Lian segera melajukan mobil itu untuk mengikuti mobil berwarna putih di depannya, dia yakin sekali jika mobil tersebut adalah mobil yang tadi di naiki oleh Adel, walaupun dia tidak yakin apakah sekarang yang ada di dalam mobil itu apakah gadis itu atau tidak.
Dante sendiri hanya menghela napas kasar sambil menyandarkan tubuhnya. Terserahlah, dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang Lian lakukan saat ini. Apalagi pikirannya sedang berada di tempat lain.
Sementara itu, di dalam mobil terlihat Adel sedang bersama dengan Rachel. Setelah sampai di rumah, dia kembali pergi untuk mengantar temannya itu karena ada sesuatu hal yang mendesak, sekaligus menjemput adik bungsunya di TK.
Awalnya Faiz dan sang ibu melarang Adel untuk pergi, apalagi masih banyak wartawan yang berkeliaran untuk mengawasinya. Namun, dia berjanji untuk langsung pulang dan tidak pergi ke manapun setelah mengantar Rachel dan menjemput Fayra.
"Kau gak mampir dulu, Del?" tawar Rachel saat sudah sampai di halaman rumahnya. Tiba-tiba saja tadi dia mendapat telepon dari sang mama kalau ada saudara mereka yang masuk rumah sakit, itu sebabnya dia harus segera pulang saat ini juga.
"Makasih, Ra. Lain kali aja, adikku pasti sudah pulang sekarang," tolak Adel dengan halus.
Rachel mengangguk paham. Dia lalu mengucapkan terima kasih karena sudah diantar oleh Adel, dia juga meminta maaf karena harus segera pulang seperti ini.
Setelah mengantar Rachel, Adel segera pergi menuju sekolahan sang adik. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, itu artinya Fayra sudah keluar dari kelas.
Tidak butuh waktu lama untuk Adel sampai ke tempat tujuan karena memang jarak rumah Rachel dan sekolah Fayra cukup dekat. Dia segera memarkirkan mobilnya dan berlalu pergi ke ruang kelas sang adik.
"Fayra!" panggil Adel saat melihat Fayra berjalan keluar dari ruang kelas.
Fayra langsung menoleh ke arah kanan saat mendengar panggilan seseorang. "Mbak!" Dia merasa terkejut saat melihat keberadaan sang kakak, lalu segera berlari untuk menghampirinya.
"Jangan lari-lari, nanti jatuh," tegur Adel saat melihat Fayra berlari ke arahnya. Dia lalu menangkap tubuh mungil sang adik dan langsung mengecup pipi bulat Fayra dengan gemas.
"Kok Mbak yang jemput, ibu mana?" tanya Fayra sambil menyerahkan tas sekolahnya pada sang kakak.
Adel langsung berdecih saat melihat apa yang adiknya lakukan. "Dasar, bawa sendiri tasmu sana, memangnya Mbak babumu." Dia menggerutu sebal, tetapi walau begitu dia tetap memegang tas adiknya tersebut.
"Gak mau, capek," sahut Fayra sambil mencebikkan bibirnya. Dia lalu melambaikan tangan ke arah temannya yang juga sedang melambai ke arahnya. "Dada, besok kita main rumah-rumahan lagi yah." Dia berteriak dengan semangat membuat Adel terjingkat kaget.
"Heh, jangan teriak-teriak di sekolah. Nanti kena marah guru loh," tegur Adel kembali sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia segera menggandeng tangan Fayra lalu membawa adiknya itu ke mobil.
Fayra langsung menyandarkan tubuhnya yang super lelah ke sandaran kursi. Padahal kerjanya hanya duduk, belajar, bermain, dan juga makan, tetapi rasanya sangat lelah sekali.
"Mbak, kita beli es krim dulu yuk!" ajak Fayra sambil menatap sang kakak penuh semangat, wajahnya tampak berbinar-binar karena tidak sabar untuk menikmati lezatnya es krim. "Aku mau yang coklat, terus pakek strawberry juga. Terus tambah-"
"Enggak-enggak, kita gak boleh beli es krim. Kita harus segera pulang," potong Adel sambil menghidupkan mesin mobilnya.
Wajah cerah Fayra seketika langsung suram dengan bibir mengerucut saat mendengar ucapan sang kakak. Padahal dia sampai menelan salive karena tidak sabar merasakan enaknya es krim saat melewati tenggorokan, tetapi kakaknya malah melarang.
"Kan cuma beli es krim, aku mau es krim pokoknya!" ucap Fayra dengan tidak peduli. Pokoknya dia hanya mau es krim dan tidak mau pulang sebelum membelinya.
