Sampai di depan ruangan Zira berpapasan dengan dokter Ammar dan rombongannya
"Pagi dokter" sapa Zira
"Hmm.." jawab dokter Ammar tanpa memperdulikan keberadaan Zira
Hmm.. sialan songong kali
Zira membuka pintu ruangan pak Danu dan melihat beberapa pasien lainnya disana selain pak Danu, Zira langsung menuju ke tempat tidur pak Danu dan disambut hangat oleh bu Marni istri pak Danu.
"Ini buk" ucap Zira sembari memberikan buah yang dibawanya
"Aduh ngak usah repot repot mbak Zira" jawab bu Marni
"Hehe ngak repot buk, bapak gimana keadaannya?" tanya Zira ke bu Marni karna saat ini pak Danu sedang tidur
"Alhamdulillah mbak sudah mulai membaik, kata bapak dadanya tidak sesesak kemaren waktu sebelum di operasi" jelas bu Marni
"Kalau kata dokter gimana bu?" tanya Zira lagi
"Kalau kata dokter Ammar masih belum pulih tapi sudah berangsur membaik, katanya dilihat dahulu beberapa hari kedepan bagaimana perkembangannya" jelas bu Marni lagi
"Ooo oke, kita mah ngikut aja buk ngak ngerti soalnya" ucap Zira sambil memperhatikan kondisi pak Danu
"Mbak Terima kasih ya mbak, padahal kita ngak kenal tapi mbak mau repot repot bantu kami, saya doakan rezeki mbak lancar dan dilindungi oleh Allah SWT dari segala mara bahaya" ucap bu Marni tulus
"Aamiin Ya Allah, Terima kasih doanya buk, anak ibuk yang lain pada kemana?" tanya Zira yang hanya melihat dua orang anak bu Marni bersamanya
"Oo anak saya di rumah mbak, kalau siang si abang sama adeknya kan uda sekolah jadi dia di rumah saya titip sama tetangga, malam baru saya jemput kesini tidur disini" jelas bu Marni
"Oo iya buk, kalau gitu saya pamit dulu ya buk, sampaikan salam saya sama bapak nanti kalau beliau uda bangun" pamit Zira
"Lo kok cepet kali pulangnya mbak, ngak mau istirahat dulu, mbak kan jauh dari kota y" tawar bu Marni
"Ngak usah buk, Terima kasih saya ada janji ketemu sama orang di rumah sakit ini juga" jelas Zira
"Ya udah kalau gitu mbak, hati-hati di jalan nanti pulangnya ya" jawab bu Marni
Setelah ucapan perpisahan itu Zira pergi meninggalkan ruangan pak Danu dan menuju ke ruangan dokter Ammar
Ting..
Suara pintu lift terbuka dan Zira langsung masuk tanpa memperhatikan siapa yang ada di dalam lift bersamanya karna dia sedang berbicara di telpon dengan Dimas
"Gimana mas? oke?" tanya Zira yang masih dapat di dengar oleh orang yang ada di dalam lift bersamanya
"Oke, tapi ngak bisa siap sekarang, dua hari lagi baru bisa diambil" jelas Dimas yang hanya bisa didengar oleh Zira
"Ooo ngak masalah, makasih ya baik banget deh kamu" ucap Zira sambil tertawa kecil
"Iya lah baik namanya juga sayang" balas Dimas
"hahaha iya sayang, kalau kayak gini kan makin sayang nih jadinya" canda Zira
"Dasar, kalau kayak gini baru sayang sayangan" kesal Dimas
"Hahaha yaudah ya, nanti malam aku ke rumah" ucap Zira kemudian dia menutup sambungan telpon mereka
Tanpa Zira sadari sedari tadi ucapannya dapat di dengar oleh orang yang bersamanya di dalam lift tersebut yaitu dokter Ammar
Ting..
Pintu lift terbuka dan Zira segera keluar menuju ke
ruangan dokter Ammar
"Mbak, dokter ada?" tanya Zira yang masih belum menyadari keberadaan dokter Ammar
"Ada mbak" jawab perawat asisten dokter Ammar sambil tersenyum
"Tolong bilangin saya mau jumpa mbak, bilang aja keluarga pak Danu mau ketemu" ucap Zira lagi
Sedangkan dokter Ammar yang berdiri di belakang Zira meletakkan jari telunjuknya di mulut menyuruh si perawat untuk diam. Tapi perawat ini malah senyum-senyum melihat tingkah dokter Ammar yang membuat Zira membalikkan badannya dan melihat keberadaan dari dokter Ammar.
