Kiran tidak bisa merahasiakan lagi hubungannya dengan Indra. Semua dia ceritakan dengan tujuan masalah cepat selesai dan kembali mendapatkan kepercayaan Ayahnya. Brama mendengarkan dan menyimak dengan baik, meski terlihat juga kekecewaan di wajahnya bahkan dahinya berkerut saat Kiran menyebutkan nama Indra Jaya.
“Kemarin, aku mendatangi apartemen Indra. Tadinya aku ingin ajak Indra temui Ayah segera, karena ayah sudah tahu aku sedang dekat dengan seseorang.”
“Lalu?”
“Aku lihat Indra dengan wanita lain, mereka tidur bersama dan … telanj4ng.”
Brama menghela nafasnya, putri Yudis ini memang benar-benar terlalu polos.
“Kiran, dengarkan aku. Ada kemungkinan, Indra akan meminta sesuatu pada Ayahmu.”
“Maksudnya?”
“Aku belum tahu pasti, yang jelas foto-fotomu akan dijadikan sebagai dasar ancaman. Saat itu terjadi, jangan ikut campur dan jangan hubungi siapapun. Tetap di rumah, biar aku yang menyelesaikan. Ayahmu sakit, jangan tambah masalah lagi,” tutur Brama. “Sekarang kembali ke kamar, obati wajahmu dan istirahat.”
Kiran hanya mengangguk pelan dan beranjak dari sofa. Saat sudah berada di pintu, tangannya sudah berada di handle pintu. Gadis itu berbalik dan menatap Brama, ingin mengatakan kalau wanita yang bersama Indra adalah Vira.
“Kenapa?”
“Ehm, tidak jadi.” Kiran menduga Vira tidak ada hubungannya dengan rencana jahat Indra.
***
Sudah dua hari sejak Yudis berada dalam perawatan rumah sakit. Kondisinya sudah lebih baik, tapi tidak belum bisa melakukan aktivitas berat dan yang terutama adalah tidak boleh stress. Tekanan darahnya cukup tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.
Hanya Narita yang menemani di rumah sakit dan Iwan yang datang jika dibutuhkan. Erlan dan Emran fokus pada aktivitasnya seperti biasa. Kiran hanya berada di kamar, menghindar dari kedua adiknya. Perasaan untuk Indra sudah pupus entah kemana, padahal sebelumnya rasa itu sangat menggebu bahkan sudah membayangkan bagaimana kebahagiaan merajut asa dengan berumah tangga bersama pria itu. Kata pepatah tentang rasa cinta dan benci itu sangat tipis ternyata Kiran merasakannya. Awalnya dia mencintai Indra, tapi sekarang berubah menjadi … benci.
Sedangkan di rumah sakit, Yudis memanggil Brama dan juga Iwan. Tentu saja menanyakan masalah yang mereka hadapi. Meskipun Narita sempat protes karena khawatir dengan kesehatan Yudis, tapi tidak bisa berkutik karena sifat keras suaminya.
“Sudah sejauh mana, usaha yang kalian lakukan?” tanya Yudis yang berbaring di ranjang pasien sambil menatap langit-langit kamar.
Narita duduk di kursi tepat di samping ranjang, sedangkan Brama dan Iwan berdiri. Brama sudah menjelaskan kalau pemberitaan sudah berhasil ditangani dan penjelasan Kiran mengenai foto-foto dan video dengan kesimpulan penjebakan yang dilakukan oleh pelaku.
“Siapa pria itu?”
Brama terdiam, dia ragu menjawab pertanyaan Yudis. Iwan dan Narita bahkan sampai menoleh karena menunggu jawaban Brama.
“Dia orang dekat tuan, masih ada hubungan kerabat dengan keluarga Tuan Yudis.”
“Aku tanya siapa pria itu?” tanya Yudis agak berteriak.
“Mas, tenang. Nanti tekanan naik lagi. Brama, katakan saja siapa pria itu.”
“Indra Jaya.”
Yudis menarik nafasnya dan merem4s dada kirinya yang terasa sakit, Narita bahkan panik dan langsung menghampiri ke ranjang.
“Diam, aku tidak apa-apa,” ujar Yudis lirih. Brama yang hampir menekan tombol darurat, menjauhkan tangannya. “Kalian dengarkan aku.”
“Tidak, kita harus panggil dokter,” usul Narita.
“Aku tidak apa-apa. Brama, bereskan masalah ini. Pisahkan si brengsek itu dari ibunya.”
Yudis bukan anak kecil atau pengusaha amatir, ia sudah paham persaingan kadang akan menghalalkan banyak cara. Tentu saja ia sudah mempersiapkan ancang-ancang untuk menghadapi musuh, bahkan musuh dalam selimut.
Indra sudah diberikan posisi yang lumayan di perusahan, ternyata mencoba main-main. Brama sudah menggerakan orangnya untuk meringkus Indra dan membawanya ke rumah sakit.
Sore hari, Yudis kedatangan seseorang yang menjenguknya dan sudah bisa diprediksi olehnya. Siapa lagi kalau bukan… Lidia. Narita menyambut meskipun dengan pura-pura ramah, rasanya dia ingin menjambak rambut wanita yang berlagak sok anggun.
“Sayang sekali kondisimu sedang tidak baik, tapi ada hal yang harus aku sampaikan,” ujar Lidia. Narita yang berdiri di samping ranjang menatap bergantian pada suaminya dan wanita itu.
Posisi ranjang Yudis agak ditinggikan, dia ingin melihat wajah pihak musuhnya. Saat ini Lidia dan Indra bukan lagi dianggap sebagai kerabat, melainkan musuh.
“Oh, iya. Apa itu?”
“kamu tahu Indra adalah putra dari sepupumu, tapi lihat dia. Tidak mendapatkan seujung jari pun dari keluarganya dan sekarang harus mengabdi seperti babu denganmu.”
“Apa maumu Lidia?”
“Berikan haknya, berikan hak kami.”
“Mas,” tegur Narita karena Yudis berusaha bangkit dan duduk.
“Bagaimana jika kami menolak permintaanmu?”
Lidia tertawa, masih dengan wajah tidak bersalah dan sikap pongah. Bahkan dengan duduk menyilangkan kaki dan tangan bersedekap menatap Yudis dan Narita.
“Aku tidak ingin mengancammu, tapi keberadaan kamu di sini pasti ada hubungan dengan foto-foto mesum putrimu. Benarkan?”
“Ah, jadi ini rencanamu?” tanya Yudis.
“Aku perikan pilihan untuk kalian. Berikan Indra posisi terbaik di perusahaan termasuk juga saham yang seharusnya didapatkan oleh Ayah Indra, maka semua file-file itu aku pastikan akan terhapus.”
“Bagaimana dengan pilihan kedua?” tanya Yudis.
Lidia terkekeh.
“Jangan mengancamku. Dengan berat hati aku sampaikan, Kiran akan viral dengan skandal murahannya dan boom dia akan berubah menjadi artis p0rnografi. Sama seperti ibunya, murahan.”
Rahang Yudis mengeras mendengar penghinaan untuk mendiang istrinya. Meskipun Narita sudah menjadi bagian dari hidupnya saat ini, tapi wanita yang melahirkan Kiran sudah mendapatkan posisi lain di hatinya.
“Terbuat dari apa, hatimu,” gumam Yudis.
Lidia kembali terkekeh malah lebih lama dari sebelumnya.
“Jadi, Yudis. Kamu pilih opsi yang mana?”
“Jangan Mas, jangan berikan apapun yang wanita itu minta. Lihat saja, dia akan terus manfaatkan kamu Mas,” bujuk Narita.
“Diam kamu pel4cur. Seharusnya aku yang ada di posisimu, tapi lihat! Aku malah mendapatkan sepupunya yang pemabuk dan menyedihkan,” ujar Lidia.
“Hentikan Lidia, apa kamu tidak penasaran aku akan pilih opsi yang mana?”
“Silahkan, aku siap mendengar.”
Brak.
Brama datang menyeret seseorang dan menghempaskan tubuh orang itu ke hadapan Lidia.
“Aku pilih opsi ketiga,” ujar Yudis.
“Indra!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
SaYu
baru ini ketemu wanita bodoh nya bukan main
2024-05-02
1
Shyfa Andira Rahmi
begooo bneerrr jdi cewee🤦🤦
2024-03-22
0
🌹 Mommy caeeeem 😍
lanjut
2023-12-18
0