Siapa pria dalam foto masih misteri antara Indra atau bukan. Meskipun sudah banyak tanda menunjukan kalau pria itu memang Indra dan kini Kiran dikejutkan lagi dengan kemungkinan wanita di foto tersebut adalah … Vira.
Ada apa ini, apa mungkin Indra membohongiku, batin Kiran.
Kiran masih terdiam dalam lamunannya, memikirkan kemungkinan kalau Indra tidak setia juga kenyataan jika Indra dan Vira memang ada main di belakangnya.
“Apa kamu tidak ada kegiatan lain sampai harus mendengarkan pembicaraan orang lain,” tegur Brama menyadarkan lamunan Kiran.
“Mbak Vira …” ucap Kiran lirih karena wanita itu sudah kembali dengan aktivitasnya. “Ck, Mas Bram nih.”
Brama masih menatap Kiran, menurutnya gadis ini tidak sopan karena sudah mencuri dengar apa yang dibicarakan olehnya dan Vira. Tangan Brama mencekal lengan Kiran yang akan pergi.
“Jangan lakukan itu lagi, putri Tuan Yudis tidak mungkin berbuat tidak sopan. Minta maaflah.”
“Maksudnya aku tidak sopan?”
“Menurut kamu siapa lagi putri Tuan Yudis.”
Kiran menghempaskan pelan lengannya dari cengkraman Brama lalu berdecak dan mendekat. Untuk menatap wajah pria di hadapannya, Kiran harus menengadah karena tinggi tubuhnya hanya sebatas dada pria itu.
“Mas Bram, aku nggak ada ya dengarkan pembicaraan kalian. Tadi itu aku … ah sudahlah yang jelas aku tidak mendengar pembicaraan kalian.” Kiran mengajak Brama duduk berhadapan pada kursi tamu undangan yang belum dirapikan, ada hal lain yang dia perlu tanyakan terkait pekerjaannya.
Brama sempat berdecak pelan, hanya Kiran yang berani memanggilnya Bram, meskipun kependekan dari namanya. Apalagi saat gadis itu mengoceh minta dijelaskan tentang perjanjian kerjasama. Brama sungguh tidak mengerti dengan ucapannya yang tidak to the point.
“Aku tidak paham, tunjukan saja file perjanjiannya.”
“Ah, iya. Sebentar.” Kiran mengeluarkan ponselnya dan membuka file yang dikirim oleh tim dari rumah produksi yang menawarkan kerjasama pembuatan mini series dari salah satu karyanya. “Ini mas, aku tidak paham di sini dan di sini.”
“Kalau di perusahaan ini diurus oleh bagian legal. Sebenarnya isi perjanjian ini sederhana.” Brama menjelaskan pelan-pelan agar mudah dimengerti oleh Kiran.
Tubuh Kiran yang begitu dekat dan wajah yang jaraknya tidak sampai dua puluh sentimeter dari wajah Brama membuat fokus pria itu buyar dan terdiam sejenak karena wangi parfum aroma vanilla dari tubuh Kiran menggelitik di hidungnya. Saat pandangan Brama beralih pada leher dan dagu gadis itu, membuat tubuhnya berdesir.
Brama bahkan harus berdehem dan menelan saliva untuk mengusir pikiran dewasanya yang mendadak muncul. Tidak pernah ia mengalami hal itu, bahkan dengan wanita yang dia sukai sekalipun. Namun, Kiran gadis yang penampilannya bahkan tidak terlihat dewasa malah membuat fantasinya seperti video yang berputar di kepala membuat kepala lain mendadak pusing.
“Hm, begitu.”
“Kalau masih kurang paham, kamu temui legal di kantor. Minta bantuan mereka jika ada perjanjian yang cukup serius atau gunakan pengacara keluarga.” Brama sudah berdiri, bukan tidak sopan. Kelamaan dekat dengan Kiran bisa-bisa membuatnya … bir4hi.
“Mas Bram.” Langkah Brama terhenti, tapi enggan menoleh. Terdengar langkah Kiran dan gadis itu sudah berdiri di hadapan Brama.
“Mas, wajahnya jangan galak-galak. Nanti tidak ada perempuan yang mendekat karena … takut,” ujar Kiran lirih lalu terkekeh geli.
“Brama, kamu di sini?” tanya Narita lalu menatap sekeliling mencari keberadaan suaminya
“Iya Nyonya, saya diminta Tuan Yudis untuk datang.”
“Aku pikir dia datang.”
Ketiga orang itu masih terlibat perbincangan, lebih tepatnya Narita dengan Brama. Sedangkan Kiran hanya mendengarkan dan terlihat bosan.
“Bunda,” ujar Kiran pelan. “Aku pulang ya.”