Hah kok dia bisa ada dibelakang aku
Apa tadi yang di lift itu dia ya
Ahh bodo amat
"Dokter saya mau bicara, bisa kan?" tanya Zira
"Ikut saya" ucap Ammar dingin
Zira pun ikut dokter Ammar masuk ke dalam ruangannya
Di dalam ruangan dokter Ammar sibuk menghidupkan AC lalu menyetel suhunya, membuka jas dokter lalu mengantungnya di gantungan khusus, meletakkan stetoskop di atas meja, mengelap meja kerjanya, menyusun kertas-kertas laporan hasil mengunjungi pasien, kemudian duduk di kursi kebesarannya dan membuka handphone tanpa mempedulikan Zira yang masih berdiri di dekat pintu sambil memperhatikannya.
Ck sialan, kalau masih mau beres beres kenapa aku disuruh masuk, minimal ditawari duduk lah
"Langsung ke intinya" terdengar suara barinton yang membuat bulu kuduk berdiri
Iii kok serem sih suara si dokter, apa dia lagi kesal ya, ahh bodo amat lah
"Dokter.. masalah asuransi kesehatan pak Danu baru bisa siap paling cepat dua minggu lagi, jadi saya meminta keringanan waktu sampai asuransi tersebut siap, bisa ya dokter?" tawar Zira
Hening..
Tampak dokter Ammar sedang berpikir dan Zira kembali buka suara
"Sudah saya urus dokter saya jamin siap dalam dua minggu" ucap Zira lagi
Dokter Ammar membuka handphone nya dan mengirim kembali pesan yang pernah dikirimnya ke Zira
Pak Danu besok akan saya operasi, saya kasih kamu waktu seminggu untuk membayar kembali biaya rumah sakit yang saya keluarkan, dimulai dari hari ini
Handphone Zira bergetar menandakan ada pesan masuk, tapi dia abaikan karna sedang fokus menunggu jawaban dari si dokter
"Buka HP kamu" titah dokter Ammar
Hah.. apa dia denger ya suara getar HP ku?
"Ngak apa dokter nanti saya buka" jawab Zira
"Sekarang" titahnya lagi
Zira pun membuka handphone nya dan menyadari bahwa si dokterlah yang mengirim pesan kepadanya. Dia membuka pesan tersebut dan mengerutkan keningnya
"Maksudnya dokter?" tanya Zira tak mengerti
"Kamu bisa baca kan, saya kirim pesan itu dua hari yang lalu dan kamu tidak membalasnya yang menandakan bahwa kamu setuju dengan tenggat waktu yang saya berikan" jelas dokter Ammar
"Hah.. " ucap Zira kaget mendengar penuturan dari si dokter
"Kalau ngak ada yang mau ditanyakan lagi silahkan keluar" usir dokter Ammar
Zira masih mengumpulkan kesadarannya setelah mendengar ucapan dokter Ammar, jawaban yang diberikan si dokter diluar prediksinya
"Nona Zira.. " panggil dokter Ammar
"Iya dokter" jawaban spontan Zira
"Kalau ngak ada yang mau ditanyakan lagi silahkan keluar, kekasih kamu sudah menunggu di rumahnya segera lah pulang" ledek dokter Ammar
Ck.. apa dia denger ya percakapan aku sama Dimas, lagian itu kan bukan urusan dia
"Baik dokter, tolong dipikirkan kembali, Terima kasih" pamit Zira segera keluar dari ruangan dokter Ammar
Saat akan membuka pintu terdengar kembali suara dokter Ammar
"Lain kali kalau ada orang yang mengirim pesan itu di balas bukan cuma dibaca" ledek dokter Ammar lagi sambil mengibas tangannya mengusir Zira keluar dari ruangan.
...****************...
Ini merupakan novel pertama othor, mohon untuk dimaklumi pemilihan kata dan penulisan yang berantakan, kritik dan saran dari pembaca sangat othor butuhkan untuk lebih baik kedepannya.
Terima kasih telah memilih untuk membaca novel othor 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments