HARI PERTANDINGAN,
Pelatih membawakan topeng untuk Ramon. Dia tak tahu topeng itu untuk apa, mungkin Ramon sedang main badut-badutan usai pertandingan.
“Ini, aku bawakan topeng sesuai permintaanmu.”
“Terimakasih,” Ramon memakai topeng hitam menutupi seluruh kepalanya.
“Apa kau sudah gila, orang-orang sudah menantikanmu kembali berlaga. Untuk apa kau memakai topeng ini?”
“Ada beberapa hal yang menjadi rahasia, namun menjadi berita utama bagi orang lain. Tak ada waktu untuk menjelaskan apa makna ucapanku, hanya saja lakukan tugas dengan baik. Arahkan aku saat pertandingan agar bisa menaklukan Tat.”
Teng... Teng... Bunyi lonceng menandakan pertandingan seni bela diri dimulai. Tat yang sudah tampak bugat dan bersemangat untuk menghajar Ramon dengan kunci-kunciannya. Ronde pertama berlangsung sengit dan brutal, karena stamina keduanya masih prima. Beberapa luka memar dan gusi berdarah menjadi bukti adu kuat keduanya. Saat hendak naik ke arena lahi, pelatih Tat menyembunyikan sesuatu di balik handuknya. Beberapa kru menutupi seolah-olah sibuk mengurus Tat.
“Diamlah, aku akan menyuntikkan dopping ke tubuhmu. Dan sebentar lagi sabuk emas akan menjadi milikmu.” Tat meringis menatap Ramon yang sudah kepayahan.
Usai menyuntikkan dopping obat penguat ke tubuh Tat, staminanya kembali memuncak dan kembali prima. Ramon setengah ragu apakah mampu meladeni kebuasan Tat saat diatas ring.
“Hyaaaaa...” Tat mengerang dan berlari menyerah Ramon.
Suiing... Ramon berhasil mengecoh serangan Tat dengan menggeser tubuhnya. Tat terpental dan ternjengkal, kepalanya membentur kuat.
“Akh...” dadanya sebelah kiri merasa sangat tidak stabil.
Serangan membabi buta Tat yang menyerang Ramon meleset terus. Bahkan Ramon hanya merenggangkan tubuhnya. Berkali-kali Tat jatuh dan berjungkalan seolah gerakannya diluar kontrol. Dan saat Ramon berhasil mengunci Tat, dia menyiku tangan dan mengunci punggunya. Dengkulnya berada di dada kiri Tat.
“Kreeeekkk,” Ramon menekan kuat punggung dan dada Tat.
“Arghhhh,” Tat melemas dan lunglai tak sadarkan diri.
Sampai hitungan terakhir Tat tak sadarkan diri, dan Ramon dinyatakan menang mutlak. “Selamat Tuan X anda kembali meraih juara lagi.” Wasit mengumumkan kemenangannya.
Dari dalam ruangan istirahat, pelatih Tat tengah berdiri menghadap Frank. Handuh putih di tangannya ia temas kuat-kuat takutnya hukuman berat siap menantinya.
“Tuan,” ucap Pelatih memelas.
Plakk!!! Tamparan keras mendarat di pipi Pelatih. Pengawal Frank memang beringas seperti anjing kelaparan.
“Bukankah menjadi budak seumur hidupmu juga tidak akan mampu melunasi hutang-hutang?”
“Saya mohon Tuan, berikan saya kesempatan agar bisa mengabdi lebih lama.” Berlutut memohon ampun.
Pengawal Frank masuk dan membisikkan sesuatu di telinga Frank.
“Tat sudah mati, apa yang bisa kau tawarkan kepadaku?”
“Apa, Tat mati? Bagaimana bisa?”
“Bukannya kau yang harus bertanggungjawab karena sudah menyuntikkan formula itu ke tubuh atletku?”
“Tuan, tapi kau yang menyuruhku untuk melakukannya.”
“Aku suka melihat orang merintih kesakitan dan memohon hidup kepadaku.”
“Tuan, aku mohon berikan aku kesempatan untuk mengabdi kepadamu sekali saja.”
“Hutangmu terlalu banyak, dan kau juga seorang kriminal pembunuh. Mana mungkin aku merusak citraku untuk menolong sampah penyakit sepertimu. Bahkan anak dan mantan istrimu luntak akan sudi menerima jasad kematianmu?”
“Tu-tuan, aku memang manusia biadab dan laknat tapi aku mau bertobat san hidup baik lagi.”
“Kau, dengarkan aku baik-baik ya. Manusia yang sudah melakukan kejahatan dengan sengaja, walaupun sudah bertobat pasti akan mengulanginya lagi. Karena apa? Karena setan tidak akan pernah menjadi malaikat, itu aturan pentingnya.” Frank menghisap cerutunya dengan santai.
Pelatih yang terduduk lesu di lantai ini menyesali perbuatannya dulu dan kepada Tat. Karena ketamakannya dia menjadikan orang lain sebagai tumbal obsesinya. Sehingga tak ada waktu untuknya mencerna akibat perbuatannya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Kau sangat kaya, dirimu adalah aset yang dibutuhkan orang kaya yang sakit.” Pengawal Frank melemparkan kartu nama seorang dokter bedah ilegal.
“Aku seorang pebisnis, ketika aku mengeluarkan uang dan berpatner dengan orang salah sepertimu. Seharusnya kau tahu solusi untuk menutup kerugianku. Ingat hutang dan bungamu, serta jaminan hidup yang sudah aku berikan denganmu di sini. Anak dan mantan istrimu juga butuh biaya hidup. Jika hidupmu menyusahkan banyak orang, setidaknya kematianmu bisa memberikan manfaat kepada banyak orang lain.”
Tangisan Pelatih itu pecah tatkalah Frank menyebutkan beban hidupnya. Dirinya menangis dan meraung keras dalam ruangan ganti. Malam ini dia harus mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Antar hidup menjadi beban, atau mati meringankan beban.
*
*
*
ADEGAN RAMON,
Di klub malam tempat menginap Ramon merayakan kemenangannya dari Tat. Kabar kematian Tat pun terdengar di telinga Ramon.
“Kasihan sekali Tat, padahal dia atlit yang berbakat namun jatuh pada tangan pelatih yang salah.”
“Itulah manusia yang tidak beruntung, latar belakang Tat yang tidak baik menjadikannya bertemu orang yang salah. Parahnya lagi Tat yang baru terjundi dunia gelap ini terlalu mudah untuk dikontrol.” Ramon menenggak bir usai berkomentar.
“Tuan X, apakah kau yakin tidak mau menikmati malam di Bali?”
“Tidak, kau selalu menawari aky wanita terus. Apa jangan-jangan wanita ini istimewa?”
“Tak ku sangka akhirnya tuan X mau merespon tawaranku, gadisnya sudah menunggu di kamarmu. Silahkan dinikmati sampai pagi tuan. Sssttt dia masih bungkusan jadi mainnya perlahan ya hehehe.” Kekeh nakal Pelatihnya.
Musik dan tamu semakin malam semakin banyak. Orang-orang yang bersuka cita mulai mabuk terlena suasana malam yang Indah. Ramon memutuskan kembali ke kamarnya dan ingin melihat bonusnya.
“Apa kau lama menungguku?” tanya Ramon pada gadis yang menutupi tubuhnya dengan selimut.
Byakk, Ramon menyibak selimut yang menutupi keindahan ragawi gadis yang dipersembahkan untuknya.
“Apa kau kecewa sayang, bukan barang baru tapi pacarmu yang datang?” ucap Digna mendekte Ramon.
“Aku sudah ingin melahapmu utuh-utuh sayang, hemmbb.” Ramon mencamlur salivanya di dalam mulut Digna.
“Uh...” Digna melenguh lemah usai dimanjakan oleh Ramon.
“Dimana kau sembunyikan gadis untukku?” Digna dengan malas enggan menjawab.
“Aku mengusirnya pergi, ntah kemana tak tahu. Hanya saja aku tidak milikju dibagi menjadi rata dengan orang lain.”
“Dasar betina, kenapa cemburu buta. Padahal cintaku kan hanya untukmu, aku hanya mau memberikan uang untuk garis itu. Setiap gadis yang masih tersegel dijual, jika tidak dicicipi maka dianggap sudah dipakai. Takutnya mereka akan dijual dijalanan.”
“Jadi apa rencanamu dengan uang tersebut?”
“Aku akan memberikan uang itu untuk bebas dari jeratan mucikari dan kembali hidup normal.”
“Sayang, kenapa kau menjadi sentimentil begini? Apakah ada tragedi yang tak aku ketahui sebelumnya?”
“Ada, setelah kita sampai Singapura aku akan memberitahumu.” Ramon memakai bajunya kembali.
“Dia ada dikamat mandi, kau bisa memberikan uangnya segera!” ketus Digna.
Dan ternyata Digna usil bukan main, gadis itu diikat dengan kain dengan posisi kepala dibawah. Dan kaki digantung diatas, sehingga gadis itu seperti jambu mete.
“Ya ampun Digna, usul sekali kamu.” Ramon terbelalak melihat gadis di dalam kamar mandi tersebut.
“Humppp... Hummmpp,” mulutnya tersumpal tisu dan kedua matanya ditutup sapu tangan.
Digna yang pura-pura tak melakukan kejahatan hanya meleng-meleng matanya. Tak habis pikir, kenapa Ramon memiliki kekasih yang usilnya diluar kepala orang normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
fieThaa
kurang hot bang
2020-12-06
1
Vi_Lian
Semangat kak
2020-12-05
0
Anyle Tiwa
mantap kak
2020-12-05
0