Bab 19. Bincang-bincang Ria.

Fathir menatap ketiga anaknya dengan tajam membuat mereka langsung terdiam dan tidak berani lagi bersuara. Sudahlah dia lelah, tetapi masih harus menuruti keinginan Fayra karena ulah Faiz. Benar-benar hidup yang berat sekali.

"Baiklah, sudah siap. Ayo, kita mulai!" teriak Fayra dengan semangat.

"Assalamu'alaikum Ibu dan Fayra," ucap Fathir, Ezra, Faiz, dan Adel secara bersamaan.

Namun, tadi Adel lupa menyebut ibu membuat papa dan kedua saudaranya langsung menatap dengan tajam.

"Wa'alaikum salam Papa, Kakak Ezra, Kakak Faiz, dan Mbak Adel," jawab Fayra dengan semangat luar biasa. Dia bahkan sampai naik ke atas kursi sangking semangatnya.

Ayun juga menjawab salam suami dan anak-anaknnya dengan semangat. Namun, tawanya tetap saja tidak bisa ditahan dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Fathir dan yang lainnya menghela napas lega saat pelatihan ini sudah berakhir. Untung saja Fayra tidak mendengar ucapan Adel karena tertutup dengan suara yang lainnya, jika tidak maka drama ini belum tamat sampai lebaran.

Mereka semua lalu masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Setelah itu mereka shalat maghrib berjamaah dan kembali berkumpul di dapur untuk menikmati makan malam.

"Tumben hari ini belanja ke mal, Del. Biasanya malas," ucap Ayun sambil menyeruput teh buatan bik Sum yang sangat nikmat dan harum.

"Udah lama aku dan Rachel gak belanja, jadi yah tadi kami ke mal aja," sahut Adel. Dia lalu memasukkan suapan demi suapan makanan ke dalam mulut.

"Apa gak bahaya pergi ke tempat ramai, Del? Berita itu kan baru publis semalam," ujar Ezra dengan khawatir. Dia tidak mau adiknya bertemu dengan wartawan atau pun para penggemar Dante.

"Gak papa kok, aku ke mana-mana pakek masker sama topi. Jadi gak ada yang tahu."

Ezra menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Ayun dan Fathir yang merasa lega jika Adel bisa pergi ke mana pun dengan bebas seperti biasa.

Namun, berbeda dengan Faiz yang sejak tadi hanya diam dan menyimak pembicaraan mereka saja. Sebenarnya dia sudah tahu apa saja yang Adel lakukan hari ini, dan tentu saja dia mengetahuinya dari Rachel.

Bukannya Faiz merasa overprotective atau pun berlebihan pada Adel, hanya saja kakak sulungnya sudah menitipkan gadis itu kepadanya. Apalagi saat ini Ezra sedang sangat sibuk dengan perluasan bisnis, jadi tidak bisa menjaga Adel secara penuh.

"Kau sendiri gimana, Faiz. Udah dapat sekretaris yang pas?" tanya Ayun pada putra sambungnya itu.

Faiz menoleh ke arah sang ibu lalu menggelengkan kepalanya. "Belum, Bu. Belum ada yang pas." Dia menghela napas kasar. Semua wanita yang melamar jadi sekretarisnya terlalu mencolok dan berdandan dengan berlebihan, sungguh dia sangat tidak suka sekali.

"Sabar, bentar lagi pasti dapat," sambung Adel sambil menepuk bahu saudaranya itu. "Oh yah, mingggu depan aku sudah menyelesaikan skripsi tahap akhir. Aku juga sudah mulai mempelajari segala ketentuan untuk Koas, jadi begitu selesai nanti akan mendapat rekomendasi dari profesor."

Fathir dan Ayun tersenyum senang saat mendengar ucapan Adel, begitu juga dengan Faiz dan Ezra. Tidak sia-sia akhir-akhir ini gadis itu selalu begadang untuk menyelesaikan skripsi.

"Alhamdulillah. Jangan lupa banyak istirahat, dan jangan terlalu memaksakan diri, Nak," ucap Ayun sambil tersenyum bangga.

"Iya, Sayang. Kesehatan itu yang paling penting," sambung Fathir.

Adel mengangguk paham dengan apa yang orangtuanya ucapkan. Kemudian mereka juga membahas tentang skripsi Faiz dan perusahaan Ezra yang sekarang sedang berkembang pesat.

