Bab 18. Ulah Sih Kecil.

Adel menghela napas kasar saat kembali teringat dengan apa yang terjadi di masa lalu, bahkan dadanya terasa berdenyut sakit karena masih ada saja bekas luka yang tersisa.

"Astaghfirullah. Aku sudah berjanji untuk tidak mengingatnya lagi, ya Allah. Aku tidak boleh seperti ini." Adel beristighfar beberapa kali untuk menenangkan diri dan menghilangkan segala pemikiran buruk yang ada dalam kepalanya.

Tidak berselang lama, sampailah mereka ke tempat tujuan. Dengan semangat empat lima, Adel dan Rachel memasuki mal dan bersiap untuk membeli apapun yang mereka inginkan. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, make up, atau segala perlengkapan wanita.

Tidak seperti kebanyakan wanita lain, Adel dan Rachel sangat jarang sekali berbelanja. Mereka bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ke mal, apalagi saat ini kegiatan mereka sangat banyak sekali.

"Aaah, aku mau beli itu!" ucap Rachel dengan mata berbinar-binar saat melihat gaun yang sudah lama dia inginkan terpajang di patung toko.

"Ayo masuk, kita borong semuanya!" ajak Adel sambil menggandeng lengan Rachel. Mereka berdua lalu mulai memilih-milih pakaian yang akan dibeli, begitu juga dengan barang-barang yang lainnya.

***

Tidak terasa, sudah dua jam Adel dan Rachel berada di mal itu, bahkan tangan mereka sudah dipenuhi dengan paperbag yang berisi berbagai jenis barang.

"Wah, lihat itu," pekik Rachel sambil menunjuk ke arah sebuah potret seorang lelaki yang menempal di atas toko pakaian khusus lelaki, membuat Adel ikut mendongakkan kepalanya. "Gila, Dante badas banget sih." Dia merasa sangat terpukau saat melihat penampilan Dante dalam foto itu.

Adel juga membulatkan kedua matanya saat melihat foto Dante. Benar apa yang Rachel bilang jika laki-laki itu sangat badas dan keren sekali, benar-benar membuat semua kaum hawa terpesona.

"Lihat, itu Dante. Oh, dewaku selalu saja tampan paripurna," seru seorang wanita yang berdiri di belakang Adel dan Rachel membuat mereka tersentak kaget.

"Iya benar. Dewa Dante memang selalu sempurna. Lihat bibirnya itu, pasti nikmat sekali kalau dicekup. Haha," ucap yang lainnya sambil tertawa renyah.

Kedua mata Adel langsung mendelik saat mendengar ucapan wanita-wanita itu. Seketika bayangan wajah Dante melintas dalam benaknya, terutama bibir laki-laki itu yang sangat seksi sekali.

"Dasar sinting. Kenapa aku jadi membayangkan bibirnya?" Adel langsung menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir setan mesum yang ada dalam pikirannya. Kemudian dia bergegas mengajak Rachel untuk pergi dari tempat itu.

Sementara itu, di tempat lain terlihat Faiz baru saja pulang dari perusahaan. Hari ini ada banyak sekali pekerjaan yang harus di selesaikan, belum lagi bimbingan skripsi untuk tugas akhir kuliahnya.

"Assalamu'alaikum, Bu," ucap Faiz sambil berjalan ke arah ibunya yang sedang duduk di ayunan bersama dengan Fayra.

"Wa'alaikum salam, Faiz. Kau baru pulang Nak?" balas Ayun.

Faiz menganggukkan kepalanya lalu menyalim tangan sang ibu. "Hey, jelek. Kenapa gak jawab salam kakak sih?" Dia lalu beralih mengganggu adiknya yang sedang fokus menggambar.

Sekilas Fayra mendonggakkan kepalanya untuk melihat ke arah sang, kemudian dia kembali menunduk.

"Kakak kan gak ngucapkan salam untukku, Kakak cuma salam ibu aja," ucapnya sambil cemberut membuat kedua pipinya yang gembul semakin membulat.

Ah, Faiz baru sadar jika tadi dia hanya menyebut ibunya saja pada saat mengucap salam, sementara Ayun tampak menggelengkan kepala saat mendengar ucapan sang putri tercinta.

"Kalau gitu kakak ulang yah. Coba, Adek liat sini," perintah Faiz membuat Fayra langsung melihat ke arah sang kakak dengan tubuh tegak.

