Adel melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan di mana Rachel berada. Namun, langkahnya terpaksa berhenti karena ada seseorang yang menarik tangannya. Dengan cepat dia berbalik dan menatap Dante dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!" ucap Adel dengan tajam saat tangannya dicekal oleh Dante.
"Kenapa kau pergi begitu saja, Adel?" tanya Dante dengan heran, dia bahkan tidak mengerti kenapa tiba-tiba gadis itu ada di tempat ini.
Adel terdiam karena tidak bisa menjawab ucapan Dante, dia merasa bersalah karena sudah melihat pertengkaran laki-laki itu.
"Oh, jadi wanita ini yang sedang digosipkan dekat denganmu yah, Dante."
Dante langsung melirikke arah belakang saat mendengar ucapan Jhordy, sementara Adel terus berusaha melepaskan cekalan tangan Dante yang mulai membuat tangannya berdenyut sakit.
"Kenapa, apa kau ingin mengatakan jika dia juga milikmu, hah?" tantang Dante. Dia lalu menarik tangan Adel membuat tubuh gadis itu langsung mendekat ke tubuhnya sendiri.
Adel tersentak kaget dengan kedua mata membelalak lebar saat melihat apa yang Dante lakukan, sementara Dante sama sekali tidak peduli dan malah melingkarkan tangannya di pingging Adel.
"Kau-"
"Apa-apaan ini?" tanya Lian yang baru saja kembali ke tempat itu setelah bicara dengan manager restoran itu. Dia harus mengamankan cctv dan para pegawai supaya tidak membuat gosip baru.
Adel yang akan bicara terpaksa menghentikan ucapannya saat melihat kedatangan Lian. Tidak, dia tidak boleh tetap berada di tempat ini atau nanti akan kembali terlibat masalah dengan Dante.
"Wah, Lian. Apa kau yang mencarikan wanita itu untuk Dante?" tanya Jhordy dengan nada ejekan. "Sangat cocok sekali dengannya, sama-sama ... Yang begitulah." Dia tertawa seolah meremehkan Adel.
Kedua mata Adel berkilat marah saat mendengar ucapan laki-laki itu. Sebenarnya siapa dia, kenapa seenaknya saja menghina orang lain seperti ini?
"Adel, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rachel yang baru saja keluar dari ruangan. Dia merasa cemas karena sudah lebih dari 10 menit, tetapi Adel tidak kembali juga. Itu sebabnya dia memutuskan untuk keluar dan melihatnya.
Sekarang lengkap sudah semua orang yang berkumpul di tempat itu membuat kepala Adel berdenyut sakit. Dengan cepat dia mendorong tubuh Dante sampai membuat pegangan laki-laki itu terlepas.
"Tunggu, Adel. Kita-"
"Diam!" potong Adel dengan tajam membuat ucapan Dante langsung terhenti. Dia lalu melihat ke arah laki-laki yang tadi sempat meremehkannya. "Dengar, aku tidak tahu kau siapa, dan aku juga tidak peduli. Tapi jika sekali lagi kau meremehkanku, maka aku tidak akan tinggal diam."
Jhordy tersenyum miring saat mendengar ucapan Adel, sementara yang lainnya hanya diam di tempat mereka sambil melihat apa yang sedang terjadi, terutama Rachel yang merasa bingung dan syok dengan semua itu.
Tidak mau semakin pusing, Adel lalu menarik Rachel untuk menjauh dari mereka semua, lebih tepatnya untuk pergi ke toilet karena dia sudah benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
"Hebat sekali ucapanmu itu, gadis kecil. Kau pikir kau sudah sangat mengenal Dante?" ucap Jhordy membuat langkah Adel lagi-lagi terhenti. "Dia itu seorang playboy, dia bahkan tega merebut kekasih dari sahabatnya sendiri. Apa kau tidak-"
"Tutup mulutmu, bangs*at!" bentak Dante sambil mencengkram kerah kemeja Jhordy, membuat Lian dan Eveline tersentak kaget.
"Kenapa? Aku kan hanya mengatakan kebenaran tentangmu saja," ucap Jhordy dengan santai.
Dante benar-benar tidak bisa lagi menahan diri dengan semua perbuatan yang Jhordy lakukan. Persetan dengan janji yang sudah dia buat pada mendiang ayah laki-laki itu, yang jelas dia harus memberi pelajaran pada bajing*an sepertinya.
