar perbincangan Brama dan Yudis, sedangkan Kiran dan Narita hanya diam membisu tenggelam dengan pikirannya masing-masing.
Tidak merasakan hangat dan tutur sapa Narita yang lembut, wanita itu berubah sikap pada Kiran. Jika Kiran menduga perubahan Narita karena ulahnya mencoreng nama keluarga sampai Yudis mendadak kolaps. Berbeda dengan Narita yang kesal karena Yudis lebih mementingkan Kiran.
Terdengar ketukan pintu dan seseorang hadir.
“Selamat siang.”
“Ah, Vira. Kemarilah!” titah Narita.
Vira tersenyum dan menganggukan kepala pada Yudis lalu menuju sofa. Duduk berhadapan dengan Kiran yang sedang menatapnya, tanpa rasa bersalah Vira hanya mengedikan bahu. Cukup lama kedua wanita beda usia itu larut dalam percakapan mengenai butik.
Saat Brama mengajak Kiran pulang, Vira pun selesai urusannya dengan Narita. Ketiga orang itu meninggalkan kamar rawat Yudis berbarengan. Kiran yang berjalan di belakang menatap benci pada Vira dan Brama yang terlihat berbincang menuju parkiran.
“Selamat ya, kamu akan menjadi menantu Tuan Yudis Dhananjaya,” ucap Vira pada Brama. Pria itu seperti tidak menyukai ucapan selamat dari Vira. “Semoga kamu bahagia dengan bocah itu,” tunjuk Vira pengan tatapannya ke arah Kiran.
“Dasar munafik,” ujar Kiran lalu meninggalkan Brama dan Vira.
“Kiran,” panggil Brama.
“Sebaiknya kejar dia atau nanti membuat masalah lagi,” seru Vira lalu meninggalkan Brama dan menuju mobilnya.
“Kiran,” panggil Brama dan berlari lalu menarik tangan Kiran untuk menghentikan gadis itu.
“Lepas!”
“Jangan membuat perhatian dan keributan,” sahut Brama mengajak Kiran kembali ke parkiran, bahkan lengan Kiran masih berada dalam cengkramannya. “Seharusnya kamu bisa bersikap lebih dewasa, saat ini kamu seperti dalam hukuman jadi jangan membuat masalah baru.”
“Mas Bram tidak tahu rasanya jadi aku, apalagi perempuan tadi ….”
“Vira maksud kamu, ada apa dengan dia?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
ria
jujur tentang vira..biar vira gk semena2 kiran..
semangat kiran semoga harimu selalu dalam kebahagiaan ❤❤
2023-12-20
2
schatzie
kasian si kiran,,, sabar kiran kamu harus semangat
2023-12-19
0
Reni Lestari
ayolah Kiran kamu harus jadi perempuan yang pemberani 👍💪
2023-12-19
0