“Ck, kamu ini. Kenapa sih seperti tidak betah kalau keluar. Kerjanya di rumah terus, gimana bisa jodoh kamu datang kalau hanya bersembunyi di kamar. Bunda ajak kamu ke sini ….”
“Iya, nanti aku pelajari bidang usaha lain. Sekarang, aku boleh pulang ya?”
Narita menghela pelan lalu mempersilahkan putri sambungnya pergi, hanya dengan lirikan matanya.
“Bunda baik deh, dadah Bunda. Mas Bram, jangan lupa pesan aku tadi ya.”
Brama hanya menatap datar dan terus memandang punggung Kiran yang perlahan menjauh. Putri dari atasannya itu memang berbeda dengan dua saudaranya yang lain. Selain sangat manja, juga berani. Berani mengejek dirinya.
***
Kiran akan membuka pintu mobil, tapi urung ketika melihat seseorang yang turun dari taksi. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, Ibu dari Indra Jaya. Meskipun belum mendapatkan jawaban apakah Indra memang mengkhianatinya, tapi Kiran memutuskan menyapa wanita itu.
“Tante Lidia,” panggil Kiran bergegas menghampiri.
Wanita yang dipanggil Lidia pun menoleh, bahkan mendengus kesal saat tahu Kiran menghampirinya.
“Tante apa kabar?” tanya Kiran mencium tangan wanita itu.
“Oh, baik. Tante baik. kamu di sini juga?”
“Iya, Bunda minta aku ikut hadir.” Lidia hanya menganggukan kepalanya sambil bersuara oh saja. “eh, acaranya sudah selesai, tapi tante ke dalam saja. Masih ada Bunda kok.”
“Oke, tante masuk ya.”
Kiran mengangguk sambil tersenyum lalu kembali ke mobilnya setelah Lidia sudah masuk ke dalam area butik. Tanpa Kiran tahu, Lidia langsung menghubungi seseorang.
“Halo, Indra. Mama sudah sampai di butik.”
“Iya Mah.”
“Bagaimana pun caranya, Mama ingin kamu lakukan rencana kita. Mama muak, waah Kiran yang polos itu mengingatkan mama pada ibunya.”
“Mah, sabar dulu. Kita harus matangkan rencana.”
“Jangan bilang kamu jatuh cinta dengan gadis itu. Ingat Indra, mama tidak akan beri kamu restu,” ujar Lidia lirih bahkan dengan rahang mengeras.
“Tidak Mah, sudah ada wanita lain di hatiku. Ada waktunya aku akan kenalkan dengan Mama.”
Panggilan pun berakhir, Lidia berusaha mengatur nafasnya. Emosi membuat nafasnya sesak bahkan kepalanya ikut pening. Dia merasa punya masalah di masa lalu, bukan dengan Kiran melainkan dengan Ibunya. Namun, kekecewaan yang dirasakan oleh Lidia seakan tidak pudar dan semakin menjadi manakala melihat Kiran seperti duplikat ibunya.
Yudis adalah target Lidia di masa lalu. Siapa sangka, Yudis malah mencintai Ibu dari Kiran yang juga sahabat Lidia. Yudis memang sudah kaya sejak lahir, bisa jadi itu adalah alasan Lidia untuk masa depan yang lebih baik. tidak bisa mendapatkan Yudis, Lidia memilih sepupu pria itu. Berharap kekayaan yang dimiliki alin tidak separuh dari milik Yudis.
Keluarga besar Yudis menolak suami Lidia terlibat di perusahaan, membuat hidup mereka tidak seindah yang diinginkan Lidia. Ketika Ibu Kiran meninggal, Lidia kembali gigit jari karena Yudis mendapatkan pengganti yang lagi-lagi membuat Lidia kecewa. Sejak saat itu, hanya ada dua tujuan dalam hidupnya karena dendam. Membuat Kiran terpuruk menggantikan Ibunya dan menuntut jatah serta posisi Indra di perusahaan yang masih ada hubungan dengan keluarga besar Dhananjaya.
“Yudis, kamu harus rasakan juga perih yang pernah aku rasakan. Bagaimana rasanya terbuang dan itu yang akan Kiran rasakan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sleepyhead
👏👏 Hebat, Kita lihat sampai kapan kebusukan kalian ini akan tertutup... Dan gua rasa Brama juga pasti sudah mengintai kebusukan Ibu Anak dan Wanita Liar yang berkamuflase menjadi sekertaris nya.
2024-11-10
0
Ranny
kasihan deh cinta yg tak terbalaskan kok malah anaknya yg jadi tumbal buat balas dendam 🤦🏻♀️
2024-08-05
0
A Yes
ooh jadi Vira baru TTM belum istri toh
2024-01-04
2