"Wajar saja kalau Dante menjadi playboy, wajah dan tubuhnya sangat mendukung. Tapi kalau kau yang jadi playboy baru tidak mungkin, wajahmu saja masih kalah tampan darinya. Tubuhmu juga lebih pendek," balas Adel dengan tajam dan penuh penekanan.
Wajah Jhordy langsung memerah saat mendengar ucapan Adel, sementara Dante sendiri tercengang karena tidak menyangka jika Adel akan berkata seperti itu.
Adel langsung masuk ke dalam toilet karena sudah benar-benar tidak bisa lagi menahannya. Untung saja dia sempat membuka celana, jika tidak maka malulah dia.
"Kenapa tiap hari aku selalu susah gini sih?" gerutu Adel sambi mengusap wajahnya dengan kasar. "Terus kenapa tadi aku ikut campur cobak, aturan kan aku diam aja." Dia merasa menyesal karena sudah ikut campur dengan masalah Dante.
Setelah Adel masuk ke dalam toilet, Jhordy langsung menarik tangan Eveline dan membawa wanita itu pergi. Dia merasa sangat marah dan malu sekali dengan apa yang Adel katakan, padahal ketampanan dan tubuhnya tidak lebih buruk dari Dante.
"Sebenarnya siapa gadis itu? Berani sekali dia membandingkan wajah dan tubuhku dengan Dante!" Jhordy benar-benar merasa tidak terima.
Sementara itu, Dante tampak senyum-senyum sendiri karena merasa senang dengan pujian yang Adel katakan. Padahal sudah banyak sekali orang-orang yang memuji ketampanan serta keindahan tubuhnya, tetapi baru kali ini dia merasa benar-benar bahagia atas pujian itu. Apalagi Adel membandingkannya dengan Jhordy dan membuat laki-laki bangs*at itu merasa malu.
"Dia gadis yang tidak bisa ditebak." Dante menggelengkan kepalanya sambil terkekeh senang.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Dante? Kenapa kau bisa bersama dengan wanita itu?" tanya Lian yang sejak tadi sudah merasa sangat penasaran.
Dante langsung menoleh ke arah laki-laki itu. "Aku juga tidak tahu. Lebih baik kau segera memanggil pelayan untuk membersihkan ruangan itu." Dia menunjuk ke arah ruangan tadi.
Lian menghela napas kasar. Dia lalu berbalik dan segera memanggil pelayan untuk membereskan kekacauan yang sedang terjadi.
"Maaf, Tuan. Apa Anda melihat nona yang ada di ruangan ini?" tanya seorang pelayan sambil menghampiri Dante. Sebenarnya dia merasa takut untuk bertanya, tetapi dia bingung ke mana perginya kedua gadis yang ada di ruangan itu.
"Mereka ada di dalam toilet," jawab Dante. Dia lalu berjalan masuk ke dalam ruangan Adel dan duduk di tempat itu dengan santai.
Pelayan itu lalu meletakkan semua pesanan Adel dan Rachel ke atas meja. Dia melirik ke arah Dante yang sudah duduk dengan santai di tempat itu.
"Apa tidak apa-apa kalau tuan Dante masuk ke sini?" Pelayan itu merasa takut untuk kembali bertanya atau pun menegur Dante. "Ah terserahlah. Toh dia artis terkenal, dia bisa melakukan apapun." Dia lalu beranjak keluar dari ruangan itu sambil menundukkan kepalanya pada Dante.
Dante sendiri sudah memutuskan untuk menunggu Adel di dalam ruangan itu. Apapun yang terjadi, dia harus tetap bicara dengan wanita itu. Apalagi sekarang dia merasa sangat tertarik dengan Adel.
"Aku akan langsung mengatakan kalau aku tertarik padanya, dia pasti tidak akan menolakku lagi."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
semoga aja ga diamuk lagi kamu sama si Adel yah Dante,,,
2024-01-10
0
Nurgusnawati Nunung
jangan terlalu percaya diri Dante...
2023-12-21
0
sum mia
hadeeeechhhhh..... Dante.... Dante.... kepedean banget kamu , emang boleh.... kamu seyakin itu.... kalau adel tidak mungkin menolakmu dan pasti akan menerimamu.... ya gak papa sih ... artis terkenal juga boleh bermimpi kok ya ...
lanjut terus lah thor.... tetap semangat dan moga sehat slalu
2023-12-19
1