Setelah selesai makan malam, Adel langsung ke kamar karena masih ada tugas yang harus diselesaikan. Namun, sebelum itu dia memutuskan untuk membereskan barang-barang belanjaannya dulu yang masih tergeletak di atas kursi.

"Wah, rupanya belanjaanku banyak juga yah," gumam Adel sambil memindahkan paperbag-paperbag itu ke atas karpet.

Adel lalu membuka paperbag itu satu persatu dan meletakkan isinya di karpet. Dia bukan hanya membeli barang-barang keperluannya saja, tetapi perlangkapan orangtua dan saudara-saudaranya juga. Terutama adik bungsunya yang tidak akan pernah ketinggalan.

"Dia pasti akan sangat menggemaskan kalau pakai baju ini," ucap Adel sambil mengangkat baju berwarna merah terang dengan gambar kusing dibagian tengahnya.

Saat sedang khusyuk membuka paperbag-paperbag itu, tiba-tiba Adel mendengar suara ketukan dipintu. Dengan cepat dia beranjak dari karpet untuk melihat siapa yang datang.

"Hem, ada apa?" tanya Adel saat sudah membuka pintu dan melihat keberadaan Faiz.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Faiz sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Dia lalu menggelengkan kepalanya saat melihat barang-barang Adel berserakan di atas karpet.

"Gak ada, aku cuma lagi nyusun barang," jawab Adel sembari kembali duduk di atas karpet. Namun, dia tidak menutup pintu kamarnya dan tetap dibiarkan terbuka seperti itu.

Faiz lalu ikut duduk di samping Adel sambil memperhatikan barang-barang apa saja yang dibeli oleh gadis itu. Kemudian dia mengernyitkan kening saat Adel memberikan sebuah kotak padanya.

"Ambillah, tadi kulihat modelnya bagus," ucap Adel sambil memberikan sebuah kotak berwarna hitam pada Faiz.

Faiz segera menerima kotak itu lalu membukanya. "Dasi yah?" Dia tersenyum senang saat menerima hadiah dari Adel.

"Iyah, biar kau semangat kerja," jawab Adel. "Aku juga beli dasi untuk papa dan kakak. Cobak lihat deh, bagus gak?"

Faiz segera membuka dua kotak berisi dasi yang ada dihadapannya. Kemudian dia memberikan dua jempol untuk Adel karena sudah membelikan dasi-dasi yang sangat bagus untuk mereka.

"Oh yah, tadi siang gimana?" tanya Faiz seraya melingkarkan dasi itu keleher karena berniat untuk mencobanya.

"Hem, apanya yang gimana?" Adel balik bertanya karena tidak mengerti.

"Gimana pertemuannya dengan laki-laki itu? Jangan-jangan kalian jodoh lagi," ucap Faiz sambil tergelak.

"Jangan gila deh!!" balas Adel dengan kesal sambil memukul lengan Faiz. "Cih, kau pasti tau dari Rachel kan" Dia menatap laki-laki itu dengan sebal.

Faiz menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Dia harus selalu menjagamu, dan juga mengawasimu dari laki-laki itu. Apa harus kutemui supaya dia gak mengganggumu lagi?"

Adel langsung menggelengkan kepalanya untuk membantah ucapan Faiz. "Gak perlu, dia gak akan buat masalah lagi kok. Sekarang kan kami berteman."

"Apa, berteman?" pekik Faiz dengan kaget. Kedua matanya membulat dan menatap Adel dengan tajam.

Adel terkejut saat melihat reaksi Faiz. Bukannya laki-laki itu sudah tahu tentang semua itu dari Rachel, tetapi kenapa kenapa Faiz sangat terkejut seperti itu?

"Ya Allah ... Mampuslah aku. Rachel pasti gak cerita tentang masalah ini, lalu sekarang aku menggali kuburanku sendiri."

Tbc.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

waduh ternyata si Rachel jadi 'mata" nya' Faiz nih😆😆

2024-01-10

1

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

Senangnya punya keluarga yang saling melengkapi

2023-12-21

0

Sulimah Sulimah

Sulimah Sulimah

kabrny Evan gmna y ko aku ktinggalan kabar evan.ap msih SM Sherly dn ank y ap sudah menikah lg sm wanita lain🙏

2023-12-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!