Frayza mengamati Digna yang setiap hari berada di depan layar komputer yang berjajar-jajar banyak. Dia seperti seorang ahli IT sepeti dalam film Detektif yang mencari kriminal.
“Keren,” takjub Frayza melihat tampilan layar komputer Digna.
“Kemarilah dan perhatikan cara kerjanya ya.”
Bukannya pamer karena kepintarannya, Digna yang melihat ketertarikan Fred sangat besar. Bahkan dengan polosnya dia duduk bersila di lantai, dan sampai ketiduran.
“Dasar kelinci kecil bodoh, kalau mengantuk ya tidur kamar. Bukannya di lantai hihihi,” Digna gemas dengan tingkah Frayza yang polos.
Sesaat kemudian Digna datang membawa bantal dan selimut. Dirinya menaikkan kepalanya dan menyodorkan bantal. Serta menyelimuti tubuh Fred yang sudah terlelap.
“Apa aku tidak salah ya, hemmm entahlah. Mungkin model baju saja yang sekarang aneh,” Digna mengernyit acuh.
Malam sudah berubah menjadi Fajar, sebuah pesan dari mesin Faksimili keluar. Mesin itu terus mengeluarkan kertas-kertas yanh berisi dokumen rahasia penting. Dan Digna sudah tidur di kamarnya. Tertinggal Fred yang masih tertidur dilantai dekat ruang kerja Digna.
Karena lantai yang dingin menusuk tubuhnya. Frayza merasa kebelet pipis, dan lari terbirit-birit ke kamar mandi. Setelah ia sadari, ternyata dirinya sedang datang bulan.
“Tidakkkkkkkk...Ya Tuhan!!” teriak Frayza kencang seperti ayam jago yang berkokok di lagi hari.
Karema teriakan kencang itulah, Digna terusik tidurnya dan mulai bangun. Dia masih ingat kalau itu suara Fred di kamar mandi.
“Fred, apa kau tidak baik-baik saja? Kenapa sudah bersiteru dengan Tuhan dipagi hari?” Digna bersuara dari balik pintu kamar mandi.
“Ti...tidak...aku hanya mimisan ketika tertidur di lantai.”
“Oh, perlu aku bawakan alkohol dan obat?”
“Tidak, tidak usah. Nanti jugamampet sendiri.” Jawab Frayza yang masih galau dengan tamu bulanannya.
Mau keluar takut banjir bandang, kalo tidak keluar nanti jadi repot juga urusannya. Akhir ya Frayza memakai akalnya dengan membuat pembalut dari kapas toilet dan akhirnya dia bisa keluar kamar mandi dengan lancar Jaya.
“Aku pikir kau akan mengeram di dalam sana dan mengeluarkan telur emas. Kan lumayan jika dijual,” tegur Digna yang menunggu Fred keluar kamar mandi.
“Oh, itu karena darahnya yang keluar banyak. Makanya aku harus menuntaskannya.” Kilah Frayza.
“Ya sudah aku mau mandi kalau begitu, hari ini aku akan ada urusan penting. Kau jaga rumah ya, kalau-kalau Ramon menghubungiku.” Pesan Digna.
Saat Digna berada di kamar mandi, dia terkaget-kaget karena tisu gulunya habis.
“Freddddd, kau makan tisu ya! Kenapa tisunya bisa habis begini sih...”
Digna berteriak kencang karena kesal, tisu yang hal sepele menjadi malapetaka ketika habis. Yang bikin kesal ialah kenapa Fred tidak mengganti dengan yang baru. Sehingga Digna tidak perlu berteriak kesal.
“Aarrrrggghh Fred, lain kali pakai pampers saja jangan tisu!” teriak kesal Digan.
Dari luar, frayza tertawa geli karena dia tak ada niatan mengerjai Digna. Ya sudah terlanjur ya sudah. Frayza lantas memasak dan membuat sarapan sebagai permintaan maaf sudah membuat kesal Digna di pagi hari.
Aroma sarapan nasi goreng dan krupuk udan memang tiada lawannya. Niatan marah berubah jadi sumpringah.
“Hemmmbb sedap sekali Fred, kau yang memasak ini?” Digna mendengus aroma nasi goreng buatan Frayza.
“Cobalah, kau pasti suka.”
Dengan lahap Digna menyantap menu sejuta umat manusia yaitu nasi goreng. Ternyata tangan Frayza ini seperti pesulap, bisa mengerjakan apapun. Termasuk memasak, padahal di depan mata Digna Frayza iaah seorang lelaki yang bernama Fred.
“Apakah kau masih marah denganku?”
“Iya, dan aku marah sekali. Hingga aku ingin meremasmu menjadi jus.” Tangan Digna seolah mencakar-cakar.
“Garang sekali sih, jangan menakutiku. Aku sudah bersungguh-sungguh meminta maaf, jadi maafkan aku hehehe.”
“Hehehe baiklah Fred, aku juga bercanda. Baiklah sebagai hukumannya setiap pagi kau bertugas membuat sarapan. Dan setiap hari juga kau membersihkan Apartemen ini sebagai ganti upah menumpang hidup, setuju?”
“Setubuh!” jawab asal Frayza.
“Setubuh, setubuh! Setuju kali ah, “ ejek Digna.
“Hehehe setubuh selama setuju hari kerja disini maksutku hahahaha dasar mesum!” balas Frayza.
Keduanya tertawa karena lelucon garing Frayza. Digna yang sakit itupun bisa tersenyum lebar dan lepas.
*
*
*
Ramon yang kini tengah menuju Bali sedang membuka tugasnya dari leptopnya. Beberapa orang penting masuk dalam daftar operasinya. Pesawat akan mendarat dan ketika kaki Ramon menginjak bumi Bali. Makan dirinya akan menjadi sosok yang berbeda.
“Bali, aku datang lagi.” Ucap Ramon seperti merindukan tanah para dewa ini.
Petualangan Ramon akan segera dimulai, dia menuju kamar mandi dan mengubah penampilannya menjadi super keren. Memakai setelan jas dan sepatu kulit mahal. Tak bisa dikenali lagi jika Ramon aslinya pemuda tanggung masa depan. Kini menjelma menjadi eksekutif muda ya g berkarisma.
“Tuan X, silahkan ikut kami.” Ucap pria berbadan gempal dan tegap memakai kacamata hitam.
Dengan mengatukkan jarinya, Ramon mengisyaratkan agar lekas berjalan. Pengawal yang berjalan dibelakang Ramon berjumlah empat orang. Pengawalan yang ketat bagi seorang Ramon, yang di Batam bukanlah siapa-siapa.
“Malam ini aku akan bertarung dengan siapa?”
“Malam ini anda akan bertarung dengan juara dari Thailand Tuan, sepertinya lawan anda orang yang sudah terlatih.”
“Tidak masalah, aku suka dengan tantangan.” Ramon mencoba bersikap tenang tentang gambaran singkat lawan mainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Gemilang Adja
masih belom ngerti alur ceritanya author
2021-07-18
0
Anyle Tiwa
suka banget
2020-12-01
0
Nilaaa🍒
semangat kak
2020-12-01
1