Adel menghela napas kasar melihat keinginan sang adik. Kalau sudah seperti ini, adiknya itu pasti akan menangis jika tidak dibelikan, lalu nanti dia juga yang akan dimarahi oleh ibu mereka karena sudah membuat gadis kecil keras kepala itu menangis.
"Beli es krim yah Mbak ... ya ya ya ya?" rayu Fayra sambil memasang wajah puppy eyesnya dan menggoyang-goyangkan lengan sang kakak.
Adel langsung mencubit kedua pipi Fayra dengan gemas saat melihata apa yang adiknya itu lakukan. Benar-benar deh, Fayra sangat pintar sekali meluluhkan hati semua orang dengan wajah menggemaskannya itu.
"Iya iya, tapi sebentar aja yah. Awas kalau lama, nanti mbak tinggal kau di sana," ucap Adel menakut-nakuti.
Senyum lebar langsung terbit diwajah Fayra saat mendengar ucapan kakaknya. "Iya-iya, kita sebentar aja." Dia bersorak senang karena keinginannya dikabulkan oleh sang kakak.
"Kalau gitu cium dulu dong," pinta Adel sambil menunjuk-nunjuk pipinya, membuat Fayra langsung mendekat lalu mengecup pipi tersebut. "Aaah, gemas kali sih adikku ini." Dia langsung menyerang Fayra dengan jurus ciuman maut membuat adiknya itu tertawa terbahak-bahak.
Dari kejauhan, Dante dan Lian terus memperhatikan mobil Adel walaupun tidak bisa melihat apa yang gadis itu lakukan. Tidak sia-sia sejak tadi mereka mengikuti mobil itu, karena ternyata memang Adellah yang sedang berada di dalamnya.
"Cih, aku merasa sudah seperti seorang penguntit sekarang," ucap Dante dengan kesal. Dia merasa malu dengan dirinya sendiri karena sudah melakukan hal seperti ini. Kenapa seorang Dante yang mendapat julukan the king of visual malah menjadi seorang penguntit kayak gini sih?
"Diamlah, ini satu-satunya cara untuk bicara dengan gadis itu. Kita tidak bisa menyuruh orang lain, apalagi sampai berani menyentuhnya. Kalau keluarganya tahu, kita bisa mati," balas Lian sambil bergidik ngeri, apalagi saat mengetahui tentang rumitnya keluarga Adel.
"Apa kau pikir kita bakal selamat, kalau keluarganya tahu kita menguntitnya kaya gini?" tukas Dante denga tajam. "Cih, kenapa pula aku harus berurusan dengan mereka." Kepalanya kembali berdenyut sakit.
Tanpa memperdulikan ocehan Dante, Lian segera melajukan mobilnya untuk mengikuti mobil Adel yang sudah beranjak pergi, sampai akhirnya mereka berhenti di depan sebuah kedai es krim.
"Ayo, kita turun!" ajak Adel saat sudah sampai di tempat tujuan.
Dengan semangat, Fayra segera keluar dari mobil lalu mengikuti kakaknya untuk masuk ke dalam kedai es krim tersebut. Terlihat suasana kedai masih lumayan sepi karena memang biasanya orang-orang menikmati es krim saat siang atau sore hari.
Dante dan Lian juga bersiap keluar dari mobil sambil memakai topi serta masker agar tidak ada orang yang mengenali mereka.
Sesampainya di dalam, Fayra dan Adel segera menyapa sang pemilik kedai es krim itu karena memang mereka saling kenal, tentu saja kedatangan mereka disambut dengan sangat baik dan hangat sekali.
"Duduklah, tante akan segera menyiapkan pesanan kalian," ucap Sherly sambil mengusap puncak kepala Fayra dengan gemas. "Oh yah, tante ada menu es krim baru yang sangat enak, apa Fayra mau mencobanya?"
Fayra langsung menganggukkan kepala dengan semangat. "Mau, Fayra mau es krim rasa baru." Kedua matanya tampak berbinar-binar.
Sherly dan Adel langsung tertawa gemas saat melihatnya, kemudian Adel mengajak Fayra untuk duduk di sudut ruangan sambil menikmati suasana saat ini.
"Permisi, apa kami boleh duduk di sini juga?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
itu ko si Adel ga dikawal yah sama suruhan papa nya,,,
2024-01-10
0
Sulimah Sulimah
aws ajh nie Dante ktahuan LG SM wartawan mkin heboh nanti brtnyaa.
2023-12-21
0
sum mia
eh.... ngeyel ya...pengen ya... biar ketahuan wartawan dan berita makin heboh , so... Liam bener-bener cari masalah , awas sampai ketahuan keluarganya Adel habis kalian ,
lanjut kak semangat dan sehat slalu
2023-12-18
2