Bab 18 - Bertemu Nenek Dipta

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Huftt.. " Paritha menghela napas berat dari dalam mobil membuat Dipta menoleh kearahnya.

" Maafin aku, tapi sesama darl kan harus merepotkan " ucap Dipta dengan tatapan tanpa rasa bersalahnya itu kepada Paritha. Laki-laki itu menggunakan bahasa normal manusia pada umumnya sekarang karena ia akan bertemu neneknya.

" Sia^lan..! " umpatnya pada Dipta dibandingkan harus darah tinggi karena berduaan di dalam mobil mending Paritha keluar dari mobil tersebut.

" Tunggu ey- aku, darl..!! " ucap Dipta yang hampir menggunakan bahasa spesiesnya dan segera mengunci mobil untuk mengejar Paritha yang sudah jalan duluan.

Antara rumah nenek Dipta dengan parkiran memang terbilang cukup jauh dan bahkan untuk sampai ke rumah nenek Dipta mereka harus menaiki anak tangga karena tanah yang berupa dataran tinggi.

" Hoshh.. hoshh bagaimana para nenek-nenek itu kuat setiap hari melewati tangga seperti ini " gumam lirih Paritha mengingat bahwa kawasan rumah nenek Dipta ini memang sebagian besarnya adalah lansia.

" Kamu saja yang lemah darl, aku dan nenek baik-baik saja buktinya " ejek Dipta yang membuat sahabat wanitanya itu kesal.

Paritha menghentikan langkahnya dan berbalik arah untuk turun, " Pergi saja sana sendiri..!! " kesal wanita itu.

" Ngambekan..!! " ejek laki-laki itu sambil menahan lengan Paritha. Entah kenapa malam ini yang lebih banyak diledeki adalah Paritha, bukan Dipta seperti biasanya.

Tiba-tiba Dipta membungkukkan badannya di depan Paritha dengan posisi punggung lelaki itu membelakanginya. " Naik sini..!! "

Paritha mengernyitkan dahinya, " Tumben sekali. Apakah kamu kesurupan? Siapa kamu sebenarnya? " ucap Paritha sambil menodongkan spray cabainya itu. Takut-takut Dipta memang kesurupan.

" Ck, cepetan..! Sebelum ey- aku berubah pikiran " sinis balik Dipta, melihat laki-laki itu hampir menggunakan kata eyke. Paritha pun langsung naik ke atas punggung Dipta.

" Berat banget sih darl, kurangi makan ramen saat kita sleep over nanti " komentar Dipta saat dirinya merasa capek ketika membawa tubuh Paritha di belakang punggung.

" ADUHH!! " ringis kesakitan laki-laki itu karena rambutnya yang dijambak dari belakang, untung Dipta bisa menjaga keseimbangan kalau tidak mereka bisa jatuh.

" Dasar cerewet! Aku tidak temani kau, tau rasa nanti " ucap Paritha dengan nada yang kesal setelah puas menjambak rambut sahabatnya itu.

Dipta sedari tadi menggerutu saja lalu tiba-tiba ia teringat misi yang harus dirinya selesaikan untuk kelancaran masa depannya.

" Darl! Ambil ponsel di kantong aku dong. Ambil foto kita " pinta Dipta pada wanita di belakang punggungnya itu.

Paritha menaikkan sebelah alisnya, " Untuk apa? " heran wanita itu.

Tidak biasanya Dipta akan mengambil foto saat mereka akan berpura-pura di hadapan sang nenek. Biasanya nenek langsung yang nanti akan mengambil foto mereka.

" Ishh.. ambil saja " walaupun sedikit curiga Paritha tetap mengambil ponsel dari kantong jeans cowok kemayu tersebut dan mengambil foto mereka berdua yang masih menaiki anak tangga.

Akhirnya mereka sampai di depan pintu rumah nenek Dipta ternyata wanita tua itu menunggui mereka di depan pintu rumah sampai terkantuk-kantuk.

" Ya Tuhan, nek..! Mengapa menunggu disini? Ini sudah malam. Nenek bisa terkena angin malam nanti " khawatir Dipta pada neneknya itu lalu laki-laki itu memapah neneknya untuk berdiri dan memasuki rumah.

" Perasaanku saja atau memang-.. sejak terakhir ke rumah ini tiba-tiba rumah ini menjadi horror?!! " batin Paritha sambil mengelus lengannya yang terasa dingin karena angin yang berhembus cukup kencang.

