Bab 4 - Panggilan Dadakan

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Bisa nggak sih kamu mengalah buat adikmu sekali ini saja? " ucap wanita tersebut sambil menghentak kasar tangan anaknya.

" Tapi aku sudah banyak mengalah.." batin anak perempuan tersebut sambil menunduk. Ia hanya ingin mengambil balik boneka miliknya yang diambil oleh adiknya tetapi adiknya malah menangis histeris.

" Tapi itu kan boneka milik Air, mi. Itu boneka dari papi " ucap Paritha kecil sambil menunjuk boneka yang masih dipegang adiknya dari kejauhan.

" Air hanya ingin mengambil balik boneka itu, tetapi Ika tidak mau mengembalikannya " mata anak itu pun mulai mengembun menahan segala gejolak emosi yang dia tahan.

" Ya sudah berarti itu milik dia..!! Jangan egois! Atau mami akan merasa menyesal melahirkan kamu " itu kata terakhir yang diucapkan ibunya sebelum meninggalkan Paritha kecil sendirian.

...----------------...

" Ting.. Tung.. Pak Boss Telepon.. Ting.. Tung.. Pak Boss Telepon "

Suara itu cukup mengganggu indra pendengaran Prastika, ia mengerjapkan matanya dan melirik ke arah kakaknya yang bahkan tidak terganggu sekalipun dengan nada dering telepon tersebut.

" Apakah kakakku mati..? Dia bahkan tidak sedikit pun bergerak " batin Prastika merasa sebal, kakaknya yang punya nada dering tetapi ia yang malah terbangun.

Adik dari Paritha tersebut lantas mengambil ponsel milik kakaknya yang masih ter-*charge *di atas meja dan mengecek siapa yang menelepon kakaknya di jam 4 subuh seperti ini.

" Sumber duit..?? " Prastika lantas tertawa dengan julukan yang diberikan kakaknya pada kontak tersebut.

" Kak..!! " panggil Prastika sambil mengguncangkan tubuh kakaknya itu.

" Ihh kakak! Bangun..!! " kesal Prastika mendapati kakaknya itu tidur seperti orang mati.

" Ini sumber duitmu menelepon..! " gadis itu terkejut ketika ponsel di tangannya sudah hilang begitu saja. Dan kakaknya itu bahkan sudah terduduk diatas kasur dengan rambut yang acak-acakan bak pohon beringin.

" Cepat sekali..?!! Sekaya apa sumber duit kakakku itu..? Sampai-sampai langsung bangun " Prastika memutar bola matanya malas, memang kalau soal duit kakaknya itu tidak ada tandingannya. Dan anak itu pun lantas melanjutkan tidurnya.

Disisi lain Paritha sedang terbengong dihadapan ponselnya, ia sedang mencerna apa yang terjadi.

" Mengapa mimpi itu datang kembali..? Sudah sekian tahun berlalu padahal " hela napas kasar gadis itu dan sejenak ia baru sadar untuk mendial-up balik bossnya itu kalau tidak gajinya bisa kena ambyar bulan ini.

Paritha menunggu teleponnya sampai diangkat oleh bossnya itu, " Halo pak " sapa kata pertama Paritha yang menahan kantuk saat telepon tersebut diangkat.

" Ada apa pak? "

" Kamu belum membahas materi presentasi besok dengan saya, Paritha " jawab bossnya itu dibalik ponselnya.

Kalau boleh, rasanya Paritha ingin menarik rambut bossnya yang selalu tertata rapi itu, " Meeting kan dilakukan setelah makan siang. Saya rasa masih ada waktu untuk membahasnya pak nanti di kantor " jelas Paritha sambil memijit keningnya yang terasa pusing.

Sejenak keheningan terasa diantara mereka berdua, sampai akhirnya Abhimanyu berargumen " Kalau sekarang apakah kamu bisa? Kita akan ada pertemuan dengan Armawangsa Fly. Tentu disela waktu yang kamu bilang, kita tidak dapat mengkondisikan lapangan bisa saja kita tidak dapat membahas materinya "

" Ya Tuhan rasanya aku ingin mengibarkan bendera kuning " ucap Paritha di dalam hati, sungguh tubuhnya yang lelah bahkan belum beristirahat dengan cukup.

" Tapi ini masih subuh pak, kendaraan taxi jarang ada di jam segini " ucap Paritha sambil sedikit meringis.

" Tidak apa-apa, saya yang akan ke rumah kam-"

" JANGANN!! " teriak panik wanita tersebut.

" Apasih kak..?!! " kesal Prastika sambil melemparkan guling secara sembarang ke arah Paritha.

" Ahh..?? Kamu tinggal dengan keluargamu? " tanya Abhimanyu dari sebrang sana ketika mendengar suara orang lain dari sambungan teleponnya antara dirinya dengan Paritha.

Sudah 2 tahun Paritha bekerja bersamanya, Abhimanyu merasa terkejut karena tidak tau bahwa Paritha tinggal dengan keluarganya. Wajar saja sih, Abhimanyu tidak pernah mengantar pulang sekretarisnya itu.

" Kita bertemu di Cafe 21 saja pak, ada di jalan Laksa nomor 27 " putus Paritha setelah sejenak mereka diam-diaman.

" Ba-" bisa dikatakan Paritha adalah sekretaris kurang ajar, bagaimana tidak? sebelum bossnya itu berucap ia sudah memutuskan sambungan telepon mereka.

" Ciee bakal ketemu pak boss yaa, ciee ciee..!! " seru Prastika yang berbaring diatas kasur dan tidur menghadap kearah dirinya.

" Sok tau! " ketus Paritha, ia tidak menyangka adiknya itu mendengar semua pembicaraan dirinya dengan Abhimanyu. Padahal kembarannya itu terlihat sedang tidur tadi.

" CIEE SALTING, CIEE..!! PIPINYA PUTIH LOHH " goda Prastika membuat Paritha mengernyit.

" NGGAK, WARNANYA UNGU!! " kesal Paritha dan itulah awal mula pertengkaran kakak-beradik kembar itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rasa sebal meliputi Paritha yang sudah berdandan cantik, bagaimana tidak? Abhimanyu yang mengajak mereka untuk bertemu membahas materi meeting tetapi malah laki-laki itu juga yang terkesan tidak konsen dan seperti orang ling-lung.

" Bapak, kenapa sih pak? Dari tadi saya tanyai jawabannya cuman ' hm ', ' ha? ', ' ya?' " ucap Paritha yang mulai mengeluarkan uneg-unegnya. Sudah mendadak, harus dandan pagi-pagi dan cantik-cantik, yang minta bertemu malah tidak memperhatikan.

" Kalau bapak begini mending saya pulang deh, masih untung ada waktu 3 jam sebelum ke kantor " ancam Paritha sedangkan mulut Abhimanyu malah terkunci rapat dan pandangannya menatap kearah bawah.

" Boleh temani saya tidur? "

Jduarr..

Kepala batu milik Paritha terasa dipukuli oleh batu gunung dari kayangan. " Boleh diulang sekali lagi pak? " tanya perempuan itu dengan nada yang mengintimidasi.

" Tolong temani saya tidur " baru saja Paritha ingin mengoceh sambil memelototkan matanya.

" Saya tidak bisa tidur dari tadi malam "

Perempuan itu langsung terdiam dengan tangan yang awalnya ingin menampar Abhimanyu menjadi mengepal erat, " Ya Tuhan apa yang kamu pikirkan sih, air..!! " batin Paritha dengan wajah yang sudah merah merona.

" Boleh..?? " tanya Abhimanyu dengan wajah yang innocent membuat Paritha semakin tidak enak dengan apa yang telah ia pikirkan sebelumnya.

Ia menghela napas berat terlebih dahulu, " Boleh. Bapak ingin tidur dimana? Dirumah bapak? " kebetulan sekretaris satu ini sudah sering mendatangi mansion dari CEO Armawangsa Group tersebut.

" Tidak, mata saya sudah sangat mengantuk. Bagaimana kalau di hotel dekat sini? Apakah disekitaran sini ada hotel, sekretaris Paritha? "

Pshh.. wajah Paritha semakin memerah. Hotel yang ada di benak Abhimanyu menjadi berbeda dengan yang ada di benak Paritha.

" Ada pak, ayo cepat sebelum bapak lebih mengantuk " gadis itu langsung mengambil tas selempang berwarna pinknya dan berjalan lebih dahulu daripada Abhimanyu.

" Mengapa wajah sekretaris Paritha sangat merah? Apakah dia terkena flu? " ucap Abhimanyu dalam hati yang sedari tadi memperhatikan wajah sekretaris cerewetnya itu.

Sepanjangan perjalanan di dalam mobil, tidak ada percakapan diantara boss dan sekretaris tersebut. Yang satu memang pendiam dan yang satu lagi berubah menjadi pendiam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!