Bab 12. Merasa Lebih Nyaman.

Setelah mendapat ancaman dan peringatan keras dari Fathir, tidak ada satu pun berita tentang Adel dan Dante lagi yang muncul di televisi. Berita itu benar-benar raib dan hilang ditelan bumi, membuat orang-orang merasa penasaran dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.

Seperti hari ini, teman-teman sekelas Adel terlihat sangat heboh menanyakan tentang kebenaran antara hubungannya dan Dante. Bahkan mahasiswa lain juga berkerumun di depan ruangan mereka untuk mendapatkan berita itu.

"Udah kubilang kalau dia itu bukan siapa-siapa, dan aku sama sekali tidak ada hubungan dengannya!" ucap Adel dengan kesal. Ingin sekali dia menjambak mulut mereka semua yang terus bertanya tentang ini dan itu.

"Ah, kau memang gila, Del. Dante itu sangat tampan loh, wajahnya itu benar-benar sempurna. Dia juga sangat terkenal dan populer. Apa kau benar-benar tidak ada hubungan dengannya?" tanya teman Adel yang lainnya.

Adel menghela napas frustasi. Haruskah dia memaki mereka semua agar pergi dan menutup mulut mereka masing-masing?

Melihat raut wajah Adel yang tampak sangat marah dan kesal, Rachel segera turun tangan dan menyuruh semua orang untuk diam.

"Sudahlah, kenapa kalian membahas berita itu terus sih? Memangnya kalian pikir semua berita yang ada di TV itu benar, hah?" hardik Rachel dengan sarkas. "Kalau kalian gak sengaja ketemu sama Ronaldo, terus ada yang memfotonya dan jadi berita di TV. Apa itu berarti kalian adalah selingkuhannya?" Teriakannya menggema di dalam ruangan itu membuat semua orang tersentak kaget.

"Ya, gak gitu juga sih. Tapi kalau seandainya dia mau denganku, aku rela jadi selingkuhannya. Hahaha."

"Iya benar, laki-laki sempurna sepertinya mana ada lagi di dunia ini," seru yang lainnya.

Adel dan Rachel benar-benar bisa gila mendengar semua ocehan mereka. Bukannya diam, mereka malah semakin menjadi-jadi padahal sudah diberi penjelasan oleh Rachel. Dasar netizen julid!

"Cih, Faiz juga gak kalah tampan kok dari Dante. Malah bisa digapai lagi," ucap Amy yang ternyata sejak tadi juga ada di dalam ruangan itu.

Adel dan Rachel langsung menoleh ke arah belakang saat mengenali suara Amy, tidak disangka wanita itu juga ada di tempat ini.

"Tapi hebat juga kau bisa bertemu dengan Dante, padahal katanya laki-laki itu selalu dikawal dengan bodyguard," sambung Amy. "Yah apapun itu, semoga kau dan dia baik-baik saja." Dia lalu beranjak pergi dari ruangan itu bersama dengan teman-temannya.

Adel tercengang dengan tatapan tidak percaya saat mendengar ucapan Amy. Wanita yang selalu menatapnya dengan sinis dan berkata kasar, kenapa sekarang malah bersikap seperti ini? Apa wanita itu sudah gila?

"Benar, kami juga mendo'akan yang terbaik untukmu, Del. Semoga kau berjodoh dengan Dante, terus aku berjodog dengan Faiz. Haha," seru teman Adel yang lain.

Wanita itu langsung mendapat teriakan dan hujatan dari semua orang yang ada di dalam ruangan itu, tetapi dia sama sekali tidak peduli dan membalasnya dengan makian.

Adel hanya diam dan sama sekali tidak menanggapi ucapan mereka, tetapi entah kenapa perasaannya menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Apalagi tidak ada tatapan sinis dan iri lagi yang biasanya para wanita layangkan ke arahnya.

Tidak berselang lama, datanglah dosen ke dalam ruangan itu membuat semua orang langsung bubar dan mencari kursi masing-masing, sementara yang lainnya segera berlari keluar dari tempat itu.

***

Tidak terasa, sudah empat jam berlalu dan mata kuliah pagi ini akhirnya selesai. Adel menggeliatkan tubuhnya yang terasa pegal karena duduk terus, apalagi lehernya juga terasa kaku akibat terlalu fokus memperhatikan studynya.

"Ah, capeknya," keluh Rachel sambil meluruskan kaki, kepalanya bahkan terasa panas karena terus dipaksa untuk berpikir.

"Bagaimana kalau kita ke mal? udah lama juga gak ke sana," ajak Adel. Dia ingin merefreshingkan kepalanya dengan belanja-belanja.

"Ayo ayo, aku setuju!" seru Rachel dengan semangat. Dia juga sudah lama tidak ngemal, kebetulan ada banyak barang yang ingin dia beli. "Tapi apa kau gak papa, Del? Di mal kan ada banyak orang, nanti kalau mereka mengenalimu gimana?" Dia merasa khawatir.

Adel terdiam. Benar juga, bisa saja nanti ada seseorang yang mengenalinya dan bertanya tentang masalah Dante. Cih, benar-benar tidak ada habisnya.

"Nanti aku pakai topi sama masker, mereka pasti gak akan tahu," ucap Adel.

Rachel mengangguk setuju. Kemudian mereka berdua beranjak keluar dari kelas menuju parkiran di mana mobil Adel dan Rachel berada.

Semua orang tampak melirik ke arah Adel saat dia dan Rachel berjalan ke arah parkiran. Tentu saja hal ini sudah biasa terjadi, tetapi sepertinya ada yang berbeda dari tatapan orang-orang itu.

"Ternyata ini bukan hanya perasaanku saja. Mereka benar-benar tidak lagi menatapku dengan sinis dan penuh iri dengki, tapi lebih kepada penasaran. Apa mungkin karena beritaku dan Dante?" Adel terus memperhatikan orang-orang yang juga melihat ke arahnya, lalu senyum tipis terbit di bibirnya karena merasa senang sebab tidak ada lagi yang melihatnya dengan tatapan jahat.

"Lihat, semua orang melihat ke arahmu, Del. Aku sampai susah napas jadinya," ucap Rachel sambil melihat ke kanan dan kiri di mana orang-orang terus melihat ke arah mereka.

"Biar saja, anggap saja kalau kita artis, makanya diliatin kayak gitu," balas Adel sambil tertawa.

Rachel menatap Adel dengan heran saat melihat gadis itu tertawa. Padahal selama ini Adel sangat benci menjadi pusat perhatian seperti ini, terlebih lagi jika ada wanita bermuka dua yang mencari perhatian.

"Lihat, dia gerombolannya Veni, kan. Tumben mereka gak menyapamu, biasanya ramah kali kek orang jualan," seru Rachel sambil menunjuk ke arah kerumunan wanita yang ada di samping kanan mereka dengan mulutnya.

"Mungkin dia lelah, tapi baguslah," sahut Adel. Dia senang karena tidak ada lagi yang mencari perhatiannya dengan pura-pura baik, bahkan sebagian yang bertemu dengannya hanya tersenyum saja dan tidak menyapa secara berlebihan seperti dulu. Namun, kenapa hatinya merasa sangat senang hanya karena hal sepele seperti itu? Rasanya seperti beban dan kekesalan dalam hatinya menguap begitu saja.

Mereka lalu masuk ke dalam mobil Adel dan beranjak pergi menuju mal. Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita panjang lebar sambil tertawa kencang, seperti tidak ada beban dan masalah yang harus dipikirkan.

"Kita makan di restoran dulu ya, aku lapar," ucap Adel sambil membelokkan mobilnya ke sebuah restoran terkenal yang ada di kotanya.

Rachel mengangguk. Mereka lalu keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam restoran karena sudah sama-sama merasa lapar.

Namun, tiba-tiba langkah Adel terhenti saat melihat keberadaan seseorang. "Loh, itu bukannya laki-laki yang semalam bersama dengan Dante?"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ketemu si Lian dunk Del berarti kamu

2024-01-10

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

wah Adel ketemu Rian nih

2023-12-19

0

sum mia

sum mia

namanya Liam Adel .... asistennya Dante , ah...kau itu , masih muda tapi gak ingat.... jangan kudet ya Adel..... malu tauuuu.... dan siap-siap aja disamperin kamu Del... pasti minta jadi pacar Dante lagi .
lanjut kak....makasih banget pokoke , semangat dan sehat slalu

2023-12-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!