Pertemuan awal Paritha ke rumah ini itu di siang hari karena biasanya nenek Dipta meminta Dipta membawa pasangannya pasti selalu di hari libur. Tetapi tak Paritha sangka ketika malam hari rumah ini menjadi lebih horror.

Krek..

" SAA!! TUNGGUIN SA..!! " teriak spontan wanita itu dan ikut masuk ke dalam rumah, ia tidak mau menoleh apapun pada apapun itu yang berbunyi di sekitarannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Hayo diminum teh nya nak, kalian juga pasti lapar kan? Sebentar nenek ambilkan makanan di dapur " senyum wanita tua ramah itu setelah menyajikan teh hijau kepada keduanya. Sontak Paritha pun ikut berdiri.

" Ayo Air bantu ya nek " ucap Paritha menyeimbangkan langkahnya dengan sang nenek lalu membantu menyiapkan segala makan malam yang sudah dimasakkan sang nenek diatas meja.

" Nama kamu siapa nak? Ayu tenan koe (Cantik banget kamu) " tanya nenek Dipta itu tanpa menatap Air karena sedang disibukkan untuk membuat jus kematian.

Glekk..

" Apakah aku akan mati sebentar lagi? Ya Tuhan selamatkan aku..!! " batin Paritha yang rasanya ingin menangis melihat pare yang sedang dibuat menjadi jus itu.

" Nama aku Paritha nek, nenek bisa panggil air " senyum canggung Paritha menjawab pertanyaan dari nenek Dipta yang sudah kesekian kali.

" Cantik, namamu cantik sekali. ' Tanah ' itu subur loh dan apabila terkena ' Air ' akan menjadi indah " puji sang nenek entah kenapa membuat perasaan Paritha tertegun, nenek itu membawa dua cangkir gelas berisi jus pare dan membawanya ke meja makan dimana Dipta juga ada disana.

" Padahal aku sangat membenci nama itu " sadar dari lamunannya, Paritha segera menyusuli nenek dan Dipta di meja makan.

" Nenek, perkenalkan ini- " ucapan Dipta langsung terpotong oleh neneknya.

" Sudah sa, nenek sudah tau nama pacarmu. Tidak usah disombongkan, Ayo makan dulu pasti kalian sudah lapar " ucap wanita tua itu dengan mengambil makanannya.Ketiganya akhirnya makan dengan hikmat sampai tiba-tiba perilaku Dipta kembali aneh.

Ckrekk...

" Sa..! Nenek bahkan belum sempat berpose " protes nenek Dipta tersebut sedangkan Dipta membalasnya dengan tertawa cengengesan.

" Kenapa sih dari tadi mengambil gambar terus? Ada yang kau rencanakan kan? " telepati Paritha sambil melirik selidik pada sahabat laki-lakinya itu.

" Tidak, dasar wanita curigaan..!! " jawab telepati Dipta dengan nada santainya.

.

" Kalian sudah selesai makannya..? " tanya wanita tua itu dengan lembut menatap kearah keduanya.

Paritha bahkan kesusahan untuk meneguk ludahnya sendiri sekarang, ia tau apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya.

" Diminum ya nduk (nak) jus parenya, ini bisa meningkatkan kelanggengan di antara hubungan kalian " inilah mimpi buruk Paritha sedari siang.

" Adat macam apa ini ya tuhan..!! Menyusahkan orang saja " kesal Paritha dalam hati sambil meringis. Ia selalu tau endingnya akan seperti ini.

" Nek, boleh minta gula sedikit? " senyum Paritha yang kini mencoba mengakali jus pare tersebut.

Nenek Dipta mengernyitkan dahinya, " Jus parenya harus diminum tanpa gula nduk. Kalau tidak, tidak akan efektif untuk hubungan kalian "

Skakmat, terjebak sudahlah Paritha saat ini. Wanita itu melirik Dipta yang nampaknya juga masih segan untuk meminum minuman tersebut.

" Kita sambil foto ya nanti, supaya nenek tidak lupa wajahmu nak ayu (nak cantik). Nenek itu sudah pikun, ingatannya sudah tua. Jadi untuk terus mengingat kalian, nenek harus mempunyai foto kalian " ucap wanita tua itu sambil tertawa yang entah kenapa selalu membuat Paritha terenyuh dengan kata-kata yang sama.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

Ternyata Dipta bisa normal juga ya hehe... kok aku berharap Dipta sama Air aja, atau jangan2 Dipta memang sengaja kemayu agar bisa dekat dengan Air, dan darl adalah panggilan kesayangan Dipta untuk Air

2023-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!