"Kakak jalan dari sana lah, kan kecek-keceknya baru pulang," perintah Fayra gantian sambil menunjuk ke arah di mana mobil sang kakak terparkir.

Ayun langsung tertawa saat mendengar perintah putri bungsunya itu, sementara Faiz mencebikkan bibir sebal sambil berjalan malas ke arah mobil.

"Okey, kalau gitu kakak jalan yah," teriak Faiz saat sudah berdiri di samping mobilnya.

"Iya iya," balas Fayra sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tawa Ayun semakin lebar saat melihat apa yang sedang anak-anaknya lakukan, begitu juga dengan Fathir dan Ezra yang baru saja sampai di tempat itu.

"Assalamu'alaikum Fayra, kakak pulang," ucap Faiz sambil berakting seakan-akan dia baru pulang dari kantor.

"Wa'alaikum salam Kakak Faiz yang tampan sekali. Yeay, Kakak pulang!" balas Fayra dengan bahagia sekali seolah sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan sang kakak. "Tapi, kenapa Kakak gak salam ibu juga? Dasar Kakak gak betul betul betul. Sana, ulangi lagi." Dia menatap kakaknya dengan tajam sambil kembali menunjuk ke arah mobil.

"Apa?" Faiz memekik tidak terima dengan apa yang adiknya lakukan. "Kenapa kakak harus ulangi lagi, tadi kan katanya kakak cuma salam sama Fayra aja?" Dia ikut menatap Fayra dengan tajam.

Fayra tetap tidak terima dan menyuruh kakaknya untuk kembali ke mobil. Kebetulan papa dan kakak sulungnya juga sudah pulang, jadi dia menyuruh ketiga lelaki itu untuk berbaris di sana.

"Sayang, kenapa papa juga disuruh kayak gini sih?" tanya Fathir dengan sebal. Tahu gitu tadi dia langsung saja masuk ke rumah dan tidak melipir ke taman.

"Papa kan juga baru pulang, jadi Papa harus salam juga," jawab Fayra dengan sangat bijak sekali.

Ayun sampai tertawa terbahak-bahak saat melihat raut wajah sang suami, begitu juga dengan Ezra dan Faiz yang sedang berbaris layaknya seorang prajurit yang sedang dihukum oleh pimpinan mereka. Air matanya bahkan sampai keluar karena terlalu banyak tertawa, lalu perutnya juga terasa kram dan kaku.

Bukan hanya Ayun saja yang tertawa melihat semua itu, tetapi para pembantu, tukang kebun, bahkan sampai petugas keamanan tampak menutup mulut mereka dengan kepala tertunduk karena menahan tawa.

Adel yang juga baru pulang dan keluar dari mobil, tampak mengernyitkan kening heran saat melihat papanya dan kedua saudaranya sedang berbaris di samping mobil. Dengan cepat dia menghampiri mereka sambil membawa barang-barang belanjaannya.

"Apa Papa, dan kakak Ezra, dan Kak Faiz sudah siap?" teriak Fayra sambil melambaikan tangannya, membuat Fathir dan kedua putranya menghela napas lelah.

"Apa yang Papa lakukan?" tanya Adel saat sudah berdiri di samping sang papa, membuat ketiga lelaki itu langsung menoleh ke arahnya.

Belum sempat Fathir menjawab, suara Fayra sudah kembali menggelegar. Gadis kecil itu juga menyuruh Kakak perempuannya untuk berbaris dengan yang lainnya, lalu mengucap salam jika sudah mendapat aba-aba.

"Sebenarnya ini kenapa sih?" tanya Adel dengan bingung.

"Sudah diam saja. Abis ini kita buat perhitungan sama Faiz."

"Apa? Kenapa aku sih?" ucap Faiz dengan tidak terima saat mendengar ucapan sang kakak.

"Diam kalian semua!"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ternyata punya adik yang masih kecil jadi seru yah dan membuat warna dalam keluarga mereka😉😉😉

2024-01-10

0

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

Fayra lucu sekali... hahaha
semuanya pada nurut.

2023-12-21

0

sum mia

sum mia

bhahahaha.... di keluarga ini yang paling berkuasa si Fayra , semua tunduk sama si comel....mantap.... kecil-kecil cabe rawit .
lanjut kak ... semangat dan sehat slalu

2023-12-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!