Zira sampai di rumah sudah hampir jam 9 malam karna sebelum pulang dia memutuskan untuk membeli beberapa keperluan untuk usaha minuman miliknya
"Assalamu'alaikum" sapa Zira saat memasuki rumah
"Waalaikumsalam, kok malam kali pulangnya Zira?" tanya pak Bayu papa Zira
"Iya pa, tadi beli bahan buat cafe dulu" jelas Zira
"Yaudah kalau gitu kamu mandi abis itu makan ya" titah pak Bayu
"Iya pa" jawab Zira
Zira pun segera melakukan sesuai dengan perintah dari papa nya. Setelah makan dia langsung masuk menuju kamarnya yang ada di lantai dua, di dalam kamar Zira mencoba menyusun strategi untuk mengurus asuransi kesehatan pak Danu.
"Halo mas" sapa Zira ke temannya Dimas
"Iya, kenapa? " balas Dimas jutek, dia tau pasti ada sesuatu makanya Zira menghubungi dia
"Iii kamu tuh kok judes banget sih, temen loh nelpon mau denger suara kok malah jawabnya ketus gitu" jawab Zira sambil memanyunkan bibirnya
"Aku tau maksud dari telpon nona Zira ini apa, apa lagi yang mau di urus sayang?" jawab Dimas lembut
"Hehehe kamu mah paling the best emang, the number one joki lah pokoknya" jawab Zira sambil tertawa
Dimas merupakan teman sekolah Zira, dia bekerja di instansi pemerintah bagian kependudukan, setiap ada masalah dengan urusan surat menyurat bocil-bocil asuhan Zira, dia pasti akan minta tolong ke teman nya ini. Dimas punya relasi yang luas sehingga mudah baginya untuk mengurus masalah yang berkaitan dengan surat menyurat dan inilah yang dimanfaatkan oleh Zira.
"Mau ngurus akte atau kk?" tanya Dimas
"Ini kasus agak berat, besok kita ketemu ya, biar aku enak jelasinnya" tawar Zira
"Oke tapi kamu yang jemput ya, ke kantor" ucap Dimas
"Siap pak" jawab Zira
"Kamu lagi ngapain? " tanya Dimas
"Ya lagi ngomong sama kamu lah, gimana sih, eh uda dulu ya, aku ngantuk, bye assalamu'alaikum" pamit Zira yang langsung mematikan sambungan telp mereka
"Waalaikum" belum sempat Dimas menjawab sudah dimatikan lebih dulu oleh Zira
"Kebiasaan emang ni orang, untung sayang kalau engak entah lah" rutuk Dimas masih memegang handphone nya.
Setelah selesai berbicara dengan Dimas, Zira masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil, ini merupakan kebiasaanya setiap kali mau tidur.
"Ahhh nyamannya, ayo tidur Zira besok kita urus masalah surat menyurat terus pas siap kita lempar ke depan wajah dokter songong itu" monolognya
"Eh tapi sebenernya dia baik juga sih, buktinya dia mau bantu walaupun agak ngeselin di awal" gumam nya lagi
"Ahh bodo amat, saat nya tidur" ucapnya pelan
"Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut." Artinya: "Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati."
Setelah membaca doa tidur Zira pun langsung memejamkan matanya dan tak lama kemudian dia pun sudah masuk ke alam mimpi.
Keesokan paginya
"Zira bangun" suara bu Ica mama Zira memenuhi kamarnya
"Iya ma" jawabnya pelan
"Bangun sholat subuh" ucap bu Ica sambil menguncang tubuh Zira
"Iya ma bentar 5 menit lagi" tawar Zira
"Ngak ada lima menit lima menit, bangun cepat" ucap Bu Ica sambil memukul pantat Zira
"Iya ma Ya Allah, ini bangun" jawab Zira sambil membuka matanya
Setelah memastikan Zira bangun bu Ica pun pergi meninggalkan anak gadis 27 tahunnya itu. Umur Zira memang sudah sangat matang tapi tingkahnya di depan kedua orang tuanya masih seperti anak kecil, dan orang tuanya pun memperlakukannya seperti itu. Jangan harap bisa pulang malam tanpa keikutsertaan salah satu dari orang tuanya, karna dia pasti akan di teror terus menerus, lebih parah dari teror dari pinjol pikirnya. Batas jam malam Zira hanya sampai jam setengah sepuluh, ini lebih lama dibandingkan dulu jam setengah sembilan saja kalau tidak menghubungi dan memberi informasi keberadaannya sudah dicari seperti anak hilang. Seperti itulah perlakuan protektif dari orang tuanya, yang sangat menyayangi anak gadisnya.
