Saat bangun pagi ini, Kiran merasakan kepalanya berat seperti kurang tidur padahal dia baru saja bangun. Sempat terpaku sejenak mengingat kejadian semalam, seingatnya Indra datang dan memberi kejutan. Pandangannya mengarah pada meja sofa dan masih ada cake yang tersisa juga buket bunga.
Kiran menatap keliling kamarnya, mencari keberadaan Indra. Jantungnya berdebar khawatir dia dan Indra semalam tidur bersama. Tidak ada tanda-tanda Indra bermalam di kamarnya, apalagi setelah memastikan pakaiannya masih utuh. Kiran menghela lega lalu beranjak dari ranjang dan menuju toilet. Setelah membersihkan diri dan mengenakan dress bersiap untuk pulang, dia menghubungi Indra.
“Pagi, sayang,” sapa Indra di ujung telpon. Kiran menggigit bibirnya agar tidak berteriak karena senang. Bagaimana tidak, kemarin dia masih merasakan gundah gulana tentang hubungannya dengan Indra. Namun, semalam sudah dipastikan kalau foto itu adalah foto lama di mana Indra bersama mantannya.
“Kamu semalam … tidur jam berapa? Kok aku tidak ingat kamu keluar dari kamarku ya.”
“Waduh, ternyata yang kangen bukan hanya aku. Kamu kangen sampai tidak ingat kejadian semalam, padahal kamu antar aku sampai pintu memastikan aku keluar dengan kata lain diusir.”
Kiran mencoba mengingat bagian itu, tapi tidak ada rekaman jejak di ingatannya.
“Jangan khawatir sayang, aku masih bisa menahan dan menjaga hubungan kita. Aku tunggu di lobby ya,” ujar Indra sebelum mengakhiri panggilan telepon.
Kiran tersenyum setelah pembicaraannya lewat telepon dengan Indra berakhir. Bergegas merapikan bawaannya ke dalam koper lalu meninggalkan kamar. Indra dan Kiran tidak pulang bersama, setelah sarapan keduanya terpisah dengan kendaraan masing-masing. Jika Kiran kembali ke Jakarta, Indra mengaku masih ada pekerjaan tidak jauh dari lokasi saat ini.
Indra melambaikan tangannya saat mobil Kiran berlalu dan keluar dari area hotel. Pria itu langsung menghubungi seseorang.
“Halo Mah, misi sudah dijalankan. Dua hari lagi mama akan dengar kabar kelanjutannya.”
Beberapa jam sebelumnya.
Setelah Indra memastikan Kiran sudah tertidur bahkan di pindahkan ke ranjang. Tidak lama setelah itu, kamar Kiran didatangi seorang perempuan dan laki-laki membawa tas besar juga cake yang sama dengan yang Indra bawa.
“Tukar cakenya, pastikan yang itu dibuang karena ada obatnya. Segera lucuti pakaian perempuan itu!” titah Indra.
Bisa dipastikan kalau kedua orang itu adalah suruhan dari Indra. Sesuai perintah, pakaian Kiran sudah dilepaskan semua oleh si perempuan. Sedangkan yang laki-laki mengeluarkan kamera dari tasnya. Indra juga sudah melepaskan semua penutup tubuhnya hingga tersisa boxer, lalu mengarahkan pose yang diinginkan juga dari mana pengambilan gambar dilakukan.
Kiran yang sedang tidur karena pengaruh obat, tidak menyadari tubuhnya sempat di ekspos di depan kamera. Bahkan terlihat seperti melakukan adegan int!m dengan Indra. Cukup lama mereka melakukan pengambilan gambar, sampai akhirnya Indra mengatakan sudah cukup setelah melihat hasil foto.
Pakaian Kiran kembali dikenakan oleh si perempuan, bahkan Indra memastikan kalau sudah terpasang sempurna agar tidak ada kecurigaan.
“Tutup mulut kalian, aku sudah bayar mahal. Jangan ikut campur setelah ini atau akan berhadapan denganku. Jangan lupa hapus cctv yang menangkap kedatanganku.”
***
“Kiran, ikut Ayah,” titah Yudis pada putrinya.
Narita dan kedua adik Kiran sempat saling tatap mendengar perintah Yudis. Sejak kemarin wajah pria itu terlihat tidak bersahabat, sepertinya ada persoalan yang cukup mengganggu. Kiran bersikap biasa saja, lalu mengekor langkah Ayahnya.
Ayah dan anak itu sudah duduk berhadapan di sofa ruang kerja Yudis. Kiran sempat terkejut saat ayahnya menunjukan layar tablet di mana memperlihatkan fotonya dengan seorang pria di restoran hotel. Tidak menduga kalau Yudis akhirnya mengetahui hubungannya dengan Indra.
“Ayah tidak masalah jika kamu dekat dengan seseorang, tapi kenalkan dengan Ayah dan jangan bertemu di hotel seperti ini. Bagaimana jika ada yang mengenali?”
Deg
Wajah Kiran langsung pucat pasi, dia tidak menduga kalau Yudis akan mengetahui. Masalahnya, Yudis tidak mengetahui siapa pria itu. Hanya tahu kalau putrinya ada hubungan dengan seorang pria.
“Itu acara kemarin Yah, waktu premiere film.”
“Maksudnya, kamu sering bersama laki-laki ini kalau ada pekerjaan di luar?”
“Tidak, bukan begitu. Kebetulan kami bertemu di sana dan sarapan bersama. Jangan khawatir Yah, aku masih bisa jaga diri. Lagi pula Ayah juga kenal dengan pria itu.”
“Ingat Kiran, kamu bukan hanya menjaga kehormatan diri sendiri tapi juga keluarga ini. Kalau ada hal buruk yang kamu lakukan, bisa saja berdampak pada keluarga dan bisnis kita. Bukan hanya kamu, tapi berlaku juga untuk yang lain.
Kiran hanya bisa menundukkan wajahnya mendengarkan semua yang disampaikan oleh Yudis. Termasuk meminta kekasih Kiran untuk datang dan bertemu dengannya.
“Kalau dia pria yang baik dan laki-laki bertanggung jawab, tidak akan bermain di belakang seperti ini.”
Setelah kepergian Yudis dan semua anggota keluarga lainnya, Kiran pun meninggalkan rumah tanpa membawa mobil melainkan menggunakan taksi. Khawatir ada suruhan Ayahnya mengikuti. Tujuannya tentu saja apartemen Indra, apalagi sejak tadi menghubungi pria itu tidak dijawab.
Sudah beberapa kali datang ke apartemen Indra, tentu saja Kiran sudah mengetahui kode akses untuk membuka pintu. Suasana ruang tamu terang benderang dengan lampu utama yang sudah menyala dan tidak terlihat ada tanda-tanda kehidupan.
“Indra,” panggil Kiran dan melihat ponsel pria itu ada di atas meja. Kiran mengusap layar ponsel dan melihat icon panggilan tidak terjawab cukup banyak, bisa dipastikan itu adalah panggilan dari Kiran.
“Ponselnya ada, berarti masih di sini,” gumam Kiran menuju kamar pria itu.
Langkah Kiran terhenti saat melihat jas dan kemeja Indra tercecer di sandaran sofa dan di lantai. Tidak biasanya Indra seperti ini, biasanya selalu rapi dan meletakan sesuatu pada tempatnya. Bukan hanya itu, Kiran lebih terkejut lagi saat melihat sepasang stiletto juga dress wanita tepat di depan kamar Indra. Pintu kamar itu tidak tertutup sempurna, bahkan dari celah pintu terlihat suasana kamar itu gelap.
Tangan Kiran mendorong pelan pintu kamar dengan perasaan tidak karuan, berharap tidak menemukan apapun atau melihat apapun yang aneh. Bahkan dalam hatinya masih yakin kalau Indra adalah pria yang tepat dan setia.
Pintu sudah terbuka lebar, tapi pencahayaan kamar tidak menunjukan siapa yang ada di ranjang. Kiran pun meraba dinding dan menekan saklar menghidupkan lampu kamar. Tubuh gadis itu seperti dihantam sesuatu dan rasanya sakit, bahkan dadanya terasa sesak manakala melihat Indra terlelap dengan bertel4njang dada dan disampingnya ada seorang wanita. Kedua manusia itu dalam keadaan polos karena tidak jauh dari ranjang sisa pakaian mereka tergeletak di lantai.
“Indra!” teriak Kiran. Indra bergeming dan hanya bergumam pelan. Air mata Kiran sukses mengalir bahkan sudah membasahi pipinya. Tidak menduga kalau pria yang dia percaya ternyata berkhianat, padahal Ayahnya menunggu kehadiran pria itu.
Kiran meraih bantal lalu memukulkan ke wajah Indra.
“Dasar pengkhianat, ternyata seperti ini kelakuanmu,” teriak Kiran dan berhasil membuat Indra terjaga.
“Ki-ran,” ujarnya terbata lalu beranjak duduk dan menahan selimut menutupi bagian bawah tubuhnya. Wanita di samping Indra pun berbalik dan menunjukkan wajahnya.
“Apa sih, berisik banget.”
“Kamu ... Vira? Jadi, kalian ….”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
A Yes
betul itu Pak, ajarin napa anakmu biar gak oon oon banget🤣🤣🤣 masa anak orang kaya kaya "kuper" alias KamSeUPay😂😂😂😂
2024-01-04
3
Tatik R
dan bakalan ada berita gempar lain nya
2023-12-13
0
mariammarife
bodoh nya si Kiran klw aku jd kamu sebelum mereka tersadar dari mimpi kan aku videoikan dulu
2023-12-13
1