Setelah selesai menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim Zira turun ke lantai satu dan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, jobdesk nya adalah bagian cuci mencuci, mulai dari cuci piring hingga cuci kain adalah tanggung jawab dari Zira. Sedangkan untuk urusan memasak menjadi tanggung jawab nyonya rumah yaitu bu Ica. Bukan berarti Zira tidak pandai memasak, dia adalah chef handal di rumah, tapi keahlian itu hanya dapat dinikmati sesekali, sangat eksklusif sekali.
Setelah selesai dengan semua urusan rumah dan sarapan bersama, Zira segera bersiap untuk pergi ke cafe miliknya untuk mengantar bahan-bahan yang sudah dibelinya semalam. Setelah itu dia pergi ke kolam ikan miliknya untuk memastikan semua berjalan lancar.
Jam 11 siang Zira pergi menuju kantor Dimas untuk menjemputnya dan mengajaknya ke salah satu tempat makan untuk makan siang bersama dan membahas masalah surat menyurat yang tadi malam sudah dibahas sedikit.
Sampai di tempat makan mereka langsung memesan dan duduk di kursi yang dekat dengan kolam ikan. Zira pun mulai menjelaskan mengenai permasalahan pak Danu yang tidak punya kartu pengenal dan surat menyurat lainnya karna dia merupakan pendatang di kota tempatnya tinggal dan keadaan pak Danu yang saat ini butuh asuransi kesehatan yang mana asuransi tersebut hanya bisa di urus apabila memiliki kartu pengenal dan surat kependudukan.
"Kalau ngurus semuanya butuh waktu lebih dari dua minggu kayaknya Zira" ucap Dimas setelah mendengar semua penuturan Zira
"Ngak bisa siap dalam seminggu Mas? aku bayar deh coba kamu tanya temen kamu yang kerja disana" jawab Zira
"Kamu bayar pun pasti tetap lebih dari dua minggu siapnya, soalnya itu berproses bukan dari kita tapi dari pusat" jelas Dimas lagi
"Hah sumpah? " kaget Zira
"Tolong lah Mas, gimana caranya supaya bisa cepet, kamu ngomong gitu ke orang pusat kalau ini genting" mohon Zira
"Kamu kira aku siapa yang suaranya bisa didenger sama orang pusat" tolak Dimas
"Mati aku" gumam Zira pelan
"Apa? " tanya Dimas yang samar-samar mendengar Zira bicara
"Kamu ngak bercanda kan Mas? " tanya Zira memastikan
"Ya Allah Zira, selama ini aku bantu kamu emang pernah bercanda? " Dimas balik bertanya
Mendengar penuturan Dimas Zira mengantuk kan kepalanya pelan ke meja, dia bingung harus gimana untuk mengurus asuransi kesehatan pak Danu, kalau sampai lebih dari seminggu asuransi itu belum siap gimana cara dia buat bayar uang dokter Ammar.
Ya Allah bantu hamba mohon Zira dalam hati
Selesai makan Zira langsung mengantar Dimas kembali ke kantornya, dan tetap memintanya untuk mengurus surat menyurat pak Danu, karna saat makan tadi Zira berpikir untuk meminta waktu tambahan ke dokter Ammar.
Saat di perjalanan menuju ke kolam ikannya handphone Zira berbunyi tapi belum sempat diangkat telpon sudah terputus. Setelah itu ada satu pesan masuk ke handphone Zira
Mbak Zira, bapak dioperasi sore ini, Terima kasih mbak karna berkat mbak bapak bisa segera di operasi.
Isi pesan dari bu Marni
Iya bu, saya doakan semoga operasinya lancar dan berhasil, saya ngak bisa datang sekarang buk, ada sedikit urusan, nanti kalau senggang saya kesana
Zira membalas pesan dari bu Marni dan segera menutup ponselnya, saat akan memasukkan ke dalam tas ponselnya kembali berbunyi, satu pesan dari nama kontak Dokter Gila
Rp. 357.501.000
Itu tagihan rumah sakit pak Danu
Isi pesan yang membuat kepala Zira tiba-tiba berdenyut.
...****************...
Ini merupakan novel pertama othor, mohon untuk dimaklumi pemilihan kata dan penulisan yang berantakan, kritik dan saran dari pembaca sangat othor butuhkan untuk lebih baik kedepannya.
Terima kasih telah memilih untuk membaca novel othor 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments